• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diferensiasi Upah menurut Karakteristik Umum

Upah/gaji bersih adalah imbalan yang diterima sebulan oleh buruh/karyawan baik berupa uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan. Imbalan dalam bentuk barang dinilai dengan harga setempat. Upah/gaji bersih yang dimaksud adalah upah/gaji setelah dikurangi potongan-potongan iuran wajib, pajak penghasilan dan sebagainya. Mengacu pada definisi tersebut maka hanya penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai atau yang sering disebut dengan pekerja saja yang menerima upah/gaji. Berdasarkan hal tersebut, kajian yang membahas terkait upah hanya relevan diterapkan pada penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai saja, sedangkan untuk selain itu lebih tepat menggunakan istilah pendapatan.

Rata-rata upah/gaji bersih pekerja di Provinsi Sulawesi Selatan masih tergolong rendah. Grafik 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja memiliki gaji di bawah Rp. 200.000 sebulan. Sebagian besar pekerja dengan upah/gaji terendah adalah perempuan, yaitu sebesar 52,02 persen, sedangkan laki-laki sebesar 45,18 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa selain ada permasalahan pada upah/gaji yang sangat rendah, juga masih adanya diskriminasi dalam pengupahan yang berujung pada ketimpangan. Pekerja perempuan lebih banyak menerima upah yang lebih rendah daripada pekerja laki-laki bahkan untuk jenis pekerjaan yang sama. Perempuan menerima upah yang berbeda dengan laki-laki hanya karena perbedaan jenis kelamin. Salah satu penyebabnya adalah stereotip dan budaya masyarakat yang membedakan tugas antara laki-laki dan perempuan. Masyarakat menempatkan tugas laki-laki sebagai pencari nafkan dan perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Laki-laki sebagai pencari nafkah utama atau disebut sebagai tulang punggung keluarga sedangkan perempuan yang bekerja sebagai pencari nafkah untuk mendapatkan pendapatan tambahan karena tugas utamanya adalah mengurus rumah tangga. Padahal, hal tersebut akan berbeda ketika perempuan bekerja merupakan single parent yang menjadi tulang punggung keluarga. Perempuan yang menjadi pencari nafkah utama memiliki beban tanggungan keluarga yang sama dengan laki-laki sebagai pencari nafkah utama,

27

akan tetapi jika perempuan mendapatkan gaji/upah yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dengan pekerjaan yang sama, hal tersebut menjadi lebih berat dan tidak adil bagi perempuan.

Fenomena diskriminasi tersebut juga terlihat nyata pada tiga kelompok pekerja dengan upah tertinggi, yaitu Rp. 1.000.000 atau lebih. Pada ketiga kelompok tersebut, persentase pekerja laki-laki selalu lebih besar dengan selisih yang sangat besar dari pada persentase pekerja perempuan. Hal ini membuktikan bahwa pekerja dengan upah/gaji tinggi mayoritas dinikmati oleh pekerja laki-laki, sedangkan pekerja perempuan yang menikmati upah/gaji bersih yang tinggi berjumlah sedikit.

Grafik 4.1

Persentase Buruh/Karyawan Menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015

Catatan: 1 = kurang dari Rp.200.000 2 = Rp.200.000 sampai Rp.399.999 3 = Rp.400.000 sampai Rp.599.999 4 = Rp.600.000 sampai Rp.799.999 5 = Rp.800.000 sampai Rp.999.999 6 = Rp.1.000.000 sampai Rp.1.499.999 7 = Rp.1.500.000 sampai Rp.1.999.999 8 = Rp.2.000.000 dan lebih

Sumber: BPS, Sakernas – Agustus 2015

1 2 3 4 5 6 7 8 45.18 4.16 4.38 4.13 4.14 11.18 8.57 18.25 52.02 10.72 5.76 3.82 2.65 5.75 5.40 13.88 Laki-laki Perempuan

28

Rata-rata upah/gaji menurut kelompok umur juga merupakan pokok perhatian yang menarik untuk dibahas terkait pekerja di Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 4.1. Menunjukkan, rata-rata upah/gaji menurut kelompok umur yang menunjukkan adanya indikasi diskriminasi pengupahan menurut jenis kelamin. Pada hampir semua kelompok umur, rata-rata upah/gaji yang diterima oleh pekerja perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, kecuali pada kelompok umur 50 - 54 tahun.

Tabel 4.1 menunjukkan, semakin tua umur pekerja semakin tinggi pula rata-rata gaji/upahnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengalaman bekerja, dan produktivitas pekerja. Pada usia lanjut (60+) upah/gaji mengalami penurunan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi fisik yangg semakin menurun. Rata-rata upah/gaji mencapai puncak tertinggi pada kelompok umur 45 - 59 tahun. Pada usia tersebut pekerja telah memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam bekerja .

Tabel 4.1

Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan Buruh/Karyawan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015

Kelompok Umur Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan 15 - 19 1.052.373 668.487 888.150 20 - 24 1.079.396 952.961 1.026.632 25 - 29 1.476.290 1.129.948 1.331.965 30 - 34 1.932.287 1.506.710 1.759.702 35 - 39 2.327.657 1.696.703 2.081.768 40 - 44 2.996.823 2.375.444 2.783.729 45 - 49 3.338.775 3.115.086 3.259.024 50 - 54 3.361.350 4.445.657 3.740.567 55 - 59 4.059.359 4.054.945 4.057.975 60 + 2.082.388 1.546.115 1.952.215 Jumlah 2.221.299 1.822.779 2.3067.582

Sumber: BPS, Sakernas – Agustus 2015

Besarnya upah/gaji bersih yang diterima oleh seorang pekerja, baik pekerja perempuan maupun laki-laki pada umumnya juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditamatkan. Tabel 4.2 menunjukkan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula upah/gaji pekerja per bulan baik pada laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

29

berhubungan secara positif pada tingkat upah/gaji pekerja. Hal tersebut sama terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki kesempatan/akses bekerja pada bidang yang lebih luas baik formal maupun informal serta memiliki peluang yang lebih besar dalam jenjang pekerjaan. Pekerja dengan pendidikan yang lebih rendah memiliki kesempatan/akses bekerja cenderung pada pekerjaan informal seperti buruh informal. Pekerja yang memiliki pendidikan tinggi memiliki peluang menduduki jenjang jabatan/pekerjaan yang lebih tinggi sekaligus pendapatan yang lebih tinggi pula.

Rata-rata upah/gaji bersih pekerja perempuan berdasarkan tingkat pendidikan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh pemilihan jenis pekerjaan yang didasarkan pada tugas produktif dan reproduktif. Perempuan melakukan peran ganda yaitu melakukan kegiatan produktif dan reproduktif serta menempatkan kegiatan reproduktif sebagai pekerjaan utama, sehingga perempuan lebih cenderung memilih pekerjaan produktif yang lebih fleksibel agar dapat melaksanakan kegiatan reproduktif.

Ketimpangan paling besar yaitu pada tingkat pendidikan terendah (tidak/belum pernah sekolah) dengan rata-rata upah/gaji pekerja perempuan sebesar Rp. 293.275 sedangkan pekerja laki-laki Rp. 1.419.146 per bulan. Hal tersebut memperlihatkan masih rendahnya akses perempuan dalam memperoleh pendidikan. Budaya menjadi salah satu penyebab perempuan cenderung memiliki pendidikan yang lebih rendah. Laki-laki lebih memiliki akses lebih tinggi terhadap pendidikan karena peran laki-laki sebagai pencari nafkah, sedangkan perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk mengurus keluarga. Hal tersebut mengakibatkan sehingga dianggap tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, padahal perempuan merupakan pengasuh utama bagi anak, sehingga pendidikan harusnya penting untuk perempuan karena perempuanlah yang sering di rumah dan mendidik anak. Peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan perlu digalakkan baik pada perempuan itu sendiri maupun lingkungan. Kesadaran tersebut perlu ditingkatkan karena mayoritas motif atau alasan utama perempuan bekerja bukanlah untuk menambah pendapatan keluarga, melainkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang belum terpenuhi dari pendapatan laki-laki sebagai pencari nafkah utama.

30

Tabel 4.2

Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan Buruh/Karyawan Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015

Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

Tidak/Belum Pernah Sekolah 1.419.146 293.275 906.191 Tidak/Belum Tamat SD 1.028.084 488.051 918.486 SD 1.062.874 611.371 946.888 SMP 1.272.253 819.314 1.149.580 SMA 2.044.533 1.253.850 1.811.186 SMK 1.984.126 1.173.153 1.752.608 D I/II/III 3.412.885 2.074.731 2.495.615 Universitas 3.883.908 2.606.881 3.210.004 Jumlah 2.221.299 1.822.779 2.067.582 Sumber: BPS, Sakernas – Agustus 2015

Dokumen terkait