Hidroterapi berasal dari kata Yunani yaitu “ Hunder “ berarti air dan “ therapia “ berarti pengobatan. Hidroterapi adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan zat cair sebagai media pengobatan (Kesiktas, 2004).
Latihan hidroterapi merupakan program terapi di dalam air, dimana sifat-sifat air memanfaatkan untuk mencapai tujuan terapeutik (sifat-sifat yang menyembuhkan). Tujuan hidroterapi untuk meningkatkan kemampuan anak, memperbaiki postural kontrol , melatih keseimbangan, mengontrol gerakan-gerakan yang involunter dan mengurangi spastisitas (McManus, 2007).
1. Fisika Dasar Air
Air terdiri dari unsur hidrogen dan oksigen. Pada temperatur dan tekanan yang normal, air tidak berwarna, tidak berasa/tawar dan tidak berbau. Air membeku pada 0º C dan menguap/mendidih pada 100º C (212º F). Benda dalam zat cair/air mendapatkan tekanan hidrostatis dari segala jurusan, besarnya sebanding dengan jarak benda terhadap permukaan zat cair. Ada beberapa hukum hidrostatistis :
Semua titik pada benda yang berada dalam bejana berisi zat cair, tanpa memandang bentuk bejananya, akan mendapatkan tekanan hidrostatis yang sama besar (Hukum utama hidrostatis). Karena efek tekanan hidrostatik memungkinkan memfasilitasi secara distal, membuat pasien dapat bergerak aktif secara proksimal.
Tekanan hidrostatik menghasilkan tenaga yang tegak lurus dengan permukaan tubuh pasien, tekanan ini membuat sendi tubuh menyadari di posisi mana ia berada (body awareness), sehingga hasilnya terjadi peningkatan propioseptif/ rasa gerak. Rasa gerak ini akan memudahkan pengaturan kontrol postural.
Tekanan yang dikenakan pada permukaan zat cair akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata (Hukum Pascal). Tekanan yang sama rata di seluruh permukaan kulit memberi rasa nyaman pada input sensoris taktil. Taktil akan
memproses informasi tentang sentuhan terutama yang diterima oleh kulit dari ujung kepala sampai ujung kaki tentang tekstur, bentuk dan ukuran suatu benda.
Input sensoris ini memberi informasi ke otak tentang apa yang menyentuh dan apa yang kita sentuh, serta membantu kita menemukan sesuatu sentuhan tersebut membahayakan kita atau tidak. Informasi taktil di air kolam memberikan informasi ke otak bahwa minimnya resiko melukai diri sendiri karena di air tidak mungkin jatuh di permukaan yang keras, sehingga pasien lebih percaya diri dan bebas untuk bergerak, gerakan yang dihasilkan jadi lebih mudah.
Benda-benda (seluruh/sebagian) yang dimasukkan ke dalam zat cair, mendapatkan gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair didesaknya (Hukum Archimedes). Hukum ini akan mempengaruhi penilaian apakah bentuk tubuh pasien sesuai atau tidak dengan densitasnya (berat jenis). Pasien yang pernah mengalami operasi yang memasukan metal ke dalam tulang atau tubuhnya, biasanya akan menambah tingkat densitas. Densitas manusia yang normal adalah 0,974. Bila densitasnya lebih dari 1, manusia akan tenggelam.
Kecenderungan untuk membawa ke permukaan benda-benda yang dimasukkan ke dalam air/zat cair disebabkan oleh karena tekanan ke atas dari air.zat cair ke semua bagian benda tersebut (Hukum Bouyancy). Daya apung dapat memberikan relaksasi karena ketinggian air dapat mengurangi berat badan.
Dengan gaya gravitasi tubuh akan tertarik ke bawah, sedangkan di dalam air, akibat adanya daya apung tubuh akan terdorong ke atas. Jika kedalaman air setinggi leher, maka berat badannya 10 % dari berat badan sesungguhnya bila berada di darat. Jika setinggi ulu hati, berat badan yang disangga kira-kira 25 %,
bila sebatas pusar atau setinggi pinggang, berat badan yang disangga kira-kira 50
% dari berat badan sebenarnya. Semakin dalam air maka berat tubuh semakin ringan dan mampu mengurangi spastisitas pula.
Tahap awal, biasanya anak CP akan dimasukkan ke dalam air yang paling tinggi kedalamannya agar spastisitasnya berkurang, bila spastisitasnya sudah turun dan anak mampu mengatur keseimbangannya, maka bisa dilanjutkan ke tempat yang lebih dangkal.
Apabila sebuah benda dimasukkan ke dalam air akan terdapat beberapa gaya seperti; (a) gaya gravitasi, gaya yang cenderung menarik benda vertikal ke bawah, besarnya tekanan tergantung dari massa benda dan berat benda, (b) Bouyancy/gaya ke atas/gaya apung, disebabkan oleh adanya gaya apung dan cenderung memindahkan benda vertikal ke atas. Kebalikan dengan arah gaya gravitasi (sesuai dengan hukum Archimedes).
Sifat kental yang dihasilkan air merupakan sumber tahanan yang terbaik yang dapat memudahkan latihan di dalam air (sifat viscosity). Tahanan tersebut dipakai untuk melatih penguatan otot-otot tanpa menggunakan beban. Adanya double tahanan di dalam air memungkinkan terapis bisa memberikan sejumlah poin perbaikan yang sulit dilakukan di darat atau di matras. Di dalam air, pasien dapat mengembangkan stabilitas tanpa adanya bantuan dari luar, karena pergerakan di dalam air sangat lamban, pasien cukup waktu untuk mengembangkan kemampuan pengendalian stabilitas mereka tanpa banyak bantuan intervensi terapis. Pembelajaran beberapa aktifitas dapat lebih mudah
dilakukan di dalam air dari pada di darat (seperti berdiri tegak, belajar meniup dan laithan napas).
Pembiasan cahaya terjadi kalau cahaya merambat melalui zat antara (medium) yang tidak sama kerapatannya (hukum refraksi). Pengaruh hukum ini terhadap pelaksanaan hidroterapi secara visual, pasien merasa nyaman karena dasar kolam yang airnya jernih menjadi tampak lebih dangkal dari pada sesungguhnya. Demikian tubuh pasien merasa lebih pendek dari sebenarnya yang secara hukum lever memudahkan kerja sistem musculoskeletal tubuh pasien karena pengaruh gaya gravitasinya lebih kecil
2. Efek terapeutik dan fisiologis a. Terhadap kulit
Efek yang pertama kali pada kulit adalah vasokonstriksi pembuluh darah superficial, diikuti timbulnya warna kemerah-merahan (eritema) karena adanya vasodilatasi (hiperemi). Bila dingin diberikan pada waktu yang lama, kulit akan berwarna kebiru-biruan (sianosis) karena vasokonstriksi. Ujung saraf (nerve ending) akan paralysis dan sensitifitas serabut syaraf sensoris akan berkurang.
b. Terhadap jantung dan pembuluh darah
Terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kulit, segera diikuti vasokonstriksi pembuluh darah perifer lainnya, menyebabkan penyempitan pembuluh darah secara menyeluruh, kemudian akan diikuti oleh peningkatan tekanan darah dan denyut nadi menjadi cepat. Setelah reaksi menghilang, pembuluh darah perifer segera akan dilatasi kembali, tekanan darah menurun dan denyut nadi menjadi lambat.
c. Terhadap respirasi
Pernafasan menjadi cepat dan dangkal, kemudian segera diikuti napas yang dalam dan lambat sehingga meningkatkan pertukaran gas O2 dan CO2 di alveolus paru.
d. Terhadap jaringan otot
Bila diberikan hanya sebentar, akan memberikan perbaikan pada sirkulasi darah, sehingga kegiatan otot dan tonus otot bertambah. Bila waktunya diperpanjang, maka tonus otot akan berkurang, terlihat timbulnya kekakuan pada anggota tubuh dan akan menggigil sebagai usaha untuk menghasilkan panas.
e. Terhadap sirkulasi darah
Terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kulit, sehingga memompa atau mendorong darah ke jaringan lebih dalam. Disusul dengan adanya vasodilatasi pembuluh darah superficial sehingga peredaran darah menjadi lancar.
f. Terhadap sistem saraf
Dingin menyebabkan paralis saraf pada kulit. Bila diberikan pada waktu yang cukup lama akan menyebabkan penurunan fungsi saraf. Tapi bila diberikan pada dosis yang cukup memperbaiki sistem saraf simpatik pada tubuh, memperbaiki hormonal dan metabolisme yang dibutuhkan untuk memperkuat daya tahan tubuh. Bila daya tahan tubuh semakin kuat, secara psikologis anak akan senang melakukan kegiatan terapi di dalam air (hidroterapi). Rasa senang atau relaksasi tersebut membantu anak meningkatkan atensi dan partisipasi aktif selama kegiatan terapi berlangsung dan hasilnya lebih efektis (Yenita, 2011).
Seluruh sistem sensoris harus dapat berfungsi dengan tepat dan berintergrasi satu sama lain untuk dapat menginterpretasikan seluruh stimulus yang terdapat di sekitarnya secara akurat dan memberi respon terhadap stimulus tersebut dengan akurat juga, (Noh, 2008).
3. Mekanisme hidoterapi pada cerebral palsy
Permasalahan pada cerebral palsy adanya abnormalitas tonus (spastisitas) sehingga mengalami kesulitan mengontrol gerakan dan ketidakmampuan melakukan aktifitas fungsional secara independen (Hutzler, 2008).
Latihan hidroterapi menguntungkan pergerakan motorik karena melibatkan multi stimulasi input sensoris. Hal ini terjadi melalui serangkaian proses yang terorganisasi melalui sistem saraf pusat. Sistem ini menerima input sensori dari reseptor-reseptor ekteroseptif (yaitu reseptor penglihatan, pendengaran, pengecapan, bau dan suhu), dari propioseptif (reseptor yang terdapat pada otot, tendon, ligamen, sendi dan selaput otot), serta dari sistem vestibular (informasi diterima melalui telinga bagian dalam mengenai keseimbangan, pergerakan dan gravitasi) (Real, 2005).
Latihan hidroterapi dapat mengurangi spastisitas dengan mekanisme reflek inhibiting posture. Temperature air berpengaruh terhadap spastisitas dan efek rileksasi. Latihan hidroterapi memanfaatkan tekanan hidrostatik meningkatkan posisi kesadaran sendi atau propioseptif. Tekanan hidrostatik menghasilkan tekanan yang tegak lurus dengan permukaan tubuh pasien. Tekanan ini membuat sendi lebih menyadari di posisi mana dia berada, sehingga hasilnya terjadi peningkatan propioseptif (rasa gerak sendi) (Broach, 2007).
Daya apung pada hidroterapi berfungsi mengurangi jumlah berat badan dengan cara menurunkan kekuatan yang dihasilkan oleh tekanan pada sendi.
Viscosity atau sifat kental yang dihasilkan air merupakan sumber tahanan terbaik yang dapat memudahkan program latihan.Tahanan tersebut digunakan untuk penguatan otot tanpa membutuhkan beban. Menggunakan double tahanan yang dimiliki air (buoyancy dan viscosity) untuk menguatkan grup otot yang apabila dilaksanakan diluar air tidak bisa atau bahkan tidak mungkin tetapi ketika dilaksanakan di air penguatan grup otot ini dapat dilaksanakan (Broach, 1997).
4. Teknik Hidroterapi
Intervensi fisioterapi yang dapat digunakan untuk menangani anak dengan kondisi cerebral palsy spastic diplegia adalah Hidroterapi dengan metode Halliwick dan Bad Ragaz.
a. Metode Halliwick
Dikembangkan oleh James McMillan pada tahun 1950, yang dimulai di Halliwick School for Crippled Girls di London dengan menerapkan 10 Point Program. Dasar filosofi Halliwick adalah untuk mencapai kemandirian yang maksimal di air dan darat melalui kepercayaan diri yang baik. Terdapat 10 tahapan teknik dalam metode Halliwick, yang kesemuanya mencakup adaptasi mental (mental adaptation/adjustment), kontrol keseimbangan (balance control) dan gerakan (movement).
b. Mental Adjustment
Bertujuan untuk menghilangkan rasa takut terhadap air serta untuk melatih pernafasan dalam air meliputi menahan nafas dalam air dan mengontrol hembusan nafas agar tidak menghirup atau menelan air.
c. Disengagement
Merupakan instruksi gerakan menjadi bebas secara fisik dan mental di dalam air selama proses,berdiri, berjalan, melompat dan berhenti.
d. Transversal Rotation Control
Latihan aktivitas yang disusun untuk membantu anak mengontrol dan menyusun semua gerakan rotasi yang ada pada aksis fronto transversal.
e. Sagittal Rotation Control
Prinsip dasar latihan adalah melatih kemampuan anak untuk menata dan mengontrol gerakan berputar yang berpusat pada axis sagitto transversal.
f. Longitudinal Rotation Control
Prinisip dasar latihan adalah melatih kemampuan anak untuk menata dan mengontrol gerakan berputar yang berpusat pada axis sagitto frontal.
g. Combined Rotation
Merupakan kemampuan untuk mengontrol semua kombinasi rotasi.
h. Up Trust
Latihan dengan prinsip mengapung dan tenggelam didalam air. Dan untuk mengontrol tubuh didalam air.
i. Balance in stillness
Kemampuan untuk memelihara atau mengganti posisi di dalam air dengan mandiri.
j. Turbulent gliding
Rileksasi yang dilakukan didalam air dengan posisi mengapung terlentang dengan support terapis dengan arah gerak berputar (turbulence).
k. Simple Progression and Basic Progression
Latihan berpindah tempat secara mandiri dengan mengapung di dalam air, tergantung pada kemampuan individu.
b. Metode Bad Ragaz
Bad Ragaz dikembangkan di Jerman, tetapi asal mula bad Ragaz dari Switzerland. Tujuan utama metode ini adalah: memperbaiki dan memelihara fungsi, perbaikan control kepala dan trunk, muscle balance, equilibrium serta menambah range of motion.