• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAWATAN PULPA GIGI SULUNG DAN PERMANEN MUDA PADA ANAK-ANAK

A. Pulp Capping (8,20)

III.4 Perawatan Pulpa Gigi Permanen Muda Pada Anak-anak

2. Direct Pulp Capping

Pada beberapa keadaan, gigi permanen muda yang pulpanya terbuka secara klinis dapat ditanggulangi dengan perawatan direct. Teknik perawatan direct pulp capping pada gigi permanen muda sama dengan perawatan pada gigi sulung. Perawatan direck pulp capping yang berhasil, pulpa yang tertinggal akan tetap sehat dan dapat memacu deposisi jembatan dentin reparatif, menutup tempat yang terbuka. Pasien diinstruksikan untuk kembali bila timbul keluhan, misalnya gigi sensitif terhadap rangsangan panas atau dingin.(4)

B. Pulpotomi

Pulpotomi pada gigi permanen muda merupakan perluasan dari perawatan direck pulp capping. Jaringan pulpa pada bagian mahkota yang terinfeksi, yang

71 mengalami inflamasi ireversibel, dibersihkan agar vitalitas pulpa radikular dapat dipertahankan, sehingga dapat terjadi apeksogenesis atau penutupan bagian apeks dan terbentuk jembatan dentin. Pada gigi permanen muda dipakai kalsium hidroksida. Teknik perawatannya sama dengan perawatan pada gigi sulung.(4)

Keuntungan dari pulpotomi adalah: (22)

1. dapat diselesaikan dalam waktu singkat, yaitu dengan satu atau dua kali kunjungan;

2. Pengambilan pulpa hanya di bagian koronal. Hal ini menguntungkan karena pengambilan pulpa di bagian radikular sulit dan sempit, serta penuh ramikasi, disamping itu, iritasi obat–obatan dan instrumen perawatan saluran akar tidak ada, dan;

3. Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi. C. Apeksifikasi

Apeksifikasi adalah suatu perawatan endodontik yang bertujuan untuk merangsang perkembangan lebih lanjut atau meneruskan proses pembentukan apeks gigi yang belum tumbuh sempurna, yang disebabkan trauma dan biasanya pada pulpa yang mengalami nekrosis. Kebanyakan kasus trauma terjadi pada gigi permanen muda yang akarnya belum menutup sempurna sehingga dapat menyebabkan kematian pulpa. Apeksifikasi ini merupakan suatu perawatan pendahuluan pada perawatan endodontik dengan menggunakan kalsium hidroksida sebagai bahan pengisian saluran akar yang bersifat sementara pada gigi non vital dengan apeks gigi yang terbuka. Setelah dilakukan apeksifikasi diharapkan terjadinya penutupan saluran akar pada bagian apikal. Dengan

72 diperolehnya keadaan tersebut, selanjutnya dapat dicapai pengisian saluran akar yang sempurna dengan bahan pengisian saluran akar yang tetap yaitu gutta-percha. Perawatan apeksifikasi ini tidak dilakukan jika ada kelainan periapikal.(19,30)

Perawatan apeksifikasi dapat dilakukan dengan sekali kunjungan, atau lebih. Menurut Fisher, berdasarkan pertimbangan bahwa kerja bahan pengisian kalsium hidroksida menjadi kurang efektif pada lingkungan jaringan yang tidak steril, maka perawatan apeksifikasi dilakukan dengan dua kali kunjungan atau lebih untuk mendapatkan hasil perawatan yang diharapkan. Faktor-faktor keberhasilan perawatan apeksifikasi yaitu tidak ada rasa sakit spontan demikian pula rasa sakit pada waktu perkusi dan palpasi, pemeriksaan rotgen foto terlihat pembentukan jaringan keras yang nampak radioopak pada apeks gigi, jaringan lunak di sekitar gigi dalam keadaan normal.(30)

Sehubungan dengan pendapat Fisher (1872) yang menyatakan bahwa kerja kalsium hidroksida menjadi kurang efektif pada lingkungan jaringan yang tidak steril, maka pada perawatan apeksifikasi dilakukan dengan dua kali kunjungan atau lebih. Pengisian saluran akar yang digunakan pada perawatan apeksifikasi ini adalah kalsium hidroksida. Hal ini disebabkan karena pH yang tinggi dari kalsium hidroksida mempunyai potensi untuk proses kalsifikasi jaringan mesenkim di daerah apikal.(30)

73 1. Perawatan Apeksifikasi Satu Kali Kunjungan

Teknik perawatan apeksifikasi pada satu kali kunjungan adalah sebagai berikut: (30,31)

a. Perawatan dimulai dengan pembuatan rontgen foto;

b. Mengaplikasikan anastesi lokal dan pemasangan rubber dam; c. Preparasi kavitas dan menentukan panjang kerja gigi;

d. Membuang jaringan nekrotik, diikuti dengan penghalusan dinding ruang pulpa;

e. Irigasi dengan larutan H2O2 3% dan NaOCl 2,6% untuk membersihkan kotoran-kotoran di ruang pulpa, kemudian dikeringkan dengan paper point steril;

f. Saluran akar diisi dengan pasta kalsium hidroksida, lalu ditutup dengan cotton pellet yang ditetesi dengan cresyl acetat (crestatin) atau Camporated-para Chlorophenol (CMCP) yang diletakkan pada kamar pulpa dan minggu steril ditutup dengan tambalan sementara. CMCP ini mempunyai daya antiseptik yang kuat dan iritasi yang ringan terhadap jaringan periapikal;

g. Setelah empat sampai enam bulan, kemudian dilakukan evaluasi secara klinis dan radiografis; dan

74 2. Perawatan Apeksifikasi Dua Kali Kunjungan

Perawatan apeksifikasi pada kunjungan kedua hampir sama dengan perawatan satu kali kunjungan. Teknik perawatannya adalah sebagai berikut:(30,31)

a. Kunjungan pertama dilakukan seperti pada perawatan satu kali kunjungan;

b. Pada kunjungan kedua, yaitu setelah satu sampai dua minggu, rubber dam dipasang dan tumpatan sementara dibuka, cotton pellet dikeluarkan, keadaan saluran akar diperiksa dengan paper point steril; c. Bila saluran akar masih basah di lakukan perawatan kembali. Bila

sudah kering, saluran akar diirigasi untuk membersihkan sisa-sisa kotoran, kemudian dikeringkan dengan paper point steril. Terpenting disini adalah perkusi pada gigi tersebut tidak menimbulkan rasa sakit. Apabila keadaan tidak memungkinkan untuk mendapatkan saluran akar yang betul-betul kering, maka dapat dilakukan rotation of mediacation seperti pada kunjungan pertama;

d. Bila saluran akar sudah kering, disiapkan campuran kalsium hidroksida dengan CMCP dengan konsisitensi campuran yang kental, lalu dimasukkan ke dalam saluran akar dengan menggunakan endodontik pluger, lentulo, atau syringe;

e. Diusahakan campuran kalsium hidroksida tidak melewati apikal gigi, kira-kira 1-2 mm dari jaringan periapikal, kepekaan pasien digunakan sebagai petunjuk dalam menentukan kedalaman pengisian campuran

75 kalsium hidroksida, perlu juga dilakukan pengecekan secara radiografis untuk memeriksa kedalam saluran akar;

f. Setelah pengisian saluran akar, diletakkan gulungan kapas steril di kamar pulpa untuk melindungi obat-obatan yang ada dibawahnya, kemudian diberikan zinc oksida fosfat dan ditumpat sementara.

g. Enam bulan kemudian pasien disuruh dating kembali dan dilakukan pemeriksaan klinis dan radiografis untuk mengetahui ada atau tidaknya penutupan apeks yang berupa pembentukan jaringan keras di daerah apeks. Bila dalam pemeriksaan ini ternyata perawatan berhasil, maka kalsium hidroksida dikeluarkan dan dibersihkan dari saluran akar dan pengisian dengan gutta-percha dapat dilakukan;

h. Untuk melihat berhasil atau tidaknya perawatan apeksifikasi ini selain secara radiografis, dapat juga diperiksa dengan reamer atau file yang kecil, dan;

i. Bila sudah terjadi kalsifikasi akan terasa ada tahanan di daerah apeks, namun bila tidak ada perubahan baik secara klinik maupun radiografis dan terjadi kelainan periapikal maka perawatan apeksifikasi perlu diulang seperti pada kunjungan kedua, dan pasien disuruh kembali tiga bulan kemudian.

Keberhasilan perawatan apeksifikasi secara klinis jika proses penyembuhan mulai berlangsung, pasien akan terbebas dari rasa sakit spontan, demikian pula rasa sakit waktu perkusi dan palpasi, dan penutupan apeks akan terbentuk. Secara rontgen foto keberhasilan perawatan apeksifikasi terlihat

76 gambaran radioopak di sepanjang bagian saluran akar yang berarti telah terjadi penutupan pada bagian apeks gigi dan tidak dijumpai adanya gambaran radiolusen yang merupakan tanda patologis dibagian periapikal.(30)

77 BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Pulpa gigi merupakan struktur jaringan lunak hidup yang berasal dari jaringan mesenkim dan mempunyai banyak fungsi yaitu induktif, formatif, nutritif, defensif, dan sensatif.

Pulpa gigi sulung berbeda dengan gigi permanen. Ruang pulpa gigi sulung lebih besar dan tanduk pulpanya lebih dekat dengan permukaan luar gigi dibandingkan gigi permanen.

Dalam perawatan endodontik dikenal beberapa macam kelainan pulpa, yaitu hiperemia, pulpitis, degenerasi pulpa, dan nekrosis. Untuk menangani kelainan pulpa pada gigi sulung dan permanen muda, maka harus dilakukan perawatan untuk mempertahankan gigi sebelum waktunya tanggal. Perawatan pulpa yang dapat dilakukan pada gigi sulung antara lain pulp caping, pulpotomi, dan pulpektomi. Pada gigi permanen muda dapat dilakukan pulp caping, pulpotomi, dan apeksifikasi.

Instrumen yang digunakan untuk preparasi saluran akar antara lain jarum miller, jarum eksterpasi, reamer, dan file. Sedangkan instrumen untuk pengisian saluran akar yaitu root canal spreader, root canal plugger, dan lentulo.

78 Bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung dan permanen muda yang sering digunakan adalah zinc oksida eugenol, iodoform, kalsium hidroksida, dan obat-obat untuk fiksasi jaringan yaitu formokresol, glutaraldehid, dan formaldehid.

IV.2 Saran

Orang tua harus berperan aktif dalam menjaga oral higyene anaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajarkan cara menyikat gigi dan mengunjungi dokter gigi setiap enam bulan sekali, untuk mencegah terjadinya karies dini.

Bila sudah terjadi karies yang melibatkan pulpa, maka dapat dilakukan perawatan pulpa seperti pulp caping, pulpotomi, pulpektomi, dan apeksifikasi. Namun, jika kerusakan sudah sangat parah dan sulit untuk dipertahankan, maka dapat dilakukan pencabutan dan jika perlu menggunakan space maintainer

Dokumen terkait