• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II POTRET KEHIDUPAN SOSIAL SEORANG

F. Dilema Perasaan Seorang Istri

Informan kelima yang didapatkan oleh peneliti adalah seorang wanita karir yang telah berkeluarga. FI (inisial nama) merupakan seorang istri dan seorang ibu di dalam keluarganya. Peneliti bertemu dengan informan FI dikarenakan oleh bantuan dari orang tua peneliti yang memang telah berteman sejak lama oleh informan FI. Meskipun saat ini FI telah berkeluarga, namun dirinya masih belum sepenuhnya dapat terlepas dari kehidupannya yang dulu.

1. Lesbi Seorang Ibu Rumah Tangga

FI (inisial nama) merupakan seorang ibu dengan satu anak. Ia mempunyai keluarga yang harmonis bersama dengan suami dan anaknya. Meskipun ia telah memiliki anak, tetapi ia juga tetap ingin bekerja agar keluarga kecilnya dapat hidup berkecukupan. Sang suami pun juga mempunyai pekerjaan, akan tetapi hal itu tidak membuat FI untuk memilih bersantai-santai dirumah. Justru FI semakin giat bekerja untuk membantu suaminya dan juga membahagiakan keluarganya. Ia juga tidak melupakan tugasnya sebagai seorang ibu dan istri di dalam keluarganya.

FI dibesarkan di tengah keluarga yang harmonis bersama ayah dan ibunya. Kondisi FI merupakan anak perempuan tunggal dikeluarganya, membuat FI mendapatkan kasih sayang yang lebih dan juga materi yang serba berkecukupan. Bisa dikatakan, kehidupan FI sangat lah membahagiakan sebagai seorang anak. FI menjalani proses pendidikannya dengan normal. Memasuki SD, SMP, SMA, dan juga Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta, membuat FI mendapatkan banyak teman yang hingga saat ini masih berhubungan baik dengannya. FI pun tidak memilih-milih teman dalam bergaul, ia memang seseorang yang mudah dekat dengan siapa saja.

“Temenku lumayan banyak. Kebanyakan sih cewek. Kalo cowok paling cuma beberapa aja, soalnya aku suka risih sendiri kalo temenan sama anak-anak cowok. Pada suka gatel gitu.”50

50 Hasil wawancara dengan FI dikawasan Martapura, Jakarta Pusat, pada Jumat, 27 Februari 2015, pukul 15.00 WIB

Tidak sedikit teman laki-laki FI yang mendekatinya karena paras FI yang cantik dan juga pembawaan FI yang mudah untuk diajak berteman. Namun, FI memang sedari kecil tidak ingin berpacaran agar pendidikannya tidak terganggu. Padahal kedua orang tua FI tidak pernah melarang sang anak untuk berpacaran. Orang tuanya pun memikirkan bahwa hal yang sangat wajar apabila gadis remaja memiliki seorang pacar. FI lebih memilih untuk pergi jalan-jalan bersama dengan teman-teman perempuannya untuk menghilangkan penat saat bersekolah dibandingkan dengan menghabiskan waktu bersama pacar.

Selulusnya FI dari perguruan tinggi, FI giat untuk mencari pekerjaan tanpa bantuan dari kedua orang tuanya. Memang FI termasuk wanita yang mandiri, karena ia terus berusaha sendiri hingga ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Hal tersebut pula lah yang membuat orang-orang banyak yang menyanjung kerja keras FI, karena pekerjaan yang ia dapatkan adalah hasil kerja kerasnya sendiri. Setelah menikah pun, FI tetap bekerja agar ia juga bisa menambah kesejahteraan hidup keluarganya dan kedua orang tuanya.

2. Ketergantungan pada Sahabat Perempuan

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa FI adalah seseorang yang lebih mementingkan pendidikannya daripada berpacaran. Hal itu lah yang membuat FI tidak pernah berpacaran hingga akhirnya kini ia menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tuanya dan mempunyai seorang anak. Ia mengatakan bahwa semasa SMA, ia lebih suka berkumpul dengan teman-teman perempuan satu gengnya

sepulang sekolah. Ia juga mengatakan bahwa kedekatannya dengan teman-teman bermainnya semasa SMA tetap berlanjut hingga mereka kuliah.

Namun, diantara teman-teman bermainnya tersebut, ada satu teman perempuannya yang lebih dekat dengan FI dibandingkan dengan yang lainnya. Kedekatan tersebut, menurut FI, adalah kedekatan yang tidak wajar. Pada saat SMA kedekatan antara FI dengan salah satu temannya tersebut masih hanya sebatas persahabatan. Namun setelah mereka memasuki perguruan tinggi yang sama, kedekatan hubungan mereka lebih daripada itu. FI mengatakan bahwa salah satu temannya tersebut yakni TS (inisial nama), sempat mengungkapkan rasa sukanya kepada FI. TS juga menjelaskan mengapa semasa SMA, ia selalu memperhatikan FI dibanding teman-teman yang lainnya.

Skema 2.1.

Proses Perubahan menjadi Seorang Homoseksual

: Kedekatan seorang gay dengan seorang subjek. : Perubahan subjek menjadi seorang gay.

Sumber: hasil temuan peneliti, tahun 2015

Kedekatan seseorang yang heteroseksual dengan seorang homoseksual, rupanya dapat merubah seorang heteroseksual tersebut menjadi seorang homoseksual. Perubahan tersebut pun dirasakan FI karena kenyamanan yang ia dapat dan perasaannya yang tidak dapat FI jelaskan kepada teman perempuannya tersebut. Sebenarnya menurut FI, hubungannya dengan TS bukan lah sebuah

hubungan resmi layaknya sepasang kekasih. Kedekatan mereka rupanya juga membuat FI menjadi nyaman dan membuat FI tidak tertarik lagi dengan laki-laki. Keanehan pada perasaannya itu pun tidak bisa ia sembunyikan hingga akhirnya ia berani menceritakan hal tersebut kepada salah satu teman laki-laki di kampusnya. Tentu saja, respon yang ia dapat dari temannya tersebut merupakan respon yang membuat ia merasa kebingungan di dalam dirinya.

“Pas aku ceritain soal hubungan aku sama TS, temen cowok aku itu mukanya langsung berubah. Dia sempet nyebut kata-kata ‘lesbi’. Tapi dia gak mau ngambil kesimpulan sendiri. Dia sih mikirnya kalo aku belom bener-bener lesbi pas aku ceritain soal itu.”51

Hubungan FI dengan TS pun berlanjut hingga mereka lulus dari kuliah. Namun mereka akhirnya memutuskan hubungan dikarenakan TS mendapatkan tawaran pekerjaan di luar daerah. FI merasa bahwa dengan perginya TS, semakin meyakinkan FI bahwa dirinya telah menjadi seorang lesbian. Pada saat bekerja pun, ia semakin banyak bertemu dengan wanita-wanita lesbi lainnya dan ia dapat merasakan apabila dirinya sedang diperhatikan dengan wanita lesbi lain. Akan tetapi, ia tidak pernah mencoba untuk mencari pasangan baru, karena ia menyadari umurnya yang hampir kepala 3 dan belum menikah.

Pernikahan FI dengan suaminya saat ini terjadi karena kedua orang tua FI menjodohkan dirinya dengan salah satu pegawai kantor di tempat ayahnya bekerja dahulu. FI mengatakan sempat ada keraguan untuk menikah dengan pria tersebut karena ia sama sekali tidak tertarik dengan pria yang dijodohkannya itu.

51 Hasil wawancara dengan FI dikawasan Martapura, Jakarta Pusat, pada Jumat, 27 Februari 2015, pukul 15.00 WIB

Namun teman-teman kerja FI yang mengetahui bahwa FI adalah seorang lesbi tentu saja mendukung FI untuk segera menikah, dengan tujuan agar ketertarikan FI kepada pria bisa tumbuh dan ia dapat berubah menjadi wanita pada umumnya.

Dokumen terkait