BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Data
Data yang diperlukan adalah data yang berkaitan dengan tema “Pemilihan Metode
Deperesiasi Aktiva Tetap Untuk Perencanaan Perencanaan Pajak Penghasilan”.
Penulis menganalisis data dengan cara membuat tabel-tabel agar lebih mudah
dipahami.
1. Rugi laba PT. Kusumatex tahun 2001 sampai dengan 2005
Laporan rugi laba PT. Kusumatex adalah laporan rugi laba sebelum
depresiasi dan pajak untuk periode tahun 2001 sampai dengan 2005. Laporan rugi
laba tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk meramalkan rugi laba sebelum
depresiasi dan pajak untuk tahun-tahun berikutnya. Metode yang dapat digunakan
adalah metode least square.
Laporan rugi laba sebelum depresiasi dan pajak PT. KUSUMATEX tahun 2001
sampai dengan 2005 dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4
PT. Kusumatex Yogyakarta Laporan Rugi Laba
Periode yang berakhir 31 Desember 2001
Penjualan Rp2,973,522,130.00
Pemakaian Bahan baku:
Persediaan awal Rp 42,872,120.50 Pembelian 2,305,222,334.92 Persediaan akhir (98,136,363.50) Pemakaian Rp2,249,958,091.92 Bahan Pembantu Spar-part Rp 86,432,245.00 kanjian 128,850,269.50 Upah karyawaan 238,695,600.00
Jumlah Bahan Pembantu 453,978,114.50 Biaya Lain-lain:
Pelumas Rp 10,069,620.00
Listrik 105,563,904.00 Angkutan 1,347,500.00 Pemeliharaan 5,107,250.00 Jumlah Biaya Lain-lain 122,088,274.00 Jumlah Biaya Produksi Rp2,826,024,480.42 Bahan Dalam Proses:
Awal Tahun Rp 21,195,976.37 Akhir Tahun (54,534,545.36)
Selisih (33,338,568.99)
Harga Pokok Produksi Rp2,792,685,911.43 Bahan Jadi:
Awal Tahun Rp 61,234,450.00 Akhir Tahun (16,102,050.00)
Selisih 45,132,400.00
Harga Pokok Penjualan 2,837,818,311.43
LABA KOTOR Rp 135,703,818.57 Biaya Operasional Gaji Pegawai Rp 14,500,000.00 Rekening Telpon 3,917,224.00 Bunga Bank 56,340,681.99 Astek 27,684,707.00 PBB 2,823,266.00 Alat Kantor 1,463,450.00 Bantuan Obat - Lain-lain 8,809,100.00
Jumlah Biaya Operasional 115,538,428.99
LABA BERSIH SEBELUM DEPRESIASI
DAN PAJAK Rp 20,165,389.58
Tabel 5
PT. Kusumatex Yogyakarta Laporan Rugi Laba
Periode yang berakhir 31 Desember 2002
Penjualan Rp3,167,363,491.00
Pemakaian Bahan baku:
Persediaan awal Rp 278,136,363.50 Pembelian 2,548,039,431.02 Persediaan akhir (246,052,352.31) Pemakaian Rp 2,580,123,442.21 Bahan Pembantu Spar-part Rp 109,102,650.00 kanjian 276,733,122.50 Upah karyawaan 430,290,000.00
Jumlah Bahan Pembantu 816,125,772.50 Biaya Lain-lain:
Pelumas Rp 14,897,520.00
Listrik 124,890,405.00 Angkutan 2,830,000.00 Pemeliharaan 6,958,950.00 Jumlah Biaya Lain-lain 149,576,875.00 Jumlah Biaya Produksi Rp 3,545,826,089.71 Bahan Dalam Proses:
Awal Tahun Rp 54,534,545.36 Akhir Tahun (87,138,816.75)
Selisih (32,604,271.39)
Harga Pokok Produksi Rp 3,513,221,818.32 Bahan Jadi: Awal Tahun Rp Rp 16,102,050.00 Akhir Tahun (544,814,437.00) Selisih (528,712,387.00)
Harga Pokok Penjualan 2,984,509,431.32
LABA KOTOR Rp 182,854,059.68 Biaya Operasional Gaji Pegawai Rp 16,650,000.00 Rekening Telpon 5,699,625.00 Bunga Bank 63,128,450.08 Astek 38,633,951.00 PBB 3,165,916.00 Alat Kantor 2,926,500.00 Bantuan Obat - Lain-lain 13,302,900.00
Jumlah Biaya Operasional 143,507,342.08 LABA BERSIH SEBELUM
DEPRESIASI DAN PAJAK Rp 39,346,717.60
Tabel 6
PT. Kusumatex Yogyakarta Laporan Rugi Laba
Periode yang berakhir 31 Desember 2003
Penjualan Rp3,253,771,362.00
Pemakaian Bahan baku:
Persediaan awal Rp 453,734,452.18 Pembelian 1,676,243,554.12 Persediaan akhir (180,660,603.00) Pemakaian Rp 1,949,317,403.30 Bahan Pembantu Spar-part Rp 9,376,650.00 kanjian 224,980,864.00 Upah karyawaan 383,747,550.00
Jumlah Bahan Pembantu 618,105,064.00 Biaya Lain-lain:
Pelumas Rp 10,157,400.00
Listrik 148,109,910.00 Angkutan 1,085,000.00 Pemeliharaan 1,330,200.00 Jumlah Biaya Lain-lain 160,682,510.00 Jumlah Biaya Produksi Rp 2,728,104,977.30 Bahan Dalam Proses:
Awal Tahun Rp 87,138,817.00 Akhir Tahun (88,631,047.00)
Selisih (1,492,230.00)
Harga Pokok Produksi Rp 2,726,612,747.30 Bahan Jadi:
Awal Tahun 544,814,437.00 Akhir Tahun 160,734,891.00
Selisih 384,079,546.00
Harga Pokok Penjualan 3,110,692,293.30
LABA KOTOR Rp 143,079,068.70 Biaya Operasional Gaji Pegawai Rp 17,612,500.00 Rekening Telpon 2,715,910.00 Bunga Bank 55,414,952.00 Astek 35,439,059.00 PBB 3,165,916.00 Alat Kantor 2,546,270.00 Bantuan Obat 1,845,400.00 Lain-lain 2,199,500.00
Jumlah Biaya Operasional 120,939,507.00 LABA BERSIH SEBELUM
DEPRESIASI DAN PAJAK Rp 22,139,561.70
Tabel 7
PT. Kusumatex Yogyakarta Laporan Rugi Laba
Periode yang berakhir 31 Desember 2004
Penjualan Rp2,949,706,291.00
Pemakaian Bahan baku:
Persediaan awal Rp 142,889,185.00 Pembelian 1,908,396,321.00 Persediaan akhir (117,782,447.00) Pemakaian Rp1,933,503,059.00 Bahan Pembantu Spar-part Rp 12,425,550.00 kanjian 214,875,645.00 Upah karyawaan 422,827,780.00
Jumlah Bahan Pembantu 650,128,975.00 Biaya Lain-lain:
Pelumas Rp 9,640,300.00
Listrik 145,721,840.00 Angkutan 972,000.00 Pemeliharaan 2,120,700.00 Jumlah Biaya Lain-lain 158,454,840.00 Jumlah Biaya Produksi Rp2,742,086,874.00 Bahan Dalam Proses:
Awal Tahun Rp 88,631,047.00 Akhir Tahun (142,236,165.00)
Selisih (53,605,118.00)
Harga Pokok Produksi Rp2,688,481,756.00 Bahan Jadi:
Awal Tahun Rp 160,734,891.00 Akhir Tahun (54,521,475.00)
Selisih 106,213,416.00
Harga Pokok Penjualan 2,794,695,172.00
LABA KOTOR Rp 155,011,119.00 Biaya Operasional Gaji Pegawai Rp 19,732,000.00 Rekening Telpon 2,915,340.00 Bunga Bank 52,225,732.00 Astek 36,432,240.00 PBB 3,165,916.00 Alat Kantor 2,122,350.00 Bantuan Obat 2,082,300.00 Lain-lain 1,975,500.00
Jumlah Biaya Operasional 120,651,378.00 LABA BERSIH SEBELUM
DEPRESIASI DAN PAJAK Rp 34,359,741.00
Tabel 8
PT. Kusumatex Yogyakarta Laporan Rugi Laba
Periode yang berakhir 31 Desember 2005
Penjualan Rp3,498,656,320.13
Pemakaian Bahan baku:
Persediaan awal Rp 246,052,352.31 Pembelian 2,068,382,911.25 Persediaan akhir (252,256,152.12) Pemakaian Rp2,062,179,111.44 Bahan Pembantu Spar-part Rp 91,651,540.00 kanjian 296,825,432.50 Upah karyawaan 476,281,000.00
Jumlah Bahan Pembantu 864,757,972.50 Biaya Lain-lain:
Pelumas Rp 17,562,450.00
Listrik 162,650,703.00 Angkutan 3,211,500.00 Pemeliharaan 7,475,200.00 Jumlah Biaya Lain-lain 190,899,853.00 Jumlah Biaya Produksi Rp3,117,836,936.94 Bahan Dalam Proses:
Awal Tahun Rp 87,138,816.75 Akhir Tahun (113,125,374.63)
Selisih (25,986,557.88)
Harga Pokok Produksi Rp3,091,850,379.06 Bahan Jadi:
Awal Tahun Rp544,814,437.00 Akhir Tahun (394,877,980.00)
Selisih 149,936,457.00
Harga Pokok Penjualan 3,241,786,836.06
LABA KOTOR Rp 256,869,484.07 Biaya Operasional Gaji Pegawai Rp 19,800,000.00 Rekening Telpon 6,134,550.00 Bunga Bank 94,135,750.12 Astek 42,582,830.00 PBB 3,411,875.00 Alat Kantor 3,016,260.00 Bantuan Obat - Lain-lain 15,272,170.00
Jumlah Biaya Operasional 184,353,435.12 LABA BERSIH SEBELUM
DEPRESIASI DAN PAJAK Rp 72,516,048.95
2. Daftar kepemilikan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan yang dimiliki sebelum
tahun 1995.
Aktiva tetap yang disusun dalam tabel berikut ini adalah seluruh aktiva
tetap yang dimiliki perusahaan sebelum tahun 1995. Aktiva tetap tersebut
merupakan aktiva tetap selain bangunan dari PT. KUSUMATEX yang masih
dapat disusut.
Tabel 9
Daftar kepemilikan aktiva PT. KUSUMATEX Yang dimiliki sebelum tahun 1995
No. Jenis Harta Tahun
Perolehan
Masa manfaat
Unit Gol. Harga Perolehan (Dalam Rupiah)
A Mesin
1 Mesin Kelos 1987 16 th III 5.005.160,00 2 TAYA 500 highspeed warping 1989 16 th III 12.100.000,00 3 M. T Hirano 1991 16 th III 13.000.000,00 4 M.T RRC T 21 G 1991 13.250.000,00 5 TAYA 500 highspeed singgle 1992 16 th III 14.584.000,00 6 M.T RRC T 33 G 1993 16 th III 14.000.000,00 7 Weaving M/C GA 615D 56" Automatic shutle change 1993 16 th III 35,000,000.00 B Kendaraan 1. FE 114 Bus Aerostar 1993 8 th II 34.194.880,00 C Peralatan Kantor 1. Kursi 1992 4 th I 92.500,00 2. Komputer 1993 4 th I 1.685.000,00 3. Meja tulis 1994 4 th I 491.950,00
4. Ricoh Mesin Copy 1994 4 th I 4.500.000,00
5. Brother Facsimile 1994 4 th I 1.250.000,00 D Peralatan Pabrik 1. Pompa grufanos 1992 4 th I 837.140,00 2. Kunci pas 1992 4 th I 300.000,00 3. Kompresor 1993 4 th I 1.220.000,00 4. Timbangan meja 1994 4 th I 320.000,00
3. Daftar aktiva yang dimiliki perusahaan pada tahun 1995 dan sesudahnya.
Selain daftar aktiva tersebut diatas, perusahaan juga memiliki aktiva yang
diperoleh pada tahun 1995 dan sesudahnya. Adapun daftar aktiva tetap tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 10
Daftar kepemilikan aktiva PT. KUSUMATEK Yang dimiliki pada tahun 1995 dan sesudahnya
No Jenis Harta Tahun
Perolehan
Masa Manfaat
Unit Gol Harga Perolehan
(Dalam Rupiah) A. Mesin 1. Saparo 1995 16 th III 15.000.000,00 2. Weaving M/C GA 615D 56 1995 16 th III 59.515.000,00 3. M.T HIRANO 1997 16 th III 17.925.000,00 4. M.T RRC T 21 G 1998 16 th III 16.800.000,00 5. M.T RRC T 33 G 1999 16 th III 17.000.000,00 6. M.T RRC T 72 G 2001 16 th III 18.000.000,00
7. Mesin kelos 2002 16 th III 10.1253.000,00
8. Weaving M/C GA 61 D 60 2003 16 th III 9.650.000,00
9. Chaurex K6, Tamzise, Humidity
2003 16 th III 43.940.618,00
B Peralatan Mesin Pabrik
1. Water meter 1995 16 th III 1.040.800,00
2. N 200 Goldstar 1996 16 th III 215.000,00
3. N 502 Goldstar 1996 16 th III 130.000,00
4. Automatic sincron 1997 16 th III 1.350.000,00
5. Cerobong angin 1999 16 th III 3.500.000,00
6. Tiang control benang 2000 16 th III 5.100.000,00
7. Panel power kapasitor 2001 16 th III 10.125.000,00
8. Boiler onnical DD HI 32 2003 16 th III 950.000,00
9. NFB 3p 1000 Amp MGC 1001 2004 16 th III 2.975.000,00 C. Kendaraan 1. Truk Mitsubishi 1996 8 th II 45.340.000,00 2. Bus Mercy 1999 8 th II 23.188.500,00 3. Truk Fuso FM 217 H 2001 8 th II 69.900.909,00 4. FE 104 Engkel 14078 K 017090 2003 8 th II 25.350.750,00 D Peralatan Kantor 1. Meja tulis+kursi 1998 4 th I 300.500.00 2. Rak piring 1999 4 th I 150.000.00 3. Lemari 2001 4 th I 550.000,00 4. Mesin ketik 2002 4 th I 325.000,00 5. Komputer 2004 4 th I 3.000.000,00 E Peralatan Pabrik 1. Vaccum cleaner 1995 4 th I 900.375,00 2. Bearn 50 1996 4 th I 900.750,00 3. Termometer 1997 4 th I 425.000,00 4. Reducing value 1998 4 th I 700.000,00 5. Harness value 1999 4 th I 175.000,00 6. Plow blok UC 212 2002 4 th I 350.750,00 7. Bor listrik 2002 4 th I 200.000,00 8. Gerenda listrik 2003 4 th I 325.000,00
B. Analisis Data
Guna memecahkan permasalahan yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya,
maka dalam sub bab ini penulis akan menyajikan analisis data untuk mempermudah
pembahasan. Adapun hasil dari analisis data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk
tabel.
1. Meramalkan laba kena pajak sebelum depresiasi aktiva
Dalam meramalkan laba kena pajak sebelum depresiasi aktiva untuk tahun 2006
sampai 2010, penulis mempergunakan metode least square.
Tabel 11
Perhitungan trend laba kena pajak sebelum depresiasi dengan metode least square.
Tahun Laba bersih sebelum depresiasi dan pajak (y)
X X² Xy 2001 20.165.389,58 -2 4 -40.330.779,16 2002 39.346.717,60 -1 1 -39.346.717,60 2003 22.139.561,70 0 0 0 2004 34.359.741,00 1 1 34.359.741.,00 2005 72.516.048,95 2 4 145.032.097,9 Total 188.527.458,8 0 10 99.714.342,14
Rumus least square:
Y = a + bX Σy a = n Σxy a = Σx² Penyelesaian: a = 188.527.458,8 = 37.705.491,76 5
b = 99.714.342,14 = 9.971.434,214 10 Y = 37.705.491,76 + 9.971.434,214 X Y (2006) = 37.705.491,76 + 9.971.434,214 (3) = 67.619.794.39 Y (2007) = 37.705.491,76 + 9.971.434,214 (4) = 77.591.228,60 Y (2008) = 37.705.491,76 + 9.971.434,214 (5) = 87.562.662,81 Y (2009) = 37.705.491,76 + 9.971.434,214 (6) = 97.534.097,02 Y (2010) = 37.705.491,76 + 9.971.434,214 (7) = 107.505.531,3
Berdasarkan perhitungan trend laba kena pajak sebelum depresiasi dengan metode
least square dengan data rugi laba sebelum depresiasi dan pajak perusahaan tahun 2001 sampai 2005, maka hasil peramalan laba kena pajak sebelum depresiasi
untuk tahun 2006 sampai 2010 adalah seperti dalam tabel 7 berikut ini.
Tabel 12
Peramalan laba kena pajak sebelum depresiasi aktiva Tahun Laba kena pajak sebelum depresiasi
(Dalam Rupiah) 2006 67.619.794,39 2007 77.591.228,60 2008 87.562.662,81 2009 97.534.097,02 2010 107.534.531,30
Pada tahun 2006 laba kena pajak sebelum depresiasi sebesar Rp67.619.794,39.
Pada tahun 2007 sebesar Rp77.591.228,60. Pada tahun 2008 sebesar
Rp87.562.662,81. Pada tahun 2009 sebesar Rp97.534.097,02. Pada tahun 2010
sebesar 107.534.531,30.
2. Menentukan nilai sisa buku awal tahun pajak 1995 untuk aktiva yang diperoleh
sebelum tahun 1995.
Berdasarkan tabel 9 diatas, maka nilai sisa aktiva yang diperoleh sebelum tahun
3. Menentukan depresiasi aktiva
Berdasarkan tabel 10, yaitu tabel daftar kepemilikan aktiva PT Kusumatex yang
dimiliki pada tahun 1995 dan sesudahnya dan tabel 13, yaitu tabel daftar
kepemilikan aktiva yang dimiliki sebelum tahun 1995 diatas, maka penulis dapat
melakukan perhitungan mengenai biaya depresiasi aktiva untuk tahun 2006
sampai dengan 2010 dengan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun.
Adapun perhitungan biaya depresiasi dengan metode garis lurus pada aktiva yang
diperoleh sebelum tahun 1995 dapat dilihat pada tabel 14 dan perhitungan biaya
depresiasi dengan metode saldo menurun pada aktiva yang diperoleh sebelum
tahun 1995 dapat dilihat pada tabel 15. Sedangkan perhitungan biaya depresiasi
dengan metode garis lurus pada aktiva yang diperoleh sesudah tahun 1995 dapat
dilihat pada tabel 16 dan perhitungan biaya depresiasi dengan metode saldo
menurun pada aktiva yang diperoleh sesudah tahun 1995 dapat dilihat pada tabel
Tabel 18
Hasil perhitungan biaya depresiasi aktiva dengan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun
(Dalam Rupiah)
Tahun Biaya depresiasi Garis lurus Biaya depresiasi Saldo menurun Selisih 2006 30.219.994,88 20.332.880,57 9.887.114,31 2007 27.240.182,38 16.024.250,14 11.215.932,24 2008 26.490.182,38 20.267.590,24 6.222.592,14 2009 17.752.682,38 14.793.778,30 2.958.904,08 2010 17.752.682,38 12.400.027,17 5.352.655,21 Total 119.455.724,4 83.818.526,42 35.637.197,98
Pada tahun 2006, selisih perhitungan biaya depresiasi aktiva antara metode
garis lurus dengan saldo menurun sebesar Rp9.887.114,31. Pada tahun 2007,
selisih perhitungan biaya depresiasi aktiva sebesar Rp11.215.932,24. Pada tahun
2008 selisihnya sebesar Rp6.222.592,14. Pada tahun 2009, selisihnya sebesar
Rp2.958.904,08. pada tahun 2010, selisihnya sebesar Rp5.352.655,21.
4. Menghitung besarnya pajak penghasilan dari tahun 2006 sampai dengan 2010.
a. Dengan metode depresiasi garis lurus.
Tabel 19
Perhitungan pajak penghasilan, biaya depresiasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
(Dalam Rupiah)
Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010 Laba kena pajak
sebelum depresiasi
67.619.794,39 77.591.228,60 87.562.662,81 97.534.097,02 107.534.531,30
Depresiasi 30,219,994.88 27,240,182.38 26,490,182.38 17,752,682.38 17,752,682.38
Laba kena pajak 37,399,799.51 50,351,046.22 61,072,480.43 79,781,414.64 89,781,848.92
Tarif pajak
10% x 50.000.000 3.739.900,00 5.000.000,00 5.000.000,00 5.000.000,00 5.000.000,00
15% x sisa - 52.650,00 1.660.800,00 4.467.150,00 5.967.150,00
Besarnya pajak 3.739.900,00 5.052.650,00 6.660.800,00 9.467.150,00 10.967.150,00
Tabel 20
Perhitungan pajak penghasilan, biaya depresiasi dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun
(Dalam Rupiah)
Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010 Laba kena pajak
sebelum depresiasi
67.619.794,39 77.591.228,60 87.562.662,81 97.534.097,02 107.534.531,30
Depresiasi 20.332.880,57 16.024.250.14 20.267.590,24 14.793.778,30 12.400.027,17
Laba kena pajak 47.286.913,82 61.566.978,46 67.295.072,57 82.740.318,72 95.134.504,13
Tarif pajak
10% x 50.000.000 4.728.600,00 5.000.000,00 5.000.000,00 5.000.000,00 5.000.000,00
15% x sisa - 1.734.900,00 2.594.250,00 4.911.000,00 6.770.100,00
Besarnya pajak 4.728.600,00 6.734.900,00 7.594.250,00 9.911.000,00 11.770.100,00
5. Membandingkan besarnya pajak dari tahun 2006 sampai dengan 2010 antara
metode depresiasi garis lurus dan saldo menurun.
Besarnya pajak selama tahun 2006 sampai dengan 2010 pada metode garis lurus
dan saldo menurun dapat diperbandingkan pada tabel 21 berikut ini:
Tabel 21
Hasil dan selisih perhitungan pajak penghasilan dengan metode garis lurus dan saldo menurun
(Dalam Rupiah)
Tahun Garis lurus Saldo menurun Selisih
2006 3.739.900,00 4.728.600,00 988.700,00 2007 5.052.650,00 6.734.900,00 1.682.250 ,00 2008 6.660.800,00 7.594.250,00 933.450,00 2009 9.467.150,00 9.911.000,00 443.850,00 2010 10.967.150,00 11.770.100,00 802.950,00 Total 35.887.650,00 40.738.850,00 4.851.200,00
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada tabel 7 tentang peramalan
laba kena pajak sebelum depresiasi , maka untuk tahun 2006 perusahaan akan
memperoleh laba kena pajak sebelum depresiasi sebesar Rp67.619.794.39.
Berdasarkan tabel 13 tentang depresiasi aktiva, depresiasi menurut metode garis lurus
untuk tahun 2006 adalah sebesar Rp30.219.994,88 sedangkan menurut metode
depresiasi saldo menurun sebesar Rp20.332.880,57. Perbedaan depresiasi aktiva
tersebut telah menyebabkan terjadi selisih laba kena pajak sebesar Rp9.887.114,31
(Rp47.286.913,82 – Rp37.399.799,51). Perbedaan jumlah tersebut juga menyebabkan
selisih pajak yang harus dibayarkan sebesar Rp988.700,00 (Rp4.728.600,00 –
Rp3.739.900,00). Pada tahun 2006, besarnya pajak pada tarif pajak 10% dengan
metode garis lurus sebesar Rp3.739.900,00 sedangkan dengan metode saldo menurun
sebesar Rp4.728.600,00. Pada tarif pajak 15% dan 30% dengan metode garis lurus
dan saldo menurun tidak dikenai tarif pajak karena laba kena pajak pada tahun 2006
tersebut kurang dari Rp50.000.000,00. Jumlah pajak akan lebih kecil jika
menggunakan metode depresiasi garis lurus yaitu sebesar Rp3.739.900,00 sedangkan
jika menggunakan metode depresiasi saldo menurun jumlah pajaknya sebesar
Rp4.728.600,00.
Berdasarkan tabel 7 tentang peramalan Laba Kena Pajak sebelum depresiasi,
maka untuk tahun 2007 perusahaan diramalkan akan memperoleh laba kena pajak
sebelum depresiasi sebesar Rp77.591.228,60. Berdasarkan tabel 13 tentang depresiasi
aktiva, depresiasi menurut metode depresiasi garis lurus untuk tahun 2007 adalah
sebesar Rp27.240.182,38 sedangkan menurut metode depresiasi saldo menurun
terjadi selisih laba kena pajak sebesar Rp11.215.932,24 (Rp61.566.978,46 –
Rp50.351.046,22), yang berarti juga akan menyebabkan terjadinya selisih jumlah
pajak sebesar Rp1.682.250,00 (Rp6.734.900,00 – Rp5.052.650,00), dimana jumlah
pajak akan lebih kecil jika menggunakan metode depresiasi garis lurus. Pada tahun
2007, besarnya pajak pada tarif pajak 10% dengan metode garis lurus dan saldo
menurun sebesar Rp5.000.000,00. Pada tarif pajak 15% dengan metode garis lurus
sebesar Rp52.650,00 dan saldo menurun sebesar Rp1.734.900,00.Pada tarif pajak
15% dengan metode garis lurus dan saldo menurun tidak dikenai tarif pajak karena
laba kena pajak pada tahun 2007 tersebut kurang dari Rp100.000.000,00.
Berdasarkan tabel 7 tentang peramalan Laba Kena Pajak sebelum depresiasi,
maka untuk tahun 2008 perusahaan diramalkan akan memperoleh laba sebelum
depresiasi sebesar Rp87.562.662,81. Berdasarkan tabel 13 tentang depresiasi aktiva,
depresiasi menurut metode depresiasi garis lurus untuk tahun 2008 adalah sebesar
Rp26.490.182,38 sedangkan menurut metode depresiasi saldo menurun jumlah
depresiasinya sebesar Rp20.267.590,24. Perbedaan depresiasi aktiva tersebut telah
menyebabkan terjadi selisih laba kena pajak sebesar Rp6.222.592,14
(Rp67.295.072,57 – Rp61.072.480,43), yang berarti juga akan menyebabkan
terjadinya selisih jumlah pajak sebesar Rp933.450,00 (Rp7.594.250,00 –
Rp6.660.800,00), dimana jumlah pajak akan lebih kecil jika menggunakan metode
depresiasi garis lurus. Pada tahun 2008, besarnya pajak pada tarif pajak 10% dengan
metode garis lurus dan saldo menurun sebesar Rp5.000.000,00. Pada tarif pajak 15%
dengan metode garis lurus sebesar Rp1.660.800,00 dan saldo menurun sebesar
tidak dikenai tarif pajak karena laba kena pajak pada tahun 2008 tersebut kurang dari
Rp100.000.000,00.
Berdasarkan tabel 7 tentang peramalan Laba Kena Pajak sebelum depresiasi,
maka untuk tahun 2009 perusahaan diramalkan akan memperoleh laba kena pajak
sebelum depresiasi sebesar Rp97.534.097,02. Berdasarkan tabel 13 tentang depresiasi
aktiva, depresiasi menurut metode depresiasi garis lurus untuk tahun 2009 adalah
sebesar Rp17.752.682,38 sedangkan menurut metode depresiasi saldo menurun
jumlah depresiasinya sebesar Rp14.793.778,30. Perbedaan depresiasi aktiva tersebut
telah menyebabkan terjadi selisih laba kena pajak sebesar Rp2.958.904,08
(Rp82.740.319,72 – Rp79.781.414,64), yang berarti juga akan menyebabkan
terjadinya selisih jumlah pajak sebesar Rp443.850,00 (Rp9.911.000,00 –
Rp9.467.150,00), dimana jumlah pajak akan lebih kecil jika menggunakan metode
depresiasi garis lurus. Pada tahun 2009, besarnya pajak pada tarif pajak 10% dengan
metode garis lurus dan saldo menurun sebesar Rp5.000.000,00. Pada tarif pajak 15%
dengan metode garis lurus sebesar Rp4.467.150,00 dan saldo menurun sebesar
Rp4.911.000,00. Pada tarif pajak 30% dengan metode garis lurus dan saldo menurun
tidak dikenai tarif pajak karena laba kena pajak pada tahun 2009 tersebut kurang dari
Rp100.000.000,00.
Berdasarkan tabel 7 tentang peramalan Laba Kena Pajak sebelum depresiasi,
maka untuk tahun 2010 perusahaan diramalkan akan memperoleh laba kena pajak
sebelum depresiasi sebesar Rp107.534.531,30. Berdasarkan tabel 13 tentang
depresiasi aktiva, depresiasi menurut metode depresiasi garis lurus untuk tahun 2010
adalah sebesar Rp17.752.682,38 sedangkan menurut metode depresiasi saldo
tersebut telah menyebabkan terjadi selisih laba kena pajak sebesar Rp5.352.655,21
(Rp95.134.504,13 – Rp89.781.848,92), yang berarti juga akan menyebabkan
terjadinya selisih jumlah pajak sebesar Rp802.950,00 (Rp11.770.100,00 –
Rp10.967.150,00), dimana jumlah pajak akan lebih kecil jika menggunakan metode
depresiasi garis lurus. Pada tahun 2010, besarnya pajak pada tarif pajak 10% dengan
metode garis lurus dan saldo menurun sebesar Rp5.000.000,00. Pada tarif pajak 15%
dengan metode garis lurus sebesar Rp5.967.150,00 dan saldo menurun sebesar
Rp6.770.100,00. Pada tarif pajak 30% dengan metode garis lurus dan saldo menurun
tidak dikenai tarif pajak karena laba kena pajak pada tahun 2010 tersebut kurang dari
Rp100.000.000,00.
Dari hasil pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa untuk tahun 2006 sampai
dengan 2010 ternyata dengan metode depresiasi garis lurus perusahaan dapat
memperkecil jumlah pajak sebesar Rp4.851.200,00 dibandingkan jika perusahaan
menggunakan metode depresiasi saldo menurun. Dasar pemilihan metode depresiasi
garis lurus tersebut sebagai metode depresiasi aktiva tetap yang tepat untuk
perencanaan pajak penghasilan adalah karena metode depresiasi garis lurus tersebut
dapat menghasilkan jumlah pajak penghasilan yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan metode saldo menurun. Dari hasil tersebut di atas, diketahui faktor yang
menyebabkan perbedaan jumlah pajak tersebut, yaitu tarif penyusutan dan perbedaan
jumlah depresiasi setiap tahunnya. Besarnya depesiasi dipengaruhi oleh tarif
penyusutan. Semakin besar tarif penyusutan, maka semakin besar depresiasi dan
sebaliknya. Perbedaan jumlah depresiasi setiap tahunnya dapat dilihat pada periode
tahun 2006 sampai dengan 2010. Untuk periode tahun 2006 sampai dengan 2010,
dibandingkan dengan jumlah depresiasi pada metode depresiasi saldo menurun.
Jumlah depresiasi dengan menggunakan metode garis lurus sebesar Rp119.455.724,4
sedangkan jumlah depresiasi dengan menggunakan metode saldo menurun sebesar
Rp83.818.526,42. Perbedaan jumlah depresiasi tersebut disebabkan oleh perbedaan
besarnya depresiasi setiap tahun pada akhir masa manfaat, dimana periode pada akhir
masa manfaat merupakan periode perencanaan pajak. Dengan menggunakan metode
garis lurus besarnya depresiasi setiap tahun pada akhir masa manfaat tetap sedangkan
dengan menggunakan metode saldo menurun besarnya depresiasi setiap tahun pada
akhir masa manfaat cenderung mengalami penurunan. Jumlah depresiasi yang lebih
besar akan menghasilkan laba kena pajak yang lebih kecil dan sebaliknya jumlah
depresiasi yang lebih kecil akan menghasilkan laba kena pajak yang lebih besar. Laba
kena pajak setelah depresiasi berpengaruh terhadap besarnya pajak penghasilan. Akan
tetapi, secara teoritis penggunaan metode depresiasi saldo menurun lebih
menguntungkan untuk perencanaan pajak jika dibandingkan dengan metode
depresiasi garis lurus. Hal ini disebabkan besarnya depresiasi dan nilai waktu uang
pada awal masa manfaat lebih besar jika dibandingkan besarnya depresiasi dan nilai
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
metode depresiasi yang lebih tepat digunakan oleh perusahaan Kusumatex untuk
memperkecil pajak penghasilan adalah metode depresiasi garis lurus. Dasar pemilihan
metode depresiasi garis lurus tersebut sebagai metode depresiasi aktiva tetap yang
tepat untuk perencanaan pajak penghasilan adalah karena metode depresiasi garis
lurus tersebut dapat menghasilkan jumlah pajak penghasilan yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan metode saldo menurun. Dari hasil tersebut di atas, diketahui
faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah pajak tersebut, yaitu tarif penyusutan
dan perbedaan jumlah depresiasi setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada periode
tahun 2006 sampai dengan 2010, ternyata dengan menggunakan metode depresiasi
garis lurus untuk perencanaan pajak, perusahaan dapat memperkecil jumlah pajak
penghasilan sebesar Rp4.851.200,00 dibandingkan jika perusahaan menggunakan
metode depresiasi saldo menurun. nilai sebesar Rp4.851.200,00 merupakan selisih
jumlah pajak antara metode saldo menurun dengan metode garis lurus.