2.5 Pelatihan Pembebanan
2.5.1. Alat yang digunakan pada pelatihan menarik katrol berbeban a. Beban dengan menggunakan karung berpasir
b. Katrol yang digunakan untuk menarik beban c. Tali
Gambar 2.3 Pelatihan menarik katrol 2.5.2. Pelatihan menarik katrol
Pelaksanaan pelatihan menarik katrol. Posisi berdiri selebar bahu membelakangi, kaki kiri maju didepan, kedua tungkai sedikit ditekuk kemudian pelaksanaan tangan kanan lurus vertikal yang berada di atas kepala samping dan tangan yang melakukan tarikan memegang pegangan tali. Kemudian menarik katrol/mengayun lengan dengan hentakan sampai di depan dada. Kemudian diulang lagi. Beban yang digunakan lima kg repetisi duabelas dan tiga set, istirahat setiap set lima menit. Dan beban lima kg,
sembilan repetisi dan empat set. 2.5.3. Struktur angggota gerak atas. 2.5.3.1.Struktur Otot Bahu
Menurut Syaifuddin (1996), otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan membungkus tulang lengan dan tulang belikat akromion yang teraba dari luar.
1. Muskulus Deltoid (otot segi tiga), otot ini untuk membentuk lengkung bahu dan berpangkal di sisi tulang selangka ujung bahu, balung tulang belikat dan diafise tulang pangkal lengan. Fungsinya mengangkat lengan sampai mendatar.
2. Muskulus Subskapularis (otot depan tulang belikat) otot ini mulai dari depan tulang belikat menuju taju kecil pangkal lengan. Fungsinya menengahkan dan memutar tulang humerus ke dalam.
3. Muskulus Suprasuspinatus (otot atas tulang belikat) otot ini berpangkal dilekuk sebelah atas menuju tulang pangkal lengan fungsinya mengangkat lengan.
4. Muskulus. Infraspinatus (otot bawah tulang belikat) otot ini berpangkal di lekuk sebelah bawah tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang pangkal lengan. Fungsinya memutar lengan keluar.
5. Muskulus Teresmayor (otot lengan bulat besar)otot ini berpangkal di siku bawah tulang belikat dan menuju ke taju kecil tulang pangkal lengan. Fungsinya memutar lengan ke dalam.
6. Muskulus Teres minor (otot lengan belikat kecil) otot ini berpangkal di siku sebelah luar tulang belikat dan menuju ka taju besar tulang pangkal lengan. Fungsinya memutar lengan keluar
Gambar 2.4 Anatomi anggota gerak badan (Widiastuti, 2011) 2.5.3.2. Struktur Otot Lengan Atas
Menurut Syaifuddin (1996), otot-otot lengan atas terdiri dari: 1. Otot-otot ketul (fleksor).
a. Muskulus Biseps braki (otot lengan kepala dua) kepala yang panjang melekat pada sendi bahu, kepala yang pendek melekat di sebelah luar dan yang kedua di sebelah dalam. Otot itu kebawah menuju tulang pengumpil. Di bawah uratnya terdapat kandung lender. Fungsinya membengkokkan lengan bawah siku, merata hasta dan mengangkat lengan.
b. Muskulus Brakialis (otot lengan dalam). Otot ini berpangkal di bawah otot segitiga di tulang pangkal lengan dan menuju taju di pangkal tulang hasta. Fungsinya membengkokkan lengan bawah siku.
c. Muskulus korako brakialis. Otot ini berpangkal pada prosesuskorakoid dan menuju ke tulang pangkal lengan. Fungsinya mengangkat lengan. 2.Otot-otot kedang (ekstensor). Muskulus triseps braki (otot lengan
berkepala tiga).
a. Kepala luar berpangkal di sebelah belakang tulang pangkal dan menuju ke bawah kemudian bersatu dengan yang lain.
b. Kepala dalam di mulai di sebelah dalam tulang pangkal lengan.
c. Kepala panjang di mulai pada tulang di bawah sendi dan ketiga-tiganya mempunyai sebuah urat yang melekat di olekrani
2,5.3.3. Struktur Otot Lengan Bawah
1. Otot-otot kedang yang memainkan peranannya dalam pengetulan di atas sendi siku, sendi-sendi tangan dan sendi-sendi jari dan sebagian dalam gerak silang hasta.
a. Muskulus ekstensor karpi radialis longus. b. Muskulus ekstensor karpi radialis brevis. c. Muskulus ekstensor karpi ulnaris.
d. Digitonum karpi radialis, fungsinya ekstensi dari jari tangan kecuali ibu jari.
e. Muskulus ekstensor policis longus, fungsinya ekstensi dari ibu jari D. Gerakan Sendi Bahu
Damiri (1994) gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pada sendi bahu adalah sebagai berikut:
1. Mengayun lengan ke depan (swing forward anteflexion/flexion) 2. Mengayun lengan ke belakang (swing backward/flexion) 3. Mengangkat lengan ke samping menjahui badan (abduction) 4. Menarik lengan dari samping mendekati badan (addunction) 5. Memutar lengan ke arah dalam (inward rotation)
6. Memutar lengan ke arah luar (outward rotaion) 7. Sirkumduksi lengan (circumduction)
8. Menarik lengan dari posisi abduksi ke arah depan (horizontal adduction) 9. Menarik lengan dari posisi antefleksi ke posisi abduksi lengan (horizontal
adduction)
Pada saat melakukan overhead merupakan gerakan rotasi yang berpangkal pada bahu. Sesuai dengan gerakan yang dapat dilakukan pada sendi bahu yaitu mengayun lengan kebelakang (swing backward atau extention), maka untuk melakukan gerakan overhead tersebut dibutuhkan ruang gerak sendi bahu yang luas, serta elastisitas otot-otot disekitarnya.
Gambar 2.5 Anatomi lengan (Anonim. 2011) 2.6. Sistem Energi Latihan
Energi didefinisikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Kerja kita artikan sebagai penerapan tenaga sehingga tenaga dan kerja tidak dapat dipisahkan (Foss dan Keteyian, 1998).Energi diperoleh dari pemecahan glukosa. Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik, monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati.
Banyak energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada intensitas, densitas, frekuensi, dam jenis latihan. Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan
atau kontarsi otot tidak dapat diserap langsung dari makanan yang kita makan, akan tetapi melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, karbohidrat ataupun lemak kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan molekul-molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh.
ATP terdiri dari satu molekul adenosine dan tiga molekul phosphate. Energi dibutuhkan untuk kontraksi otot diperoleh dari pembebasan dengan merubah ATP menjadi ADP + Pi (Bompa, 1999).
Persediaan ATP dalam sel otot sangat terbatas, walaupun begitu suplai ATP harus secara berkesinambungan diganti lagi untuk memudahkan aktivitas fisik secara berkelanjutan. Jumlah ATP yang terdapat dalam otot, bahkan didalam otot seorang atlet yang berlatih baik, hanya cukup untuk mempertahankan daya tahan otot yang maksimal yang baru terus menerus dibentuk (Guyton dan Hall 2008).
ATP diperlukan untuk menyediakan energi kontraksi otot dan daur cross bridge selama kontraksi. Pemecahan ATP yang disebabkan oleh enzim ATPase akan menghasilkan sejumlah energi, dimana energi tersebut akan memberikan kesempatan pada cross bridge yang merupakan kepala dari filamen miosin untuk berputar dan membentuk sudut baru dimana sebelumnya pada fase eksitasi cross bridge saling tertarik dengan filamen aktin, sehingga filamen aktin akan meluncur melewati filamen miosin mengakibatkan kedua filamen tersebut saling tumpang- tindih dan terjadilah kontraksi otot.
Tanpa ATP filamen aktin tidak akan bisa meluncur melewati filamen miosin. Tetapi persedian ATP di dalam otot hanya sedikit, cukup untuk kontraksi
maksimal otot yang berlangsung dalam satu detik. Untungnya tubuh mampu mengisi/melengkapi ATP hampir secepat waktu yang dibutuhkan untuk memecahkannya. Pengisian ATP ini terjadi apabila cadangan molekul bahan bakar seperti karbohidrat dan lemak dipecah untuk menyediakan energi bebas yang dapat dipergunakan bersama-sama ADP dan Pi untuk membentuk ATP (Hairy, Junusul, 1989). ATP senantiasa digunakan setiap kali otot berkontraksi, oleh karena itu ATP harus selalu tersedia. Sedangkan untuk menyediakan ATP saja diperlukan energi. Untuk itu tiga macam proses menghasilkan ATP (Hairy, Junusul, 1989):
1. ATP-PC atau sistem fosfagen. Dalam sistem ini energi untuk resintesis ATP berasal dari hanya satu persenyawaan creatin phosphate (PC). Creatin phosphate akan dipecah yang akan menghasilkan energi untuk mensintesis ADP + P menjadi ATP dan selanjutnya ATP akan dipecah lagi menjadi ADP + P yang akan menyebabkan pelepasan energi yang akan digunakan untuk kontraksi otot. Menurut David (1984) sistem ini sangat penting ketika melakukan latihan yang berat, seperti lari sprint dan angkat berat.
2. Glikolisis anaerobik atau sistem asam laktat (LA) penyediaan ATP berasal dari glukosa atau glikogen. Sistem ini dilakukan dengan memecahkan glukosa atau glikogen yang disimpan dalam sel otot dan hati. Sistem ini akan melepaskan energi untuk meresintesi ADP + P menjadi ATP. Selama glikolisis anaerobik hanya beberapa mol ATP yang dapat diresintesis dari glikogen, jika dibandingkan dengan adanya oksigen. Melalui proses glikolisis ini 4 buah molekul ATP akan dihasilkan serta pada awal tahapan prosesnya akan
mengkonsumsi 2 buah molekul ATP sehingga total 2 buah ATP akan dapat terbentuk.
3. Sistem aerobik (O2). Bila suplai oksigen berlimpah dan otot tidak bekerja berat, maka pemecahan glikogen atau glukosa dimulai dengan cara yang sama pada glikolisis anaerobik. Bagaimanapun juga, dalam kondisi aerobik molekul asam piruvat tidak dikonversi menjadi asam laktat, tetapi melewati sarkoplasma masuk ke mitokondria, tempat rangkaian reaksi pemecahan. Di dalam mitokondria asam piruvat hasil proses glikolisis akan teroksidasi menjadi produk akhir berupa H2O dan CO2 di dalam tahapan proses yang dinamakan respirasi selular (Cellular respiration). Proses respirasi selular ini terbagi menjadi 3 tahap utama yaitu produksi Acetyl-CoA, proses oksidasi Acetyl-CoA dalam siklus asam sitrat (Citric-Acid Cycle) serta Rantai Transpor Elektron
(Electron Transfer Chain/Oxidative Phosphorylation). Sistem aerobik
memerlukan kira-kira dua menit untuk memulai memproduksi energi dalam meresintesis ATP dari ADP + P. Sistem aerobik memecahkan glikogen berdasarkan hadirnya oksigen, sehingga denyut jantung dan pernapasan harus ditingkatkan secara memadai untuk membawa sejumlah oksigen yang dibutuhkan sel otot. Sistem aerobik merupakan sumber energi utama untuk aktivitas olahraga yang berjangka waktu 2 menit sampai 2-3 jam. Aktivitas yang lebih dari 3 jam akan mengakibatkan pemecahan lemak dan protein untuk menggantikan cadangan glikogen yang mendekati habis.
Secara umum proses metabolisme secara aerobik akan mampu untuk menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan proses secara anaerobik. Dalam
proses metabolisme secara aerobik, ATP akan terbentuk sebanyak 36 buah sedangkan proses anaerobik hanya akan menghasilkan dua buah ATP. Ikatan yang terdapat dalam molekul ATP ini akan mampu untuk menghasilkan energi sebesar 7.3 kilokalor per-molnya.
Kebanyakan cabang olahraga dalam kaitannya dengan penggunaan sistem energi sering secara kombinasi. Kegiatan fisik dalam waktu singkat dan eksplosif sebagian besar energi diperoleh dari sistem energi anaerobik (ATP-PC dan LA). Sedangkan kegiatan fisik dalam jangka waktu yang lama, energinya dicukupi dari sistem aerobik.
Tabel 2.1
Karakteristik Sistem Energi (Fox, Bower, dan Foss, 1993)
Sistem ATP-PC Sistem Asam Laktat (LA) Sistem Oksigen (O2) • Anaerobik (tanpa
oksigen)
• Anaerobik • Aerobik
• Sangat cepat • Cepat • Lambat
• Bahan bakar dari : PC
• Bahan bakar dari: glikogen
• Bahan bakar dari: glikogen
• Produksi ATP sangat terbatas
• Produksi ATP terbatas
• Produksi ATP bukan tak terbatas
• Dengan simpanan di otot yang terbatas
• Dengan memproduksi asam laktat, menyebabkan kelelahan otot • Dengan memproduksi kembali, tidak melelahkan • Menggunakan aktivitas lari cepat atau berbagai power yang tinggi dengan aktivitas pendek • Menggunakan aktivitas dengan durasi antara 1-3 menit • Menggunakan daya tahan atau aktivitas dengan durasi yang panjang
Pemahaman setiap pelatihan olahraga dalam menggunakan sistem energi sangat diperlukan. Menurut Nala, (2002) bahwa dalam dunia olahraga kebanyakan atlet menggunakan kedua sistem tersebut baik aerobik maupun anaerobik.
Penelitian ini tentang pelatihan menarik katrol berbeban yang menekankan pada perbedaan jumlah set dan repetisi (pengulangan). Pengulangan yang tinggi menurut Nala, (2002) akan menjadikan suatu pelatihan sangat efektif dan sangat baik dalam mengembangkan tipe serabut otot putih yang sangat diperlukan dalam daya ledak eksplosif.