• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dialog mutuality-Aceptance: jalan kreatif dan transformatif membangun kerukunan?

Dalam dokumen T1 712012064 Full text (Halaman 30-36)

4. Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama dalam Kerangka Mutuality dan Acceptance

4.2. Dialog mutuality-Aceptance: jalan kreatif dan transformatif membangun kerukunan?

Berbeda denganTeologi penggantian dengan menciptakan kasih yang pahit bagi sang laindan Teologi pemenuhan ini menekankan bahwa Yesus datang untuk menyempurnakan , menambahkan, dan dengan demikian memberi kepenuhan kepada agama-agama lain.74Mengapa kasih yang pahit? menurut Knitter, dalam model penggantian kabar sukacita di beritakan ke seluruhdunia membawa kasih Allah, namun dominasi dan pereduksian terhadap sang lain, telah membuat kasih Allah itu menjadi pahit.75Kedua Teologi yang monolog ini mengandung model nilai penggantian-pemenuhan cenderung menghabiskan energinya guna memperdebatkan kebenaran ilahi dan mengungkapkan keaslian entitas Transenden. Teologi yang monolog ini terdiri dari model penggantian dan model pemenuhan yang mengklaim dan menilai sang lain dari sudut pandang sendiri.76 Dialog mutuality dan acceptance mencoba mencari jalan lain dalam corak berteologi agama-agama, bahwa perdebatan mengenai entitas Transenden tidak harus menjadi titik akhir dalam perjumpaan agama-agama. Jalan yang baru ini mengharuskan agama-agama untuk mengekspresikan nilai-nilai terbaik guna melestarikan nilai dan tanggung jawab sosialnya di dunia.

Dialog mutuality-aceptance, menginspirasi gereja untuk belajar dan berbagi dengan sang lain. pembelajaran dan keterbukaan membantu sang lain merasakan kebaikan Allah dalam dimensi yang berbeda. Kongkritnya gereja perlu merumuskan ajaran kekristenan dalam dimensi mutualitas dan penerimaan, ajaran-ajaran gereja tersebut termasuk rumusan liturgi yang terbuka

74

Knitter, Pengantar Teologi, _________,284.

75

Knitter, Pengantar Teologi, __________,21-55.

76

21

untuk belajar dari sang lain. pewarisan ajaran gereja terbuka untuk belajar dari sang lain. Pewarisan ajaran gereja yang terbuka dalam konteks mutuality dan acceptance mengambil ruang domestik dan membangkitkan ingatan-ingatan positif tentang sang lain. Pewarisan ajaran kristen sebagai bentuk kesaksian tidak dapat berhenti pada kata-kata tetapi berujung pada tindakan sosial (keteladanan). Dalam konteks ini model mutual-acceptance Paul Knitter mendorong PTPB 2014-2019 untuk lebih peduli dan terbuka untuk belajar dari kebaikan sang lain.

5. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:Teologi Agama-agama dalam PTPB 2014-2019. PTPB 2014-2019 adalah dokumen yang membicarakan tentang hubungan gereja-gereja dengan ―Sang lain‖ khususnya agama-agama lain pada kurun waktu lima tahun. Rumusan terhadap teologi agama-agama, secara langsung tidak tercantum dalam PTPB namun secara tersembunyi menegaskan bahwa teologi agama-agama serius diperhatikan dalam dimensi yang berbeda. Ini bisa kita lihat pada hubungan dan kerja-sama gereja dengan ―sang liyan‖. Pertama,tentang kemajemukan agama yang menantang gereja-gereja untuk menghormati keanekaragaman agama/kepercayaan dan merumuskan imannya di tengah-tengah kemajemukan tanpa kehilangan iman kepada Kristus.77 Kedua, berangkat dari fakta kemajemukan yang ada di Indonesia maka gereja meminta sikap dasar yaitu pluralisme, yakni kemauan untuk bertenggang rasa (toleransi), menghormati perbedaan keyakinan dan pandangan hidup, serta mengusahakan dialog dan kerja sama.78 Sejauh ini, Model teologi agama-agama dalam PTPB cenderung terlihat sebagai model pemenuhan, yaitu melihat, merasakan dan menilai ―sang lain‖ dari sistem kepercayaan yakni Alkitab.

Aspek mutualitas dan penerimaan dalam PTPB 2014-2019. Dalam konteks kehidupan yang beragam di Indonesia. Model mutualitas dan model penerimaan menjadi model yang lebih cocok dipraktekan untuk membangun hubungan yang saling mengerti dan memahami.Mengapa? Pertama, Konteks Indonesia yang beragam, sebagaimana yang di akui oleh gereja dalam PTPB.79 Tidak cukup gereja meminta sikap dasar pluralisme yaitu menghormati perbedaan, perlu melampaui batasan toleransi itu.80Model mutualitas dan model penerimaan benar-benar

77

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 35. 78PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 64. 79PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖64.

80

22

merombak batasan toleransi dan membawa agama pada hubungan yang saling belajar memahami yang lain dan melengkapi kekurangan setiap pemeluk agama dan memperkuat setiap iman pemeluk agama kepada Tuhan yang ia yakini. Tendensi dalam model mutualitas dan model penerimaan ini, membawa gereja dan ―sang lain‖ untuk membagi kuasa (Power with), dan menghantar agama-agama untuk masuk pada ruang dialog bukan monolog. Dalam dokumen PTPB belum ada ruang khusus yang membicarakan hubungan-hubungan antara agama yang mutual dan saling belajar. Memang PTPB telah mencantumkan ruang untuk dialog dengan sang lain namun masih bersifat pemenuhan dan belum sampai pada sikap mutual dan penerimaan pada agama-agama.

23

Daftar Pustaka

Adiprasetya, Joas.Mencari Dasar Bersama: Etika Global dalam Kajian

Postmodernisme dan Pluralisme Agama.Jakarta: BPK, Gunung

Mulia, dan UPI, STT Jakarta, 2002.

Barua, Ankur. ―Interreligious Dialogue, Comparative Theology and the Alterity of Hindu Though,‖ Journal Studies in World Christianity20, no.3 (2014): 215-237.

Burhan, M Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2008.

Derrick,Nantz. ―Exposing the Roots of External Control Psychology: Altruism as Moral Compulsion,‖ International Journal of Choice Theory & Reality Therapy, Vol. 34 (March 2015): 24-34.

Dumitrascu, N. ―The Garden Of Love: Some Orthodox Perspective On The Spirit And The Church,‖ Journal Acta Theologica 34, no. 1 (May 2014):40-50. Fatlolon, Costantinus. Masalah Terorisme Global: Dalam Konteks Teori

Habermas Tentang Kolonisasi Dunia Kehidupan oleh Sistem Modern. Yogyakarta:Kanisius, 2016.

Freire, Paulo. Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum, 1973. GPI. Membela Khazanah Pelayanan. Jakarta: GPI, 1995.

Jonge, Christian de. Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen-Dokumen Dan

Tema-Tema Gerakan Oikumenis. Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 1993. Hadirman, Budi.Menuju Masyarakat Komunikatif: Ilmu Masyarakat, Politik, dan

Postmodernisme menurut Jurgen Habermas.Yogyakarta: Kanisius,

2009.

Hick, John. Tuhan Punya Banyak Nama. Yogyakarta: Interfidei, 2006. Kilby, Karen .Karl Rahner. Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Knitter, F Paul. ―Christian Theologies of Religions: Searching for Comitment and Openess,‖ Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Waskita I, no. 2 (November 2004): 93-110.

____________. ―Comparative Theology Is Not ―Business-as-Usual Theology: Personal Witness from a Buddhist Christian,‖Buddhist-Christian

24

___________. ―Dialogue and Liberation: What I Have Learned from My Friends—Buddhist and Christian. University of Hawaii PressIssue 34. (December 2014): 173-183.

___________. ―Doing Theology Interreligiously. Issue 1(2011).117-132, diakses January 31, 2016. http: // web . a. ebscohost. Com / ehost / pdfviewer / pdfviewer ?sid

___________. ―Good Neighbors or Fellow Seekers?dealing with the plurality of wenty-first century,‖Journal INTERRELIGIOUS Insight 12, no. 1 (June 2014):10-26.

___________. ―Global Responsibility and Interreligious Dialogue: Searching for Common Ground,‖ Journal Studi Agama dan Masyarakat Wasikita II, no 1 (April 2005): 1-16.

___________. ―Interreligious Dialogue: What? Why? How?,‖ in Death or

Dialogue? From the age of Monologue to the Age of Dialogue, diedit oleh

Leonard Swidler, John B Cobb Jr, Paul F Knitter and Monika K Hellwig, 23.Philadelphia: Trinity Press International, 1990.

___________. ―Islam And Christianity Sibling Rivalries And Sibling Possibilities‖, Journal of Cross Currents (December 2009): 554-570. ___________. Mengugat Arogansi Kekristenan. Yogyakarta: Kanisius,

2005.

___________.―Menuju Teologi Pembebasan Agama-agama.‖ dalam Mitos

Keunikan Agama Kristen, diedit oleh John Hick dan Paul F. Knitter,

274-309. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

___________. Pengantar Teologi Agama-agama. Yogyakarta: Kanisius, 2008.

___________. Satu Bumi Banyak Agama. Jakarta: Gunung Mulia, 2003.

___________. ―Toward A Liberation Theology Of Religions.‖ Dalam The Myth

of Christian Uniqueness, diedit oleh John Hick and Paul F. Knitter,

178-200. Maryknoll: Orbis Books, 1987.

___________. ―Toward a Liberative Interreligious Dialogue,‖ Journal ofCross

Currents 45, no 4 (Winter95/96):2-5.

Kung, Hans. Global Responsibility: In Search of a New World Ethic New York: Cross Publisher, 1991.

25

Langer, Rut. ―The Blessings and Challenges of Interreligious Prayer,‖ (January 2015): 27-36. Diakses January 10, 2016.http: // web. b. ebscohost. Com /ehost /detail /detail?vid = 5&sid = c81e10808baa 4d83 a516 -70bca8d05775 % 40sessionmgr 113 & hid = 107 & bdata = JnNpd GU9ZW hvc3Qtb Gl2ZQ % 3d % 3d.

Lattu, Izak.Beyond Tolerance: Memahami Hubungan Lintas Agama dalam Konteks Polidoksi dan Poliponik dalam Buku Ajar Pendidikan Agama

Kristen, editor. Retnowati dkk,Salatiga: Satya Wacana University, Press,

2015. 170.

Mardilis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara, 1990.

Nuban Timo Ebenhaizer dan Ludji Irene. Mendiami bumi bersama sang lain:

Buku ajar untuk mata kuliah Ekumenika. Salatiga: Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana, 2015.

Pattipeilohy Stella.Keselamatan menurut Paul F Knitter: suatu Tinjauan Psiko-

Sosial.Yogyakarta: Kanisius, 2015.

PGI Dokumen Keesaan Gereja: Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia

(DKG-PGI) 2014-2019. Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2015.

Riyanto, Armada. Dialog Interreligius: Historis, Tesis, Pergumulan, Wajah Yogyakarta: Kanisius, 2010.

Semiawan R. Cony, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo, 2010. Sumarthana dkk. Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia

Yogyakarta: Interfidei, 2001.

Sumartana, Th. ―Theologia Religonum dalamMeretas Jalan Teologi Agama-

Agama di Indonesia, Ed. Tim Balitbang PGI Jakarta: BPK,

Gunung Mulia, 2000.

Titaley, John. Menuju Teologi Agama-Agama Yang Kontekstual. Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana press, 2001.

Titaley, John. RELIGIOSITAS DI ALINEA TIGA:Pluralisme, Nasionalisme, dan

Transformasi Agama-Agama. Salatiga: Satya Wacana University, Press,

26

Usman, Husaini. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia, 1998.

Yewangoe, Andreas. Tidak Ada Penumpang Gelap. Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2009.

Dalam dokumen T1 712012064 Full text (Halaman 30-36)

Dokumen terkait