HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5 Dinamika Arus Laut di Perairan Mahakam Selatan
Makassar Selatan adalah perairan yang berbatasan secara langsung dengan perairan Selat Makassar yang massa airnya berasal dari Samudra Pasifik sehingga memiliki khas karakteristik perairan yang sama. Massa air Samudra Pasifik bergerak menuju Samudra Hindia melewati celah kecil Selat Makassar yang diakibatkan oleh fenomena Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) yang disebabkan oleh perbedaan tinggi muka laut antara kedua samudra. Namun walaupun massa air perairan Mahakam Selatan berasal dari Selat Makassar, karakteristik perairan di kawasan tersebut memiliki karakteristik tersendiri dikarenakan adanya bentuk morfologi serta topografi bawah laut yang membentuk kawasan tersebut. Pasang surut sendiri yang merupakan gaya penggerak utama menyebabkan dinamika arus laut berubah secara periodik mengikuti pola pergerakan pasang surut yang berupa sinusoidal. Pasang surut juga dipengaruhi oleh bentuk morfologi pantai dan perubahan batimetri khususnya pada komponen arus pasut perairan dangkal. Tunggang pasut yang besar saat kondisi purnama memberikan rentang yang lebih besar pada nilai elevasi muka air laut dan besar kecepatan arus jika dibandingkan saat kondisi perbani. Perambatan kenaikan atau penurunan elevasi serta kecepatan arus laut lebih tinggi terjadi saat kondisi purnama jika dibandingkan saat kondisi perbani.
IV-16
Saat musim barat, rata-rata besar kecepatan arus pada perairan lepas pantai Mahakam Selatan dalam simulasi hidrodinamika ini adalah 0,25 m/detik dengan rentang antara 0,00 m/detik hingga 0,70 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan pantai, rata-rata besar kecepatan arus adalah 0,17 m/detik dengan rentang antara 0 m/detik hingga 0,45 m/detik. Rata-rata besar kecepatan arus pada perairan lepas pantai adalah 0,30 m/detik pada saat musim timur dengan rentang antara 0 m/detik hingga 0,86 m/detik. Sedangkan di daerah pantai, kecepatan arus rata-rata adalah 0.16 m/detik dengan besar kecepatan minimum 0 m/detik dan maksimum adalah 0,43 m/detik. Rata-rata besar kecepatan arus di perairan pantai adalah 0,08 m/det sedangkan untuk di kawasan lepas pantai adalah 0,13 m/det pada saat musim peralihan pertama. Pada musim peralihan kedua, rata-rata besar kecepatan arus mengalami peningkatan yaitu menjadi sebesar 0,09 m/det di daerah pantai dan 0,14 m/det di kawasan lepas pantai.
Pengurangan nilai besar kecepatan arus di pantai jika dibandingkan dengan lepas pantai dikarenakan adanya disipasi energi pada kawasan pantai jika dibandingkan dengan arus yang ada di lepas pantai dikarenakan oleh gaya gesekan dasar yang semakin besar. Melalui perhitungan, dapat dilihat juga bahwa kecepatan arus rata-rata pada musim angin timur lebih besar dibandingkan saat musim angin barat dikarenakan angin yang berhembus pada bulan Juli 2013 lebih besar dibandingkan dengan saat Februari 2013. Hal ini membuktikan bahwa angin menjalarkan energinya ke permukaan laut untuk membangkitkan pergerakan air laut sehingga mempengaruhi besar kecepatan maupun arah dari dinamika arus laut di perairan Mahakam Selatan.
4.5.1 Kondisi Perbani saat Musim Barat
Rata-rata elevasi muka air laut di daerah lepas pantai saat kondisi perbani (Gambar D.1) berada di nilai antara 0,36 hingga 0,53 m dengan perata-rataan sebesar 0,47 m. Di pantai, rata-rata elevasi muka air laut berubah menjadi 0,45 m dengan nilai minimum 0,30 m hingga nilai maksimumnya 0,56 m. Besar kecepatan arus di lepas pantai bervariasi dengan nilai rata-rata sebesar 0,35 m/detik dengan rentang 0,29 m/detik hingga 0,37 m/detik sedangkan di daerah pantai menurun dengan rata-rata kecepatan bernilai 0,12 m/detik dengan rentang di antara 0,10 m/detik hingga 0,14 m/detik. Elevasi muka air laut di daerah pantai dan lepas pantai relatif homogen di sepanjang profil horizontal. Arah arus di lepas pantai bergerak ke timur laut seragam dengan nilai kecepatan yang berbeda-beda. Namun di di daerah pesisir khususnya celah-celah kecil, massa air laut bergerak menjorok ke dalam menuju pantai. Pada kondisi pasang tertinggi, arah angin muson barat yang bergerak ke arah
IV-17
selatan barat daya bergerak berlawanan dengan arah arus yang dibangkitkan pasang surut yang menyebabkan adanya pengurangan kecepatan arus yang diakibatkan oleh gaya gesek angin. Hal ini menyebabkan kecepatan arus di perairan Mahakam Selatan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi pasang tertinggi perbani saat musim timur.
Nilai elevasi muka air laut saat pasang menuju surut (Gambar D.2) di lepas pantai berkisar antara -0,13 m hingga 0,23 m dengan rata-rata sebesar 0,05 m. Sedangkan untuk di kawasan pantai, elevasi muka air laut berubah relatif lebih rendah dengan ratarata sebesar -0,07 m yang memiliki nilai minimum sebesar -0,25 m dan nilai maksimumnya 0,13 m. Kecepatan arus di pantai berada di rentang 0,11 m/detik hingga 0,23 m/detik dengan nilai rata-rata 0,16 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan lepas pantai rata-rata kecepatan arus berubah menjadi 0,12 m/detik dengan nilai kecepatan minimum 0,07 m/detik dan maksimumnya 0,19 m/detik. Elevasi muka air laut mengalami penurunan jika dibandingkan saat pasang tertinggi. Ketinggian muka air laut juga terbagi akibat beda tinggi yang dikarenakan adanya penjalar komponen pasut dengan amplitudo rendah menuju perairan Mahakam Selatan menggeser massa air laut saat pasang tertinggi. Kecepatan arus berkurang dibandingkan saat pasang tertinggi. Di lepas pantai, massa air laut di daerah komponen pasut amplitudo rendah bergerak ke arah ke barat laut sedangkan pada daerah komponen pasut yang memiliki amplitudo tinggi massa air laut masih mengikuti pola pergerakan massa air laut saat pasang tertinggi yaitu menuju arah timur laut. Di pantai, massa air laut mulai bergerak menjorok keluar menuju ke arah lepas pantai.
Nilai elevasi muka air laut di kawasan lepas pantai saat pasang menuju surut (Gambar D.3) memiliki rata-rata sebesar -0,38 m dengan elevasi muka air laut terendahnya -0,40 m dan tertingginya adalah -0,32 m. Sedangkan untuk di kawasan pantai, nilai elevasi muka air laut memiliki nilai terendah di -0,40 m hingga tertingginya -0,36 m dengan nilai rata-rata sebesar -0,38 m. Kecepatan arus laut di pantai memiliki rentang di antara 0,27 m/detik hingga 0,31 m/detik dengan nilai rata-rata 0,30 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan lepas pantai kecepatan arus relatif meningkat rata-rata 0,37 m/detik dengan nilai kecepatan terendah 0,34 m/detik dan maksimumnya 0,39 m/detik. Elevasi muka air laut di kondisi surut terendah perbani merupakan tinggi muka air laut terendah sepanjang simulasi di kondisi perbani. Di lepas pantai, seluruh massa air memiliki keseragaman untuk bergerak menuju arah barat laut sedangkan di daerah pantai bergerak menjorok keluar menuju lepas pantai khususnya pada daerah celah-celah kecil. Pada kondisi surut terendah perbani, angin muson barat yang bergerak searah bergerak menuju timur laut dengan arah pergerakan arus laut yang dibangkitkan oleh pasang surut sehingga menyebabkan adanya pertambahan
IV-18
kecepatan yang diakibatkan stress gesek angin. Hal ini menyebabkan kecepatan arus di perairan Mahakam Selatan relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi yang sama pada pasang tertinggi perbani saat musim timur.
Berbeda dengan sebelumnya, saat kondisi surut menuju pasang (Gambar D.4), ratarata elevasi muka air laut di lepas pantai berada di nilai 0,24 meter dengan nilai terendah -0,24 m hingga tertingginya mencapai -0,16 m. Sedangkan untuk di kawasan pantai, nilai elevasi rata-rata meningkat menjadi -0,14 m dengan interval di antara -0,23 m hingga -0,07 m. Kecepatan arus laut di daerah pantai berkisar di antara 0,06 m/detik hingga 0,21 m/detik dengan rata-rata sebesar 0,13 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan lepas pantai, nilai kecepatan terendah berada di nilai 0,16 m/detik dan tertingginya 0,09 m/detik dengan peningkatan nilai rata-ratanya menjadi 0,27 m/detik. Elevasi muka air laut pada saat kondisi surut menuju pasang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan saat kondisi surut terendah. Arah pergerakan massa air laut di lepas pantai bervariasi secara spasial dimana massa air di daerah komponen pasut rendah masih bergerak sama dengan saat surut terendah, namun kondisi ini mulai tergantikan dengan massa air yang memiliki komponen pasut dengan amplitudo yang lebih tinggi dan menjalar ke dalam perairan Mahakam Selatan yang bergerak menuju ke arah timur laut. Di daerah pantai, massa air laut bergerak menjorok keluar menuju lepas pantai dengan kecepatan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan saat kondisi terendahnya.
4.5.2 Kondisi Purnama saat Musim Barat
Berbeda dengan kondisi perbani, saat pasang tertinggi kondisi purnama (Gambar D.5), rata-rata elevasi muka air laut di perairan Mahakam Selatan memiliki nilai elevasi pasaang surut paling tinggi selama periode simulasi dengan rata-rata elevasi sebesar 1,09 m di kawasan lepas pantai dengan nilai minimum 0,80 m hingga 1,23 m. Sedangkan di kawasan pantai, nilai elevasi muka air laut memiliki nilai yang relatif sama yaitu sebesar 1,10 dengan nilai terendahnya 0,96 m hingga mencapai tinggi tertingginya 1,16 m. Kecepatan arus laut di lepas pantai juga memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 0,69 m/detik dengan nilai kecepatan terendahnya mencapai 0,62 m/detik dan tertingginya hingga 0,73 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan pantai, kecepatan arus berkurang cukup drastis dimana rata-rata kecepatan menjadi 0,22 m/detik untuk terendahnya dan 0,39 m/detik untuk tertingginya dengan nilai rata-rata 0,34 m/detik. Pada kondisi pasang tertinggi purnama, massa air laut di lepas pantai dan dekat pantai bergerak secara homogen menuju ke arah
IV-19
timur laut sedangkan pada daerah pantai massa air laut bergerak menjorok ke dalam menuju ke dalam pantai memasuki celah-celah kecil pantai. Pada kondisi pasang tertinggi, arah angin muson barat yang bergerak ke arah selatan barat daya bergerak berlawanan dengan arah arus yang dibangkitkan pasang surut yang menyebabkan adanya pengurangan kecepatan arus yang diakibatkan oleh gaya gesek angin. Hal ini menyebabkan kecepatan arus di perairan Mahakam Selatan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi pasang tertinggi purnama saat musim timur.
Saat pasang menuju surut (Gambar D.6), rata-rata elevasi muka air laut di kawasan lepas pantai berada di nilai 0,86 m dengan rentang di antara 0,40 m hingga 1,17 meter. Sedangkan untuk di kawasan pantai, elevasi muka air laut mengalami peningkatan menjadi rata-rata elevasi 1,10 m dengan nilai minimum di 0,96 m dan maksimum 1,16 m. Kecepatan arus di lepas pantai relatif berkurang dibandingkan dengan saat kondisi pasang tertinggi yang memiliki rata-rata sebesar 0,30 m/detik dengan nilai terendahnya 0,05 m/detik dan tertingginya 0,58 m/detik. Sedangkan kecepatan arus di kawasan pantai mengalami penurunan dimana nilai kecepatan rata-rata berada di nilai 0,15 m/detik dengan rentang di antara 0,05 m/detik hingga 0,31 m/detik. Elevasi muka air laut berubah secara spasial di setiap daerah komponen pasut dengan variasi amplitudonya. Pada saat kondisi pasang menuju surut, massa air laut yang memiliki amplitudo tinggi di daerah timur laut secara konsisten bergerak menuju arah timur laut yang mulai digantikan dengan massa air laut dengan komponen pasut beramplitudo rendah yang arah pergerakannya bergerak menuju ke barat laut.
Nilai rata-rata elevasi muka air laut saat surut terendah (Gambar D.7) merupakan kondisi muka air laut paling rendah sepanjang periode simulasi dimana rata-rata elevasi berkisar di dengan rentang -1,11 m hingga -0,85 m dan memiliki rata-rata -1,03 m. Sedangkan untuk di kawasan pantai, rata-rata nilai elevasi muka air laut berada di ketinggian -0,98 m dengan rentang -1,04 m hingga -0,86 m. Kecepatan arus di kawasan lepas pantai memiliki nilai kecepatan yang tertinggi setelah saat kondisi pasang tertinggi dengan rata-rata yaitu 0,68 m/detik dengan nilai terendahnya 0,54 m/detik dan tertingginya 0,74 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan pantai, kecepatan arus berkurang cukup drastis dimana rata-rata kecepatan arus berada di nilai 0,63 m/detik dengan rentang di antara 0,51 m/detik hingga 0,68 m/detik. Pada saat kondisi surut terendah, nilai elevasi muka air laut merupakan yang terendah sepanjang periode simulasi yang penjalarannya bersifat regional ke seluruh daerah perairan di pantai maupun di lepas pantai. Arah arus juga berubah secara keseluruhan dimana seluruh massa air di perairan Mahakam Selatan baik yang di lepas pantai dan dekat
IV-20
pantai bergerak menuju arah barat laut. Sedangkan, pada daerah pantai massa air bergerak keluar menjorok keluar menuju arah lepas pantai. Pada saat ini, angin muson barat yang bergerak searah bergerak menuju barat daya dengan dengan arah pergerakan arus laut yang dibangkitkan oleh pasang surut sehingga menyebabkan adanya pertambahan kecepatan yang diakibatkan stress gesek angin. Hal ini menyebabkan kecepatan arus di perairan Mahakam Selatan relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi yang sama pada pasang tertinggi purnama saat musim timur dan merupakan yang tertinggi selama periode pengamatan.
Saat kondisi surut menuju pasang (Gambar D.8), nilai elevasi muka air laut meningkat dibandingkan saat surut terendah dimana nilai rata-rata elevasi muka air laut di lepas pantai adalah -0,56 m dengan nilai terendah -0,97 m dan nilai tertingginya -0,05 m. Sedangkan di wilayah pantai, nilai elevasi muka air laut meningkat dengan rata-rata -0,27 m dengan rentang di antara -0,74 m hingga 0,24 m. Kecepatan arus di kawasan pantai berkurang jika dibandingkan saat surut terendahnya yaitu saat 0,25 m/detik dengan interval 0,13 m/detik hingga 0,44 m/detik sedangkan di kawasan lepas pantai kecepatan arus laut meningkat dengan rata-rata 0,21 m/detik dengan nilai terendah 0,03 m/detik hingga 0,45 m/detik. Elevasi muka air laut pada kondisi surut menuju pasang bervariasi secara spasial tergantung pada komponen pasut dengan nilai amplitudonya yang berbeda. Daerah wilayah pasang surut komponen pasut beramplitudo rendah mulai digantikan dengan wilayah pasang surut dengan komponen pasut beramplitudo tinggi yang membuat elevasi muka air laut pada saat surut menuju pasang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi surut terendah. Arah arus juga bergerak sesuai dengan komponen pasut yang berlaku di wilayah perairan dimana pada daerah timur laut yang memiliki komponen pasut beramplitudo rendah di daerah timur laut bergerak menuju arah barat laut sedangkan di barat laut massa air laut yang menggantikan karakteristik pasut di saat surut terendah mengarah menuju timur laut.
4.5.3 Kondisi Perbani saat Musim Timur
Perbedaan dinamika elevasi serta arus laut ditunjukan pada hasil simulasi musim timur dimana saat pasang tertinggi kondisi perbani (Gambar D.9), rata-rata elevasi muka air laut di daerah lepas pantai perairan Mahakam berada di rentang 0,57-0,67 m dengan rata-rata elevasi sebesar 0,64 m. Di pantai, rata-rata-rata-rata elevasi muka air laut meningkat menjadi 0,67 m dengan nilai minimum 0,58 m hingga nilai maksimumnya 0,70 m. Besar kecepatan arus di lepas pantai bervariasi dengan nilai rata-rata sebesar 0, 40 m/detik dengan rentang
IV-21
0,35-0,42 m/detik sedangkan di daerah pantai rata-rata kecepatan bernilai 0,22 m/detik dengan rentang di antara 0,20 hingga 0,23 m/detik. . Di kawasan pantai, massa air laut bergerak menjorok ke dalam mengisi kekosongan massa yang ada di celah-celah kecil. Sedangkan untuk di kawasan perairan lepas pantai, massa air memiliki keseragaman untuk cenderung bergerak menuju arah timur laut. Pada kondisi pasang tertinggi, arah angin muson timur yang bergerak ke arah timur laut bergerak searah dengan arus yang dibangkitkan pasang surut menyebabkan adanya pertambahan kecepatan arus akibat penjalaran momentum energi oleh angin di lapisan permukaan laut. Hal ini menyebabkan kecepatan arus di perairan Mahakam Selatan relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi yang sama pada pasang tertinggi perbani saat musim barat.
Sedangkan saat pasang menuju surut (Gambar D.10), nilai elevasi muka air laut di lepas pantai berkisar antara -0,098 m hingga 0,281 m dengan rata-rata sebesar 0,08 m. sedangkan untuk di kawasan pantai, elevasi muka air laut lebih rendah dengan rata-rata sebesar 0,02 m dengan nilai minimum sebesar -0,16 m dan nilai maksimumnya 0,23m. Kecepatan arus laut di pantai berkisar di antara 0,02 m/detik hingga 0,11 m/detik dengan nilai rata-rata 0,06 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan lepas pantai kecepatan arus relative lebih tinggi dengan rata-rata 0,15 m/detik dengan nilai kecepatan minimum 0,10 m/detik dan maksimumnya 0,26 m/detik. Di kawasan pantai, massa air laut dari sungai yang terisi pada saat pasang bergerak menjorok keluar menjauhi kawasan pantai. Sedangkan untuk kawasan lepas pantai, massa air cenderung bergerak dari arah barat laut ke timur laut.
Nilai elevasi muka air laut saat pasang menuju surut kondisi perbani (Gambar D.11) di kawasan lepas pantai memiliki rata-rata sebesar -0,32 m dengan rentang di antara -0,29 m hingga -0,33 m. Sedangkan untuk di kawasan pantai, nilai elevasi muka air laut memiliki nilai terendah di -0,33 m hingga tertingginya -0,27 m dengan nilai rata-rata sebesar -0,31 m. Kecepatan arus laut di pantai berkisar di antara 0,16 m/detik hingga 0,21 m/detik dengan nilai rata-rata 0,19 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan lepas pantai kecepatan arus relatif lebih tinggi dengan rata-rata 0,34 m/detik dengan nilai kecepatan terendah 0,31 m/detik dan maksimumnya 0,36 m/detik. Di kawasan pantai, massa air laut dari sungai yang terisi pada saat pasang bergerak menjorok keluar menjauhi kawasan pantai. Sedangkan untuk kawasan lepas pantai, massa air cenderung bergerak dari arah timur laut seragam menuju ke arah barat laut. Pada saat surut terendah perbani, angin muson timur yang bergerak menuju timur laut berlawanan dengan arah pergerakan arus laut yang bergerak ke barat daya akibat pembangkitan gaya pasang surut. Pengurangan kecepatan pun terjadi akibat gesekan angin di lapisan permukaan. Hal ini menyebabkan kecepatan arus di perairan Mahakam Selatan
IV-22
relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi yang sama pada pasang tertinggi perbani saat musim barat.
Berbeda dengan kondisi sebelumnya, rata-rata elevasi muka air laut saat kondisi surut menuju pasang (Gambar D.12) di lepas pantai berada di nilai -0,16 meter dengan rentang terendah -0,18 m hingga tertingginya -0,14 m. Sedangkan untuk di kawasan pantai, nilai elevasi rata-rata berkisar di -0,12 m dengan interval di antara -0,17 m hingga 0,09 m. Kecepatan arus laut di daerah pantai berkisar di antara 0,004 m/detik hingga 0,099 m/detik dengan rata-rata sebesar 0,05 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan lepas pantai, nilai kecepatan terendah berada di nilai 0,11 m/detik dan tertingginya 0,16 m/detik dengan nilai rata-ratanya sebesar 0,12 m/detik. Nilai elevasi pasang surut ini lebih tinggi dibandingkan dengan saat surut terendahnya. Di celah celah muara sungai, nilai elevasi muka laut memiliki nilai elevasi yang lebih tinggi namun beda yang relatif tidak begitu besar jika dibandingkan dengan saat surut terendah. Serupa dengan kondisi di saat surut terendah, massa air laut bergerak dari celah-celah kecil bergerak menjorok keluar menuju arah lepas pantai dari pantai.
4.5.4 Kondisi Purnama saat Musim Timur
Hasil simulasi yang ditunjukan saat kondisi purnama musim timur menunjukan rata-rata elevasi muka air laut saat kondisi surut menuju pasang (Gambar D.12) di perairan Mahakam Selatan memiliki nilai paling tinggi dalam 31 hari periode simulasi yaitu dengan rata-rata elevasi sebesar 1,25 m di kawasan lepas pantai dengan nilai minimum 0,96 m hingga 1,38 m. di kawasan pantai, nilai elevasi muka air laut meningkat sebesar 1,30 dengan nilai terendahnya 1,05 m hingga mencapai tinggi maksimumnya 1,409 m. Di celah-celah muara sungai yang menyempit, nilai elevasi muka laut meningkat tajam hingga mencapai di atas 1,5 m sedangkan di kawasan lepas pantai elevasi muka laut relative seragam. Kecepatan arus laut di lepas pantai memiliki rata-rata sebesar 0,76 m/detik dengan nilai kecepatan terendahnya mencapai 0,67 m/detik dan tertingginya hingga 0,80 m/detik. Sedangkan untuk di kawasan pantai, kecepatan arus berkurang cukup drastis dimana rata-rata kecepatan hanya berada pada rentang di antara 0,28 m/detik hingga mencapai 0,39 m/detik dengan nilai rata-rata 0,36 m/detik. Di kawasan pantai, massa air laut bergerak menjorok ke dalam mengisi celah-celah muara mengisi kekosongan massa di sana akibat beda tinggi muka air laut. Namun di kawasan lepas pantai massa air laut di timur seragam bergerak ke arah timur laut. Pada kondisi pasang tertinggi purnama, arah angin muson timur yang bergerak ke arah timur
IV-23
laut bergerak searah dengan arus yang dibangkitkan gaya pasang surut menyebabkan adanya pertambahan kecepatan arus akibat penjalaran momentum energi oleh angin di lapisan permukaan laut. Hal ini menyebabkan kecepatan arus di perairan Mahakam Selatan relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi yang sama pada pasang tertinggi purnama saat musim barat dan merupakan yang tertinggi.
Sedangkan saat pasang menuju surut (Gambar D.14), rata-rata elevasi muka air laut di kawasan lepas pantai berada di nilai 0,79 m dengan interval di antara 0,19 m hingga 1,17 meter. Sedangkan untuk di kawasan pantai, elevasi muka air laut 0,64 m dengan nilai minimum di 0,11 m dan maksimum 1,14 m. Kecepatan arus di lepas pantai memiliki rata-rata sebesar 0,22 m/detik dengan nilai terendahnya 0,09 m/detik hingga tertingginya 0,40 m/detik. Sedangkan kecepatan arus di kawasan pantai mengalami penurunan dimana nilai kecepatan rata-rata berada di nilai 0,14 m/detik dengan rentang di antara 0,04 m/detik hingga 0,27 m/detik. Nilai elevasi pasang surut pada kondisi ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan saat kondisi pasang tertingginya. Di kawasan lepas pantai, massa air di area timur bergerak menuju arah timur laut sedangkan di area barat bergerak menuju arah tenggara. Kecepatan arus laut di lepas pantai memiliki nilai yang relatif lebih kecil