BAB I PENDAHULUAN
E. Dinamika Dukungan Ibu Terhadap Kekerasan
Anak Ditinjau Dari Usia Anak, Jenis Kelamin Anak, Hubungan Anak
dengan Pelaku Kekerasan, Serta Sejarah Kekerasan Seksual Pada Ibu
Kekerasan seksual intrafamilial merupakan bentuk aktivitas seksual yang dilakukan oleh figur ayah pada anak dengan tujuan untuk mencapai kepuasan seksual oleh pelakunya (Lovett, 1995; Sirles &Franke, 1989). Kekerasan seksual dapat terjadi pada berbagai usia anak, level ekonomi, dan
budaya (Modelli et al., 2011).Terdapat bukti bahwa kekerasan seksual mempengaruhi anak perempuan dan laki-laki (Rogers & Davies, 2007).
Kekerasan seksual intrafamilial antara ayah dengan anak seringkali terjadi, namun sayangnya tidak semua kasus kekerasan seksual tersebut terungkap (Browman dkk., 2003). Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah kekhawatiran korban terhadap kecenderungan munculnya respon negatif dari orang lain yang menerima pengungkapan (Bolen, 2002; Paine & Hansen, 2002). Pada kasus kekerasan seksual dalam ranah intrafamilial diketahui bahwa ibu merupakan tempat utama pengungkapan pengalaman kekerasan seksual pada anak (Ullman, 2003; Paine & Hansen, 2001).
Dukungan ibu atau bantuan yang diberikan dalam bentuk kepercayaan pada anak mengenai kekerasan yang terjadi, dukungan emosional, dan tindakan perlindungan yang diambil oleh ibu terhadap anak (Smith, Sawyer, Jones, Cross, McCart, & Ralston, 2010; Bolen, 2002; Corcoran, 1998; Herriot, 1996) diyakini penting dalam menentukan mekanisme coping yang diambil anak untuk mengatasi masalah ini (Smith et al., 2010). Selain itu, dukungan sosial yang diberikan oleh orangtua, sanak saudara, atau teman diketahui dapat mempengaruhi kesehatan psikologis dan penyesuaian diri anak dan remaja (Feiring, Taska, Lewis, 1998).
Diketahui ketika kekerasan seksual terjadi dalam ranah intrafamilial menyebabkan ibu seringkali dihadapkan dengan kondisi penuh dilemma. Di
satu sisi, ibu berperan untuk tetap mendampingi pasangannya yang telah melakukan kekerasan, tetapi di sisi lainnya ibu memiliki tanggung jawab terhadap keadaan anak dan memulihkan kembali kondisi kejiwaan anak pasca kekerasan seksual yang terjadi (Kartini & Kartono, 1992).
Hal ini menyebabkan ibu memiliki tingkat dukungan yang beragam terhadap anak yang mengalami kekerasan seksual intrafamilial. Lebih lanjut diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat dukungan ibu tersebut. Dalam review literaturnya, Elliot & Carnes (2001) menyimpulkan penelitian yang berfokus pada variabel yang mempengaruhi dukungan ibu terhadap kekerasan seksual anak masih perlu diperdalam. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan ibu. Faktor-faktor tersebut ialah usia anak, jenis kelamin anak, hubungan ibu dengan pelaku kekerasan, dan sejarah kekerasan masa anak-anak pada ibu (Elliot & Carnes, 2001 dalam Cyr, et al., 2003).
Pada variabel usia dan jenis kelamin anak, hasil dari penelitian sebelumnya masih inkonsisten. Dari 6 studi yang dilakukan, 3 studi menunjukkan bahwa anak yang berusia lebih muda mendapatkan dukungan lebih banyak dari ibu daripada anak usia remaja(Pintelo & Zuravin, 2001; Sirles & Franke, 1989; Lyon-Kouloumpos-Lenares, 1987). Sedangkan 3 studi yang lain tidak menemukan adanya hubungan antara usia anak dengan dukungan yang diberikan ibu pada anak, artinya usia tidak berpengaruh
terhadap dukungan dari ibu (Cyr, Wright, Toupin, Martinez, McDuff, & Theriault, 2003; Herriot, 1996; Everson, Hunter, Runyan, Edelsohn, & Coulter, 1989).
Pada variabel jenis kelamin anak, terdapat hasil yang belum konsisten kaitannya dengan dukungan ibu. Beberapa peneliti menemukan bahwa anak laki-laki lebih dipercayai dan dilindungi daripada anak perempuan (Salt, Myer, Coleman, & Sauzier, 1990; Lyon&Koumpoulos-Lenares, 1987), sedangkan peneliti yang lain menjelaskan bahwa jenis kelamin anak tidak berhubungan dengan dukungan ibu terhadap anak (Sirles & Franke, 1989; Herriot, 1996; Bolen, 1998; Everson, et al., 1989).
Pada variabel karakteristik pelaku kekerasan juga diketahui berpengaruh terhadap dukungan ibu terhadap anak. Beberapa peneliti menemukan ketika pelaku kekerasan memiliki hubungan dekat dengan anak menyebabkan ibu menjadi kurang percaya dan melindungi anak (Herriot, 1996; Salt et al., 1990; Sirles & Franke, 1989). Ditambahkan pula oleh Cyr et al. (2003) bahwa ketika kekerasan intrafamilial atau pelaku berasal dari dalam keluarga baik ayah biologis atau ayah tiri dari anak, hal ini menyebabkan ibu kurang dapat memberikan dukungan pada anak. Hal yang bertentangan, ditemukan oleh De Young (1994) yang menunjukkan bahwa ibu lebih mempercayai dan mendukung anak ketika pelaku kekerasan adalah ayah dari anak (parental incest).
Sedangkan pada variabel sejarah kekerasan yang terjadi pada ibu di masa anak-anak, para peneliti dan klinisi memperkirakan bahwa ibu dengan sejarah kekerasan seksual memiliki kesulitan yang cukup kuat untuk mendukung anaknya yang juga mengalami kekerasan seksual (Cyr et al., 2003). Asumsi ini didukung oleh hasil penelitian Gomes-Schwartz, Horowitz, & Cardarelli; De Jong (dalam Elliot&Carnes, 2001) yang menemukan kurangnya dukungan yang diberikan pada anak ketika ibu memiliki sejarah kekerasan seksual pada masa kanak-kanaknya. Sementara itu, beberapa peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara sejarah kekerasan seksual pada ibu dengan dukungan yang diberikannya pada anak (Deblinger, Faller, Leifer, Myer, & Sas dalam Cyret al., 2003, Elliot & Carnes, 2001). Disisi lain, Morrison & Clavenna-Valleroy (dalam Cyr et al., 2003) menunjukkan bahwa ibu dengan sejarah kekerasan seksual lebih dapat memberikan dukungan pada anaknya.
Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil diatas maka Elliot & Carnes (2001) menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutanguna mempelajari faktor jenis kelamin korban, usia korban, hubungan ibu dengan pelaku kekerasan, serta sejarah kekerasan pada masa anak-anak pada ibu. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan melalui survei dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kecenderungan pemberian dukungan ibu terhadap anak yang mengalami kekerasan seksual serta mempelajari perbedaan tingkat dukungan ibu ditinjau dari jenis kelamin anak, usia anak,
hubungan ibu dengan pelaku, serta sejarah kekerasan seksual pada ibu. Hasil penelitian diharapkan bisa memberikan informasi baru terkait dengan dukungan ibu terhadap kekerasan seksual anak jika ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan ibu tersebut.