• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Hubungan Arab Saudi-Qatar

DINAMIKA HUBUNGAN ARAB SAUDI DAN QATAR

2.1 Dinamika Hubungan Arab Saudi-Qatar

Pada 5 Juni 2017, Arab Saudi, Mesir, UEA, dan Bahrain memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Transportasi darat dan udara dari negara-negara teluk itu yang menuju ke Qatar juga dibekukan. Negara-negara-negara tersebut menuduh Qatar merusak kestabilan kawasan terkait dukungan Doha terhadap kelompok teroris.

Tudingan bahwa Qatar mendanai para teroris bukanlah isu baru. Pada 2014, negara-negara Teluk juga melakukan pembekuan hubungan diplomatik dengan Qatar atas tuduhan bahwa Doha mendukung Ikhwanul Muslimin yang dianggap organisasi “teroris” oleh Arab Saudi dan UEA. Qatar banyak dikritik oleh negara-negara tetangga terkait dukungannya tersebut.

Hubungan ketiga negara tersebut dengan Qatar kembali membaik setelah delapan bulan, yang ditandai dengan pengembalian duta besar ketiga negara ke Doha. Hubungan Qatar dengan Arab Saudi semakin erat saat Raja Salman dari Arab Saudi berkunjung ke Doha pada 2016 dengan tujuan untuk memperkuat hubungan baik kedua negara. Namun, hubungan baik itu kembali retak dengan adanya pemutusan hubungan diplomatik pada 5 Juni lalu oleh Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain.

Pergolakan hubungan diplomatik antara kedua negara dimulai pada tahun 1995 saat kepemimpinan Qatar diambil oleh Seikh Hamad atas kudeta kepada

44 ayahnya Seikh Khalifah. Pada kepemimpinanya, Sheikh Hamad memutuskan untuk memulain menganut “Strategic Hedging” dalam politik luar negerinya26.

Tak hanya itu saja kemarahan negara tetangga memang meningkat saat kepemimpinan Emir Hamad. Bersama dengan menteri luar negerinya Sheikh Hamad bin Jassim al Thani, Emir Hamad mulai membangun Qatar dan menjadikan negara terkemuka di Timur Tengah pada tahun 1990an hingga 2000an. Ia mengembangkan infrastruktur gas alam cair dan melakukan perjanjian energi jangka panjang dengan negara-negara industri dan negara berkembang di seluruh dunia, di saat negara Teluk lainnya belum memanfaatkan potensi gas dan menjauh dengan Arab Saudi27.

Kerenggangan hubungan ini akibat dari upaya Qatar mendekatkan diri dengan Iran. Upaya yang dilakukan berupa perjanjian yang dilakukan oleh Emir Hammad dengan Iran dalam pengembangan produksi Liquid Natural Gas (LNG)28. Perselisihan itu meruncing saat Qatar mulai melakukan pengiriman pertama gas alam cair dari cadangan terbesar di dunia. Selain itu, ladang gas Qatar di sebelah utara ternyata dibagi dengan Iran, musuh bebuyutan Arab Saudi. Qatar terus berkembang menjadi salah satu negara terkaya di dunia dengan pendapatan per kapita sebesar 130 ribu dolar AS per tahun.

26 K. Hard. Imad, Why Qatar?Explaining Contention Issue dalam Doumar, George dkk.Crisis In The Gulf Cooperation Council (Challange and Prospect), (Wasington DC:Arab Center Washington DC,2017

27 https://tirto.id/rekam-jejak-retaknya-hubungan-qatar-dan-gcc-cqgu akses pada 27 Juni 2019

28 Roberts David, “Qatar International Relation Under Emir Tamim”, Norwegian Peace

Building Resource Center,(2013): 2,

https://www.files.ethz.ch/isn/170540/Qatar's%20International%20Relations%20under%20Emir%2 0Tamim.pdf, 2.

45 Kekayaan Qatar tak lepas dari posisinya sebagai eksportir LNG nomor satu di dunia. Tahun ini Qatar menggelontorkan 2,7 miliar dolar AS untuk menginvestasikan pada Rosgyft Oil Co milik Rusia. Dengan sumber daya yang dimiliki, Qatar bisa mengembangkan kebijakan luar negerinya yang membuat marah tetangga-tetangganya. Misalnya Qatar mendukung Ikhwanul Muslimin, Hamas di jalur Gaza dan faksi-faksi bersenjata yang ditentang oleh UEA atau Arab Saudi.

Qatar juga mendanai jaringan televisi global Al Jazeera yang dalam pemberitaanya, seringkali menyudutkan pemerintahkan negara Arab. Komentar kontroversi pernah dilontarkan saluran Al Jazeera untuk keluarga penguasa Arab Saudi yakni keluarga Al Saud, yang membuat krisis hubungan diplomatik kedua negara semakin memanas. Komentar Al Jazeera ditanggapi Arab Saudi dengan menarik duta besarnya dari Doha, dan membuat Arab Saudi menarik persetujuannya terkait rencana Qatar untuk membangun jaringan pipa gas ke Kuwait yang akan melewati perairan teritorial Arab Saudi29.

Perkembangan Qatar fokus mengembangkan gas sedangkan negara tetangga fokus memproduksi minyak yang tergabung dalam GCC sehingga Qatar bebas dan tak terikat dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak, kartel minyak yang didominasi Arab Saudi. Qatar kemudian membangun organisasi dengan memperkuat hubungan dengan Iran yang tentu tak disukai Arab Saudi.

29 Sherif Elashmawy. The Foreign Policies Of Saudi Arabia And Qatar Towards The Arab Uprisings (The Cases of Egypt, Libya and Bahrain).( University of Innsbruck: agustus),18-22. 2014.

46 Strategi yang dilakukan oleh Qatar pada akhirnya memberikan efek samping pada renggangnya hubungan Qatar dengan Arab Saudi. Kerjasama yang terjadi antara Qatar dengan Iran memicu pada pandangan bahwa Qatar berupaya aktif untuk menekan posisi, kekuatan dan juga keamanan Arab Saudi. Langkah ini kemudian direspon secara negatif oleh Arab Saudi sebab didasarkan pada dua faktor.

Faktor pertama adalah kedekatan Qatar dengan Iran yang merupakan rival bagi negara Arab Saudi di kawasan Timur Tengah. Iran yang menganut Islam Syiah sangat bertentangan dengan Arab Saudi yang menganut Islam Sunni.

Berakar dari permasalahan ideologi tersebut, rivalitas ideologi ini kemudian meluas menjadi rivalitas dalam segi pengaruh ekonomi politik serta perebutan kekuasaan di kawasan Timur Tengah.

Faktor kedua adalah saat dimana Qatar membangun kerjasama dengan Iran, penolakan ini dipimpin oleh Arab Saudi dan didukung oleh negara- negara islam lain diluar kawasan Timur Tengah. Selain itu keputusan Qatar untuk membukan kantor perdagangan Israel di Doha pada tahun 1996 menambah panas hubungan Qatar dan Arab Saudi. Arab Saudi tidak lagi bisa menyesuaikan diri dengan elit Qatar yang benar-benar independen dalam pengambilan kebijakannya30.

Keputusan Qatar untuk melakukan kerjasama dalam pengembangan gas alam yang dimiliki-nya dengan Iran dan Israel membuat negara-negara teluk terutama negara Arab Saudi merasa tidak di anggap dan tidak diperdulikan oleh

30 Ibid

47 Qatar. Qatar dianggap mulai menyimpang dari GCC (Gulf Cooperation Council) dengan ditemukanya Gas alam dan kian meningkatnya perekonomian dinegara tersebut31.

Pada tahun 2002 media Qatar memberitakan bahwa pemerintah Arab Saudi memanggil duta besarnya yang ada di Doha untuk kembali ke Arab Saudi selama enam hari. Pemicunya adalah, pemberitaan oleh kantor berita Al-Jazeera yang memperluas pengaruh Ikhwanul Muslimin di seluruh Jazirah Arab dan juga mengkritik kepemimpina Arab Saudi dalam politik Timur Tengah32.

Hubungan diplomatik antara Qatar dan Arab Saudi kembali membaik pada tahun 2008 dengan adanya jaminan bahwa Al-Jazeera akan membatasi jangkauannya di Arab Saudi. Pada tahun yang sama pula untuk menjaga stabilitas hubungan antara Qatar dengan Arab Saudi, dibentuk Dewan Koordinasi Bersama (JJC) yang bertempat di Jeddah. Komite ini bertujuan untuk mengembangkan hubungan bilateral serta mengamankan kepentingan bersama dari dua suku persaudaraan.

Memanfaatkan momentum Arab Spring, Qatar telah mengubah arah diplomasinya. Pada mulanya Qatar merupakan mediator bagi negara-negara yang tengah bersitegang di kawasan Timur Tengah. Namun. Semenjak adanyamomentum Arab Spring tepatnya pada kasus Libya, Qatar telah mengubah arah kebijakan luar negerinya. Pada kenyataanya, Qatar memberikan campur

31 K.Hard, Imad. “ Why Qatar? Explaining Contention Issue”, in Crisis In The Gulf Cooperation Council (Challange and Prospect, ed George Doumor et al. (Washington DC: Arab Center Washington DC, 2017

32 Philip Gardon dkk, The Qatar Crisis:Causes, Implications, Risks, and the Need for Compromise (Tel Aviv: The Istitute for National Scurity Studies,), diakase pada 10 April 2018, http://www.inss.org.il/publication/qatar-crisis-causes-implications-risks-need-compromise/, 2006.

48 tangan pada kerusuhan yang terjadi di Libya. Selain itu Qatar juga melakukan interferensi di negara Suriah33.

Pada kasus Suriah, Qatar mendukung partai Oposisi dan melalui pimpinanya, Qatar menyarankan agar Suriah diserahkan pada Oposisinya. Pada 2012 Qatar dilaporkan telah mendukung Ikhwanul Muslimin Suriah sedangkan Arab Saudi mendukung fraksi sekuler dan kelompok salafi. Namun pada akhirnya Qatar menyerah dari Arab Saudi sebagai kekuatan utama di teluk Arab34.

Sedangkan pada kasus Mesir, Qatar memberikan dukungan penuh atas pemberontakan yang terjadi di negara tersebut. Pada Januari 2013 perdana menteri Qatar Hamad bin Jazim Al-Thani mengumumkan dukungan untuk Mesir dengan membawa bantuan sebesar US $ 1 miliar dalam bentuk dana hibah dan US $ 4 miliar dalam bentuk tabungan di bank sentral. Selain itu negara Qatar masih menyediakan US $ 3 miliar melalui akuisisi obligasi dan penyediaan gas yang menguntungkan serta untuk membantu kekurangan listrik di musim panas35.

Hingga, pada tahun 2014 Arab Saudi kembali menarik duta besarnya dari Doha. Namun, arab saudi tidak sendiri dalam memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar. UEA dan juga Bahrain turut serta sebagai aliansi dari Arab Saudi. Pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan oleh ketiga

33 Kristina Kausch, dkk, Geopolitics and Democracy In Middle East,(Madrid: Fride Publisher), 73. 2015

34 Sherif Elashmawy. The Foreign Policies Of Saudi Arabia And Qatar Towards The Arab Uprisings (The Cases of Egypt, Libya and Bahrain).( University of Innsbruck: agustus),18-22. 2014.

35 Broto Wardoyo. Rivalitas Saudi-Qatar dan Skenario Krisis Teluk. Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia. JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL VOL. 7, NO. 1 / APRIL - SEPTEMBER 2018

49 negara tersebut didasarkan pada tuduhan bahwa Qatar telah banyak ikut campur dalam urusan rumah tangga negara- negara lain anggota GCC.

Dari serangkain kejadian yang kemudian merujuk pada penarikan duta besar yang dilakukan oleh Arab Saudi, Bahrain dan juga UEA tersebut pada akhirnya memperoleh hasil damai setelah lebih dari delapan bulan melakukan mediasi ekstensif dan juga terdapat beberapa isyarat damai dari pihak Doha yang salah satunya mengusir kembali tujuh pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir yang mengusir di Qatar. Beberapa duta besar dikirim kembali ke Doha termasuk pula duta besar Arab Saudi36.

Pemanasan hubungan diplomatik yang terjadi antara Arab Saudi dan Qatar kembali muncul kepermukaan pada tahun 2017. Pemerintah Qatar diwakilkan oleh mentri luar negeri Qatar memberikan konfirmasi resmi bahwa Qatar News Agency telah diretas oleh kelompok tidak bertanggung jawab dan menyebarkan berita tanpa dasar yang jelas. Qatar jelas menolak adanya statement tersebut dan mengkonfirmasi bahwa saat itu Qatar News Agency telah diluar kendali pemerintah37. Pada tanggal 5 Juni 2017, kampanye anti media terhadap Qatar pada akhirnya menjadi keputusan politik resmi mengenai embargo dan juga pemutusan hubungan diplomatik terhadap Qatar yang dilakukan oleh beberapa negara teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi.38

Perlu kemudian memahami alasan negara-negara Teluk memutuskan hubungan dengan Qatar. Keputusan Saudi merupakan bagian dari usaha menjaga keamanan

36 Kristina Kausch, dkk, Geopolitics and Democracy In Middle East,(Madrid: Fride Publisher), 73. 2015

37 Ibid.

38 Ibid.

50 nasionalnya. Kebijakan-kebijakan Doha dianggap Riyadh menciptakan konflik internal di dalam internal pemerintahan Saudi dan mengancam kedaulatan.

Kebijakan Qatar yang mendukung kelompok-kelompok yang dianggap Arab Saudi sebagai bagian dari teror dan sektarian dapat menciptaka ketidakstabilan di kawasan. Dukungan Qatar terhadap kelompok teror di Provinsi Qatif, Arab Saudi kemudian langkah Doha memberikan dukungan baik secara finansial ataupun perlindungan bagi sejumlah pihak, serta dalam isu Yaman posisi Doha dianggap berlawanan dengan posisi dari pasukan koalisi yang mendukung pemerintahan Abed Rabbo Mansour Hadi di Yaman. Bagi UEA, posisinya jelas mendukung posisi Saudi terhadap Qatar bahwa terdapat ancaman bagi negara-negara Teluk dan juga terhadap stabilitas dan keamanan di kawasan. Posisi serupa dimiliki oleh Bahrain. Bahrain menyatakan bahwa posisi Qatar menciptakan instabilitas di kawasan. Bahrain menuduh Qatar memberikan dukungan terhadap aktivitas terorisme dan menciptakan kekacauan di dalam negeri Bahrain.

Mesir dalam pernyataannya mengatakan bahwa posisi Qatar membawa ideologi Al Qaeda, mendukung gerakan ISIS dan kelompok teror di Sinai.

Dukungan Qatar terhadap posisi Ikhwanul Muslimin (IM) juga dianggap mengancam internal Mesir dan keamanan nasional negara-negara Arab yang akan menciptakan pembagian di dalam masyarakat Arab.

Selanjutnya, Yaman menuduh keberadaan Qatar bekerja bersama musuh dari pemerintah Yaman yaitu milisi Houthi yang mendapatkan dukungan dari Iran. Sebelumnya Qatar dan negara-negara GCC memang saling menanda tangani perjanjian yang disebut dengan “Kesepakatan Riyadh” isi dari “Kesepakatan

51 Riyadh” dalam dokumen pertama adalah komitmen negara-negara Arab untuk tidak memberikan pembiayaan dan dukungan politik terhadap suatu kelompok-kelompok yang melakukan penyimpangan serta menghindari intervensi-intervensi urusan internal setiap negara sedangkan dalam dokumen kedua adalah tekad dan komitmen para pihak yang mendatangani perjanjian untuk mendukung dan meningkatkan stabilitas Mesir dan mencegah Al Jazeera untuk dijadikan sebagai batu loncatan. Tokoh atau kelompo-kelompok yang mengadakan perlawanan atau menentang otoritas Mesir. Hal tersebut telah disepakati oleh Qatar, Bahrain, Arab Saudi, Mesir dan Uni Emirat Arab.

Satu hari kemudian tepatnya pada tanggal 6 Juni 2017, Arab Saudi memberikan 13 tuntutan yang harus disepakati oleh Qatar untuk bisa kembali menjalin hubungan diplomatik dan juga menghentikan embargo kepada Qatar39.

Sikap Qatar yang tidak menerima ke-13 tuntutan yang diajukan tersebut membuat hubungan bilateral antara Qatar dengan Arab Saudi hingga saat ini belum menemukan titik terang. Arab Saudi yang menjadi pemimpin dari aliansi 7 negara pemboikot masih bersikeras dengan pendirianya. Berikut merupakan rangkuman riwayat hungan Arab Saudi dengan Qatar.

Qatar sendiri menyatakan bahwa tuduhan yang diberikan negara-negara Teluk tidak berdasarkan fakta. “Bagi kami, pilihan strategis Qatar dalam selesaikan masalah ini adalah dengan dialog.” penjelasan Menlu Qatar Syaikh Muhammad Bin Abdulrahman al Thani. Dirinya mengatakan bahwa adanya

39 Alex Christoforoud, “24 Hourse ultimatum, Saudi Arabia threatens Qatar to submit to list of demands or face war”, diakses pada 12 september 2017, http://theduran.com/24-hour-ultimatumsaudi-arabia-threatens-qatar-to-submit-or-else-face-war/.

52 ekskalasi ini, Qatar tidak memahami alasan sebenarnya dari krisis ini. Emir Kuwait juga pada Selasa ini mengunjungi Saudi untuk membendung krisis dan akan dilakukan pernyataan resmi oleh Emir Qatar pada Selasa.

Tabel 1

Dinamika Hubungan Arab Saudi dan Qatar tahun 1995-2017

No Tahun Kejadian

1 1995 Sheikh Hammad Bin Khalifa Al-Tahani menanda tangani kebijakan dengan Iran dan Israle dalam pengembangan produksi LNG (Liquid Natural Gas)

2 1996 Qatar menanda tangani perjanjian dengan Israel untuk mendirikan kantor perdagangan Israel di Doha

3 2002 Kantor berita Qatar memberitakan bahwa pemerintah Arab Saudi memanggil duta besarnya yang ada di Doha untuk kembali selama enam hari

4 2008 Hubungan kedua negara kembali membaik dengan perjanjian bahwa Al-Jazeera membatasi mengenai liputan terhadap Qatar

5 2012 Qatar dilaporkan mendukung kelompok Ikhwanul Muslimin di Suriah

6 Januari 2013 Perdana Menteri Qatar Hamad bin Jazim Al-Thani mengumumkan pemberian dan dukungan penuh atas pemberontakan di Mesir

7 Juli 2013 Pihak pemberontak yang didukung Qatar di Mesir kalah dan hubungan antara Qatar dan Mesir memanas

8 2014 Pemutusan Hubungan diplomatik oleh Arab Saudi, Uni Emirate Arab, dan Bahrain terhadap Qatar

9 16

November 2014

Hubungan Qatar dengan ketiga negara kembali membaik

10 23 Mei 2017 Kampanye anti media Qatar yang dilakukan oleh Arab Saudi dan UEA

11 5 Juni 2017 Keputusan resmi mengenai pemutusan hubungan diplomatik antara 7 negara Teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi terhadap Qatar

12 6 Juni 2017 Pengajuan 13 syarat terhadap Qatar yang disampiakan kepada Kuwait untuk mengembalikan hubungan diplomatik seperti semula

53 BAB III

PERANAN IKHWANUL MUSLIMIN DALAM KEBIJAKAN QATAR