• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGAWASAN DANA KAMPANYE PADA PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA

SUMBANGAN YANG DILARANG

5. Dinamika dan Permasalahan

Terkait dengan Dana Kampnye dinamika dan permasalahannya adalah sebagai berikut:

1). Regulasi dan ketentuan ketentuan lebih lanjut mengenai aturan yang lebih jelas dan mendetail. Banyak kekosongan hukum yang masih banyak diisi, sanksi yang tidak hanya tegas, namun jelas dan menyeluruh agar penegakan hukum dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) berdasarkan kewenangannya dapat membuat peraturan yang dimaksud. Bawaslu DKI Jakarta juga berharap peraturan tersebut nantinya dapat dibuat tepat waktu dan dapat disosialisasikan dengan baik.

2). Tim Kampanye Pasangan Calon untuk menyertakan laporan catatan sumbangan yang pengeluarannya dan dipublikasi lewat website KPU atau website Tim Kampanye Pasangan Calon atau sarana lain yang dapat dijangkau oleh masyarakat

3). KPU DKI Jakarta menjadikan Momentum pelaporan periodik dana kampanye partai sebagai upaya untuk menguji aspek kepatuhan Pasangan Calon

4). KPU untuk secara tegas meminta partai politik memperbaiki laporan awal dana kampanyenya dan disertai kelengkapan laporan sesuai dengan Undang-undang dan Peraturan KPU.

5). Publik pemilih untuk memantau kebenaran laporan yang disampaikan oleh Tim Kampanye atau Partai Politik sekaligus menilai Pasangan Calon mana atau partai mana yang dipandang baik dari sisi akuntabilitas keuangan kampanye.

Tabel 1 SK Pembatasan Dana Kampanye No Urut Pasangan Calon 1

Agus Harimurti Yudhoyono 47.204.378.5.403.000

Syilviana Murni 05.801.521.5.008.000

No. SK Tanggal SK Nilai Pembatasan

63/kpts/KPU-10/2016

27 Oktober 2016 Rp. 93.114.555.000 No Urut Pasangan Calon 2

Basuki Tjahaja Purnama 06.520.857.1.305.000 Djarot Saiful Hidayat

09.768.563.0.653.000

No. SK Tanggal SK Nilai Pembatasan

63/kpts/KPU-10/2016

27 Oktober 2016 Rp. 93.114.555.000 No Urut Pasangan Calon 3

Anies Rasyid Baswedan 48.189.778.3.017.000 Sandiaga Salahudin Uno

07.182.127.6.093.000

No. SK Tanggal SK Nilai Pembatasan

63/kpts/KPU-10/2016

27 Oktober 2016

Rp. 93.114.555.000 Sumber: KPU DKI Jakarta

Tabel 2.1 Laporan Awal Dana Kampanye No Urut Pasangan Calon 1

Agus Harimurti Yudhoyono 47.204.378.5.403.000

Syilviana Murni 05.801.521.5.008.000 Nama Bank

Reksus No. Reksus Saldo Awal Reksus

BNI 0479944874 Rp. 5.000.000

No Urut Pasangan Calon 2 Basuki Tjahaja Purnama

06.520.857.1.305.000 Djarot Saiful Hidayat

09.768.563.0.653.000 Nama Bank

Reksus No. Reksus Saldo Awal Reksus

BCA KCP

Kebun Sirih

68156.77777 Rp.209.938.000 No Urut Pasangan Calon 3

Anies Rasyid Baswedan 48.189.778.3.017.000 Sandiaga Salahudin Uno

07.182.127.6.093.000 Nama Bank

Reksus No. Reksus Saldo Awal Reksus

Bank Mandiri 122.000.196969.3 407.500.000 Sumber: KPU DKI Jakarta

Tabel 2.2 Laporan Awal Dana Kampanye No Urut Pasangan Calon 1 Agus Harimurti Yudhoyono

47.204.378.5.403.000 Syilviana Murni 05.801.521.5.008.000

Penerimaan Pengeluaran

Paslon Parpol/Gab

Lain Perseor angan Lain Badan Hukum Swasta Rp. 5.000.000 - - - -

No Urut Pasangan Calon 2 Basuki Tjahaja Purnama

06.520.857.1.305.000 Djarot Saiful Hidayat

09.768.563.0.653.000 Penerimaan Pengeluaran Paslon Parpol/Gab Parpol Pihak Lain Perseor angan Pihak Lain Badan Hukum Swasta Rp. 1.000.000 Rp. 208.938.00 0 - - Rp. 182.685.900

No Urut Pasangan Calon 3 Anies Rasyid Baswedan

48.189.778.3.017.000 Sandiaga Salahudin Uno

07.182.127.6.093.000 Penerimaan Pengeluaran Paslon Parpol /Gab Parpol Pihak Lain Perseor angan Pihak Lain Badan Hukum Swasta Rp. 50.000.000 - Rp. 357.500.000 Rp. 348.770.000 Sumber: KPU DKI Jakarta

Dari hasil pengawasan Laporan Awal Dana Kampanye setiap pasangan calon melaporkan dana kampanyenya berbeda baim yang dipenerimaan ataupun pengeluaran, jika dilihat pada tabel 2.2 diatas setiap pasangan calon menerima Dana Awal Kampanyenya yang bersumber dari pasangan calon, namun tidak semua pasangan calon menerima dari partai politik, hanya Pasangan Calon Nomor Urut 2 yang menerima, sedangkan untuk penerimaan dari pihak lain perseorangan dan pihak lain kelompok semua pasangan calon tidak ada, tetapi pada penerimaan pihak lain Badan Hukum Swasta hanya Pasangan Calon Nomor Urut 3 yang menerima, untuk pengeluaran hanya pasangan calon Nomor Urut 1 yang tidak melaporkan jumlah pengeluaran.

Tabel 3 Rekap Penerimaan LPPDK Tanggal 12 Februari 2017 No Urut Pasangan Calon 1 Agus Harimurti Yudhoyono

Syilviana Murni

Penerimaan Pengeluaran Saldo

68.967.750.000 68.953.462.051 14.287.949 No Urut Pasangan Calon 2

Basuki Tjahaja Purnama Djarot Saiful Hidayat

Penerimaan Pengeluaran Saldo

60.190.360.025 53.696.961.113 6.493.398.912 No Urut Pasangan Calon 3

Anies Rasyid Baswedan Sandiaga Salahudin Uno

Penerimaan Pengeluaran Saldo

65.272.954.163 64.719.656.703 553.297.460 Sumber: KPU DKI Jakarta

Tabel 4 Rekap Data Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye No Urut Pasangan Calon 1

Agus Harimurti Yudhoyono Syilviana Murni Penerimaan Paslon Parpol/ Gab Parpol Pihak Lain Pihak Lain Kelompok

Pihak Lain Badan Hukum Swasta

Perseor angan 30.000. 000 3.000.000 .000 4.442. 000.000 175.000. 000 1.500.000. 000 No Urut Pasangan Calon 2

Basuki Tjahaja Purnama Djarot Saiful Hidayat

Penerimaan Paslon Parpol/ Gab Parpol Pihak Lain Perseor angan Pihak Lain Kelompok

Pihak Lain Badan Hukum Swasta

0 0 43.252.1

32.370 0 4.752.000.000

No Urut Pasangan Calon 3 Anies Rasyid Baswedan Sandiaga Salahudin Uno

Penerimaan Paslon Parpol/ Gab Parpol Pihak Lain Perseor angan Pihak Lain Kelompok

Pihak Lain Badan Hukum Swasta

34.577.00 0.000

1.100.00

0.000 0 0 0

Sumber: KPU DKI Jakarta

Dari hasil pengawasan terkait dengan Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat melalui tabel 4 bahwa dari 3 (tiga) pasangan calon yang tidak ada data penerimaan sumbangan hanya pasangan calon nomor urut 2, begitupun dengan penerimaan yang bersumber dari partai politik atau gabungan partai politik hanya pasangan nomor urut 2 yang tidak ada data laporan penerimaanya, sedangkan untuk penerimaan yang bersumber dari pihak lain perseorangan hanya pasangan nomor urut 3 yang tidak ada data penerimaan laporan sumbangan dana kampanye, untuk pihak lain hanya paangan nomor urut 1 yang ada

laporannya, untuk pihak lain yakni Badan Hukum Swasta, hanya pasangan nomor urut 3 yang tidak ada laporan penerimaanya.

Dari data di atas laporan penerimaan pasangan nomor urut 1 yang lengkap data penerimaanya yang bersumber dari pasangan calon, partai politik/gabungan partai politik, pihak lain perseorangan, pihak lain kelompok dan pihak lain badan hukum swasta.

Sedangkan pasangan dengan nomor urut 2 yang ada data penerimaan sumbangan dana kampanye yang bersumber dari pihak lain perseorangan. Dan pasangan dengan nomor urut 3, yang memiliki data laporan penerimaan adalah yang bersumber dari pasangan calon dan partai politik/gabungan partai politik.

E. Simpulan

Regulasi kampanye pemilu mengatur kewajiban, larangan, berikut dengan sanksi terhadap dana kampanye pemilu. Di dalam menegakkan aturan dan larangan tersebut, Bawaslu sebagai lembaga pengawas pemilu yang memiliki kewenangan mengawasi terhadap setiap pelaksanaan pemilu memiliki peran penting. Bawaslu DKI Jakarta dapat mengawasi setiap aktifitas kampanye peserta pemilu. Dari hasil pengawasan itu, Bawaslu akan memiliki potret lengkap terhadap potensi pembiayaan kampanye atau dana yang dikeluarkan oleh setiap pasangan calon.

Disaat yang bersamaan, Bawaslu memiliki kewenangan untuk menangani pelanggaran pemilu. Bawaslu memiliki akses yang sangat terbuka terhadap laporan dana kampanye yang disampaikan oleh setiap pasangan calon. Tentu saja proses pengawasan terhadap dana kempanye tidak boleh berhenti sampai disitu saja. Sebagai lembaga yang berwenang mengawasi sekaligus menindak tetapi dari regulasi yang ada serta hasil pengawasan dana kampanye kewajiban setiap pasangan calon sebatas melaporkan, ketaatan dalam pelaporan waktu pelaporan, ini menjadi persoalan tersendiri dalam upaya menindak jika ditemukan adanya dugaan pelanggaran.

Pemanfaatan uang dalam pemilu haruslah diatur sebaik mungkin, karena dengan begitu akan memenuhi prinsip keadilan, kesetaraan, transparansi dan akuntabilitas pada . Pengaturan ini tidak lepas dari tanggungjawab pemerintah dan DPR untuk dapat menyempurnakan aturan mengenai dana kampanye. Jika aturan dana kampanye tidak dapat didesain dengan baik maka kandidat-kandidat yang memiliki modal besar dapat dipastikan memenangkan pertarungan. Yang artinya bahwa pembatasan penggunaan dana kampanye menjadi jalan untuk

menciptakan pertarungan politik yang setara, antara yang kandidat kaya dengan yang miskin.

Disisi lain, pengaturan pengeluaran dana kampanye juga diharapkan dapat meminimalisir penyumbang yang berniat jahat untuk mempengaruhi proses serta keputusan politik. Pengaturan dana kampanye pada peraturan perundang-undangan yang ada belumlah sempurna, karena terdapat celah agar peserta pemilu tidak mendapatkan sanksi, seperti Laporan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK) yang bisa dilaporkan tanpa identitas penyumbang. Hal ini bisa menjadi pintu masuk untuk sumbangan atau donasi ilegal. Mengantisipasi masuknya donasi ilegal semestinya diawali dari keterbukaan daftar penyumbang yang dilaporkan secara jujur oleh setiap pasangan calon.

Banyaknya celah yang ada dalam aturan dana kampanye yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan seakan menimbulkan berbagai imlplikasi terhadap pasangan calon dan partai politik. Dalam hal penerimaan dana kampanye, peserta pemilihan yang memliki kekuatan uang yang melimpah akan lebih dominan dan hal ini akan mereduksi potensi pasangan calon lain yang kurang memiliki daya saing ekonomi. Dalam materi penerimaan, peserta pemilu seakan memiliki kebebasan yang tidak dapat dikontrol untuk menghambur-hamburkan uang dalam kegiatan kampanye. Sementara dalam materi pelaporan dana kampanye, kebenaran laporan dana kampanye dari peserta pemilu menjadi tanda tanya besar. aturan sanksi yang tidak menyeluruh dan terbatas terhadap aturan yang sempit juga menimbulkan resiko yang tinggi bagi peserta pemilu yang tidak taat untuk melakukan tindakan-tindakan menyimpang.

Masih kurang maksimalnya kualitas pelaporan dari Pasangan calon dan Tim Kampanye serta Partai Politik, hal ini ditandai dengan masih ditemukannya sumbangan yang tidak jelas identitasnya. Oleh karenya dana kampanye masih belum menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas dana kampanye.

Partai Politik terlihat masih enggan untuk terbuka 100 persen kepada publik yang mengindikasikan dana kampanye yang dilaporkan masih jauh dari upaya membangun citra baik di mata publik.

Kesan tidak transparan terutama terkait identitas penyumbang dapat terkena sanksi sesuai dengan Undang-undang Pemilu, terutama terkait penyumbang yang tidak jelas seperti diatur di dalam larangan penerimaan dana kampanye.

Pencantuman jumlah sumbangan kandidat dengan kategori jasa dipertanyakan karena tidak jelas perhitungan jasanya, dan berindikasi tidak akan disertakan di dalam rekening khusus dana kampanye.

Dokumen terkait