Struktur kristal dipelajari menggunakan metode X-Ray Diffraction (XRD). Karena orde panjang gelombang sinar-X hampir sama dengan jarak antar atom pada kristal, maka sinar-X dapat didifraksikan oleh kristal. Pola difraksi sinar-X muncul akibat hamburan atom-atom yang terletak pada bidang hkl dalam kristal dan pola intensitas difraksi mengandung informasi penting mengenai struktur kristalografi suatu bahan.
Karakteristik XRD mampu menentukan film yang dihasilkan berupa kristalin, polikristalin, mikrokristal atau amorf. Hal ini dapat diperoleh dengan membandingkan puncak-puncak pola difraksi dari difraktogram yang dihasilkan. Puncak yang terbentuk dari struktur kristalin akan berupa puncak tajam karena memiliki derajat keteraturan yang tinggi. Sedangkan pada amorf, puncak-puncak yang dihasilkan sangat landai karena memiliki derajat keteraturan yang rendah [20].
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material, Institut Pertanian Bogor dan P3IB BATAN, Serpong.
Waktu yang diperlukan melakukan penelitian ini terhitung sejak Nopember 2007- Juli 2008 meliputi kegiatan penelitian pendahuluan, persiapan dan karakterisasi sampel dan penyusunan laporan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan untuk pembuatan polianilin adalah monomer aniline, HCL, ammoniumperoksidisulfat, aquabides, kaca TCO dan preparat dan logam aluminium.
Peralatan yang digunakan adalah hot plate, magnetik stirer, gelas kimia, pipet.
Spektrofotometer Fiber Optic USB 2000, Keithley Sourcemeter 2400, XRD, FTIR.
Sintesis Polianilin
Pada penelitian ini persiapan sampel terbagi menjadi dua bagian yaitu pembuatan polianilin dengan variasi konsentrasi dopant HCl dan pembuatan lapisan pada kaca preparat dan TCO. Pembuatan polianilin dilakukan dengan membuat dua larutan.
Larutan pertama dilakukan dengan menambahkan 1,25 ml monomer anilin ke dalam 250 ml aquabides sambil distirring pada suhu ruang. Larutan kedua dengan menambahkan 1,5 gram ammonium peroksidisulfat ke dalam larutan HCl 1 M.
Kemudian kedua larutan dicampur sambil distirring. Reaksi dibiarkan selama 24 jam.
Endapan disaring dengan kertas saring, kemudian dicuci dengan aquabides beberapa kali. Pembuatan lapisan pada TCO dan kaca preparat dilakukan dengan mengcasting PANI pada kaca preparat dan TCO. Selanjutnya lapisan polianilin pada kaca preparat digunakan pada karakterisasi UV-VIS, sedangkan lapisan polianilin permukaan kaca TCO ditutup dengan lempengan aluminium (Al) yang berfungsi sebagai anoda dan dijepit (Gambar 7). Sisa polianilin dikeringkan untuk digunakan pada karakterisasi FTIR dan XRD.
Empat sampel polianilin dan empat buah sampel dioda Schottky PANI/Al dibuat masing-masing untuk variasi dopant HCl 1 M, 2 M, 3 M dan 4 M.
Karakterisasi FTIR
Karakterisasi FTIR dilakukan dengan menggunakan alat Shimadzu Ir Perstige-21.
Pengamatan dilakukan pada bilangan gelombang 500-4000 cm-1.
Karakterisasi XRD
Struktur kristal polianilin diamati dengan karakterisasi XRD menggunakan alat model Philips PW7010. Pengamatan dilakukan mulai sudut (2θ) 10,01o sampai dengan 79,99o dengan kenaikan sudut 0,02o setiap 1 detik.
6
Gambar 7. Struktur divais polianilin Karakterisasi UV-VIS
Analisis sifat optik polianilin dilakukan dengan menggunakan alat UV-VIS Spektofotometer Fiber Optic USB 2000.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 380-980 nm dengan resolusi 0,37 nm. Pengolahan data UV-VIS menggunakan Microsoft Excel.
Karakterisasi Konduktivitas Listrik
Konduktansi film tipis diukur dengan menggunakan alat LCR-meter. Pengukuran dilakukan pada temperatur ruangan dengan penerangan lampu ruangan. Data konduktansi listrik ini digunakan menghitung nilai konduktivitas listrik dengan menggunakan Persamaan 10. Data konduktansi yang didapatkan akan dibandingkan dengan data literatur apakah yang terbentuk termasuk bahan konduktor, semikonduktor atau bahan isolator.
Karakterisasi Kurva I-V
Untuk mengetahui karakterisasi persambungan PANI/Al dilakukan pengukuran arus-tegangan (I-V) menggunakan Keithley Sourcemeter 2400.
Pengukuran dilakukan pada temperatur ruangan dengan penerangan lampu ruangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi FTIR
Uji spektroskopi inframerah bertujuan untuk melihat gugus fungsional sampel polianilin yang telah disintesis. Pada polianilin dengan dopant HCl 1 M, puncak pada 823,60 cm-1 menunjukkan N–H out-of-plane bending, puncak pada 1149,57 cm-1 menunjukkan C-C stretching, puncak 1247,94 cm-1 menunjukkan C-C twisting, puncak 1301,95 cm-1 menunjukkan C-N stretching, puncak 1487,12 cm-1 menunjukkan C=C aromatic stretch, puncak pada 1583.56 cm-1 menunjukkan N-H bending, puncak pada 2993,52 cm-1 menunjukkan C-H stretching [21].
Pada polianilin dengan dopant HCl 2 M, puncak pada 821,58 cm-1 menunjukkan N–H out-of-plane bending, puncak pada 1145,72 cm-1 menunjukkan C-C stretching, puncak 1247,94 cm-1 menunjukkan C-C twisting, puncak pada 1301,95 cm-1 menunjukkan C-N stretching, puncak 1487,12 cm-1 menunjukkan C=C aromatic stretch, puncak pada 1585,49
cm-1 menunjukkan N-H bending, puncak pada 2991,59 cm-1 menunjukkan C-H stretching.
PANI Al
TCO
Pada polianilin dengan dopant HCl 3 M, puncak pada 1147,65 cm-1 menunjukkan C-C stretching, puncak 1195,87 cm-1menunjukkan C-C twisting,puncak pada 1296,16 cm-1 menunjukkan C-N stretching, puncak pada 1585,49 cm-1 menunjukkan N-H bending, puncak pada 2991,59 cm-1 menunjukkan C-H stretching.
Pada polianilin dengan dopant HCl 4 M, puncak pada 823,60 cm-1 menunjukkan N–H out-of-plane bending, puncak pada 1141,96 cm-1 menunjukkan C-C stretching, puncak 1247,94 cm-1 menunjukkan C-C twisting, puncak pada 1301,96 cm-1 menunjukkan C-N stretching, puncak 1479,84 cm-1 menunjukkan C=C aromatic stretch, puncak pada 1585,49 cm-1 menunjukkan N-H bending, puncak pada 2991,59 cm-1 menunjukkan C-H stretching.
Pada spektra transmitans FTIR (Lampiran 2), terlihat bahwa kenaikan konsentrasi dopant HCl masing-masing sampel polianilin cenderung menurunkan intensitas transmitansi pada bilangan gelombang yang sama atau mendekati.
Keadaan ini menunjukkan intensitas pita absorpsi dalam sampel meningkat.
Karakterisasi XRD
Karakterisasi XRD dilakukan untuk mengetahui apakah polianilin yang terbentuk kristalin atau tidak. Pada polianilin dengan dopant HCl 2 M (Gambar 8), beberapa puncak terpusat pada sudut 2θ = 18,09o, 22,79o, 25,27o dan 27,69o. Puncak pada 2θ = 18,09o diakibatkan oleh periodisitas yang sejajar terhadap cincin polimer polianilin, sedangkan puncak pada 2θ = 25,27o diakibatkan oleh periodisitas yang tegak lurus terhadap cincin polimer polianilin. Puncak pada sudut 2θ = 22,79o dan 27,69o mungkin muncul dari jarak interplanar antara molekul polianilin atau refleksi pada jarak periodik antara dopant dan atom N pada interplanar rantai utama yang berdekatan. [22].
0
Intensitas (arb. unit)
18,09O
25,27O
22,79O 27,69O
Gambar 8. Pola difraksi sinar-X sampel polianilin dengan HCl 2 M
7
Tabel 2. Data spektra serbuk polianilin.
Konsentrasi dopant HCl
1 M 2 M 3 M 4 M Jenis Vibrasi
823,60 cm-1 821,58 cm-1 - 823,60 cm-1 N–H out-of-plane bending 1149,57 cm-1 1145,72 cm-1 1147,65 cm-1 1141,96 cm-1 C-C stretching
1247,94 cm-1 1247,94 cm-1 1195,87 cm-1 1247,94 cm-1 C-C twisting 1301,95 cm-1 1301,95 cm-1 1296,16 cm-1 1301,96 cm-1 C-N stretching 1487,12 cm-1 1487,12 cm-1 - 1479,84 cm-1 C=C aromatic stretch 1583.56 cm-1 1585,49 cm-1 1585,49 cm-1 158549 cm-1 N-H bending
2993,52 cm-1 2991,59 cm-1 2991,59 cm-1 2991,59 cm-1 C-H stretching Karakterisasi UV-VIS
Uji spektroskopi optik dimaksudkan untuk melihat karakteristik serapan (absorpsi) optik polianilin pada rentang cahaya tampak (visible) hingga inframerah dekat [2].
Polianilin dengan dopant HCl 1 M, 2 M, 3 M, 4M (Gambar 9) masing-masing memiliki pita absorpsi pada panjang gelombang yang berbeda. Masing-masing secara berturut-turut yaitu pada panjang gelombang 380 nm dan 850 nm, 382 nm dan 853 nm, 397 nm dan 862 nm, 395 nm dan 870 nm. Puncak absorpsi yang berkisar pada antara 380-402 nm berhubungan dengan transisi bipolaron [2,23], sedangkan transisi pada sekitar 850-870 nm berhubungan dengan transisi polaron [2].
Terlihat bahwa kenaikan konsentrasi dopant HCl tidak terlalu signifikan menggeser pita absorpsi polianilin. Selain itu, pita absorpsi film polianilin ini bersesuaian dengan warna hijau polianilin dengan proses doping, yaitu bentuk emeraldine salt (ES), sehingga tidak menyerap spektrum hijau namun menyerap dengan kuat spektrum biru dan merah hingga inframerah dekat [2].
Karakterisasi Konduktivitas Listrik
Konduktivitas listrik semikonduktor sensitif terhadap temperatur, cahaya, medan magnet dan konsentrasi impuritas [15].Pada Gambar 10, besar konduktivitas listrik pada polianilin dengan konsentrasi 1 M, 2 M, 3 M dan 4 M secara berturut-turut adalah 1,4 S/cm, 1,6 S/cm, 2,0 S/cm dan 4,5 S/cm.
Pada Gambar 10 terlihat bahwa penambahan konsentrasi dopant HCl akan meningkatkan konduktivitas listrik polianilin.
Perbedaan ini disebabkan adanya penambahan ion (H+) oleh dopant HCl, sehingga mempengaruhi jumlah muatan pembawa (hole) dalam polianilin [24].
Karakterisasi I-V
Hasil karakterisasi I-V membentuk kurva I-V yang menunjukkan bahwa PANI/Al memiliki sifat dioda. Tegangan yang diberikan pada persambungan PANI/Al harus
lebih besar dari tegangan barrier dan terdiri dari dua perlakuan yaitu dibias maju dan dibias mundur.
Pada kondisi tidak ada bias pada kontak semikonduktor-logam tidak ada arus yang mengalir. Terdapat hole yang dapat berpindah bebas antara logam dan semikonduktor. Konsentrasi hole dalam logam dan semikonduktor sama, sehingga hole yang mengalir dari logam ke semikonduktor mempunyai konsentrasi yang sama dengan arah sebaliknya, maka arus saling menghapuskan, yang menghasilkan arus nol [17].
Kurva Absorbansi PANI dengan HCl
0,8
380 480 580 680 780 880 980
Panjang Gelom bang (nm )
Absorbansi
a bc d
Gambar 9. Spektrum absorbansi PANI dengan HCl (a) 4 M (b)3 M (c) 2 M (d) 1 M
Kurva Hubungan Konsentrasi HCl dengan Konduktivitas Listrik
Konsentrasi HCl (M)
Konduktivitas (S/cm)
Gambar 10. Hubungan konduktivitas listrik polianilin dengan konsentrasi HCl.
8
Pada kondisi bias maju, semikonduktor mempunyai energi qVF (Gambar 5) maka didapatkan tegangan barrier menurun dari qVBi
menjadi q(VBi - VF). Konsentrasi hole dari semikonduktor yang dapat melewati barrier lebih banyak dari pada konsentrasi hole dari logam. Perbedaan konsentrasi hole naik sebanding dengan tegangan yang diberikan.
Pada kurva I-V (Gambar 11-14) terlihat bahwa arus muncul pada nilai tegangan yang berbeda pada setiap sampel.
Pada Gambar 15 terlihat bahwa tegangan knee turun dengan meningkatnya dopant HCl. Besar tegangan knee pada divais polianilin 1 M, 2 M, 3 M dan 4 M masing-masing secara berturut-turut adalah 4 V, 1,8V, 1,4 V dan 0,8 V. Hal ini disebabkan karena HCl merupakan penyumbang proton (hole) pada polianilin. Sehingga semakin tinggi dopant HCl yang diberikan, maka jumlah hole dalam polianilin akan bertambah [25].
Sedangkan pada kondisi bias mundur berlaku kebalikannya. Karena diberikan bias mundur maka didapat barrier yang lebih tinggi, dari qVBi menjadi q(VBi + VR). Hal ini menyebabkan konsentrasi hole dari semikonduktor yang dapat melewati barrier lebih sedikit dari pada konsentrasi hole dari logam, menghasilkan arus sebaliknya dari arah pada bias maju. Konsentrasi hole yang melewati barrier tidak terpengaruh pada tegangan yang diberikan.
Kurva I-V PANI dengan HCl 1 M
-0,0015
Gambar 11. Kurva I-V PANI dengan dopant HCl 1 M
Kurva I-V PANi dengan HCl 2 M
-0,0005
Gambar 12. Kurva I-V PANI dengan dopant HCl 2 M
Kurva I-V PANi dengan HCl 3 M
-0,0001
Gambar 13. Kurva I-V PANI dengan dopant HCl 3 M
Kurva I-V PANI dengan HCl 4M
-0,0001
Gambar 14. Kurva I-V PANI dengan dopant HCl 4 M
Kurva Hubungan Tegangan dengan Konsentrasi Doping HCl
Doping HCl (M)
Tegangan (V)
Gambar 15. Kurva hubungan tegangan dengan konsentrasi dopant HCl
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil penelitian terlihat bahwa variasi konsentrasi dopant HCl berpengaruh terhadap struktur, sifat optik dan sifat listrik polianilin. Pada hasil karakterisasi FTIR, terlihat bahwa kenaikan konsentrasi dopant HCl cenderung menurunkan intensitas transmitansi pada bilangan gelombang yang sama atau mendekati. Keadaan ini menunjukkan intensitas pita absorpsi dalam sampel meningkat.
Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa polianilin yang terbentuk merupakan
9
kristal. Pada polianilin selalu terbentuk puncak pada 2θ = 18,09o dan 25,27o yang merupakan bentuk kristal polianilin, sedangkan puncak-puncak selain itu terbentuk karena pengaruh dopant.
Berdasarkan literatur bahwa penambahan dopant HCl akan menggeser pita absorbsi polianilin ke panjang gelombang yang lebih besar, tetapi pada hasil karakterisasi UV-VIS menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi dopant HCl tidak signifikan menggeser pita absorpsi polianilin ke panjang gelombang yang lebih besar.
Dari hasil karakterisasi konduktivitas listrik diketahui bahwa konduktivitas listrik bergantung pada jumlah muatan pembawa (hole). Hal ini terlihat pada kenaikan konduktivitas listrik dengan penambahan konsentrasi HCl sebagai penyumbang ion H+ (hole).
Pada hasil karakterisasi I-V dengan dibias maju didapatkan tegangan knee untuk konsentrasi dopant HCl 1 M, 2 M, 3 M dan 4 M masing-masing secara berturut-turut adalah 4 V, 1.8 V, 1.4 V dan 0.8 V. Terlihat bahwa kenaikan konsentrasi dopant HCl menurunkan tegangan knee pada devasi polianilin.
Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada pembuatan polianilin agar digunakan dopant yang berbeda sebagai pembanding. Selain itu perlu dicoba dengan menggunakan metode sintesis yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Pada pembuatan divais elektronik pembuatan kontak logam sebaiknya dilakukan dengan menggunakan metode evaporasi.
Pada karakterisasi optik digunakan panjang gelombang pada rentang 300-1000 nm, supaya absorpsi pada panjang gelombang 330 nm dapat diamati. Selain itu pada karakterisasi I-V, dapat diamati bentuk kurva I-V pada kondisi terang dan gelap, sehingga bisa dilihat apakah polianilin bisa berlaku sebagai fotodioda atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Y. Wang, X. Jing, J. Kong. Polyaniline Nanofibers Prepared with Hydrogen Peroxide as Oxidant. Synthetic Metals 157, 269–275 (2007).
[2] A. Maddu, S. T. Wahyudi, M. Kurniati.
Sintesis dan Karakterisasi Nanoserat Polianilin. Jurnal Nanosains &
Nanoteknologi 1(2), Indonesia, 74-78 (2008)
[3] W. M. Sayed, L. I. Soliman. Optical Properties of Polyaniline Salt and Polyaniline Base With KBr, CO(CH3COO)2 and Picric Acid Composites. Fizika A (Zagreb) 9(4), 147-152 (2000)
[4] D. Patidar, N. Jain, N.S. Saxena, Kananbala Sharma, and T.P. Sharma.
Electrical Properties of CdS/Polyaniline Heterojunction. Brazilian Journal of Physics 36 (4A), Brazil, 1210-1212 (2006)
[5] S. H. Hosseini, S. H. A. Oskooei, A. A.
Entezami. Toxic Gas and Vapour Detection by Polyaniline Gas Sensors.
Iranian Polymer Jounal. 14 (4), 2005, 333-344.
[6] K. Seo, K. Lee, A. I. Gopalan.
Horseradish Peroxidase (HRP) Immobilized Poly(aniline-co-m-aminophenol) Film Electrodes–
fabrication and Evaluation as Hydrogen Peroxide Sensor. Sensors 2007, 7, 719-729.
[7] S. H. Hosseini, A. A. Entezami. Studies of Thermal and Electrical Conductivity Behaviours of Polyaniline and Polypyrrole Blends with Polyvinyl Acetate, Polystyrene and Polyvinyl Chloride. Iranian Polymer Jounal. 14 (3), 2005, 201-209
[8] L. Bas’z, Arredondo, F. Bustos, C.
S’chez, B.L. Rivas.
Electropolymerization of Aniline And Pyrrole In The Presence Of Copper(II).
Bol. Soc. Chil.
Qu v.46 n.2 Concepci. 2001
[9] L. O. Muliadi. Pembuatan Sensor Fiber Optic Dengan Cladding Polianilin Untuk Mengukur Gas Amonia. Skripsi, Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor, (2004)
[10] M. M. Salman. Pengaruh Serapan Gas Amonia Terhadap Absorbansi Optik Lapisan Polianilin. Skripsi, Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor, (2004) [11] Q. Hao. Development of Conductometric
Polymer Sensorfor Gaseous Hydrogen Chloride. Dissertation, Faculty of Chemistry and Pharmacy, University of Regensburg, Germany, (2003).
10
[12] J. Stejskal, R. G. Gilbert. Polyaniline.
Preparation Of A Conducting Polymer.
Pure Appl. Chem 74(5), 857–867(2002).
[13] T. A. Huber. A Literature Survey of Polyaniline, Part 1Polyaniline as a Radar Absorbing Material. Technical Memorandum. Defence Research and Development Canada, 014, (2003).
[14] P. A. Tippler. PHYSICS for Scientist and Engineers. Worth Publisher. Inc, (1991).
[15] H. Syafutra. Studi Fotodioda Film Tipis BST Didadah Tantalum. Skripsi.
Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor, (2008).
[16] A. Marwan. Studi Efek Fotovoltaik Bahan Ba0,5Sr0,5TiO3 yang Didadah Galium (BGST) di Atas Substrat Si (100) Tipe-n. Skripsi, Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor, (2007).
[17] R. R. Rio, M. Iida. Fisika dan Teknologi Semikonduktor. Pradnya Paramitha.
Jakarta. (1999)
[18] S. M. Sze. Semiconductor Devices, Physics and Technology. John Wiley &
Sons, United States of America, (1981).
[19] S. Hendayana, dkk. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang Press, Semarang (1994)
[20] H. Frimasto. Sifat Optik Film Tipis Bahan Ferroelektrik BaTiO3 yang Didadah Tantalum. Skripsi, Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor, (2007).
[21] A. M. P. Hussain, A. Kumar.
Electrochemical Synthesis and Characterization of Chloride Doped Polyaniline. Bull. Mater. Sci., 26(3), 329–
334, 2003
[22] J. Chen, Y. Xu, Y. Zheng, L. Dai, H.
Wu. The Design, Synthesis and Characterization of Polyaniline Nanophase Materials. C. R. Chimie 1(6) (2007).
[23] Q. Zhou, J. Wang, Y. Ma, C. Cong, F.
Wang. The Relationship of Conductivity to the Morphology and Crystallinity of Polyaniline Controlled by Water Content Via Reverse Microemulsion.
Colloid Polym Sci 285, 405–411(2007).
[24] M. D. Catedral, A. K. G. Tapia, R. V.
Sarmago. Effect of Dopant Ions on the Electrical Conductivity and Microstructure of Polyaniline (Emeraldine Salt). Science Diliman, 16:2, 41–46 (2004)
[25] Supriyatman. Uji Sifat Listrik Struktur Kapasitor Film Tipis Bahan PbZrxTi 1-xO3 Doping In3o3 (PIZT). Skripsi.
Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor, (2004)
11
Lampiran 1 : Diagram alir penelitian
Pembuatan Larutan Polianilin dan HCl
Stirring 24 jam
Penyaringan dan Pencucian
Casting pada Kaca
Preparat dan TCO Pengeringan pada
Kondisi Vakum
Karakterisasi UV-VIS FTIR
Karakterisasi I-V XRD
Analisa Data
Penulisan Skripsi
12
Lampiran 2
:
Spektra transmitans FTIR sampel polianilina. Spektra transmitans FTIR sampel polianilin dengan konsentrasi dopant HCl 1 M
500 98
750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
1/cm 74
76 78 80 82 84 86 88 90 92 94
%T 96
3950.22 3915.50 3788.19 3726.47 3699.47 2993.52 2953.02 2873.94 2771.71 2721.56 2478.53 2380.16 2353.16 2310.72 2162.20 2110.12 1978.97 1930.74 1855.52 1822.73 1730.15 1583.56 1487.12 1301.95 1247.94 1149.57 947.05 823.60
1M
1/cm
13
b. Spektra transmitans FTIR sampel polianilin dengan konsentrasi dopant HCl 2 M
500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
1/cm 72
74 76 78 80 82 84 86 88 90 92 94
%T
3957.93 3917.43 3786.27 3730.33 3699.47 3041.74 2991.59 2951.09 2873.94 2767.85 2654.05 2613.55 2565.33 2414.88 2349.30 2308.79 2189.21 1973.18 1932.67 1853.59 1734.01 1585.49 1487.12 1301.95 1247.94 1145.72 985.62 948.98 821.68 678.94
2M ok
1/cm
% T
14
c. Spektra transmitans FTIR sampel polianilin dengan konsentrasi dopant HCl 3 M
500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 92
4000
1/cm 64
66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88
%T 90
3913.57 3790.12 3730.33 3699.47 3280.92
3672.47 3628.10 3128.54 3039.81 2991.59 2951.09 2875.86 2513.25 2351.23 2312.65 2179.56 2108.20 1926.89 1876.74 1851.66 1818.87 1766.80 1728.22 1585.49 1440.83 1390.68 1342.46 1147.65
1296.16 680.87 540.07
1195.87 935.48
E
% T
1/cm
15
d. Spektra transmitans FTIR sampel polianilin dengan konsentrasi dopant HCl 4 M
500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
1/cm 68
70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 90 92
%T
3628.10
3915.50 3728.40 3039.81 2991.59 2947.23 2870.08 2648.26 2569.18 2347.37 2310.72 2183.42 2104.34 1928.82 1853.59 1820.80 680.87
1766.80 1730.15 1585.49 1479.40 1301.95 1247.94 1178.51 1141.86 987.55 952.84 823.60
4M