• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskripsi Tentang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) a. Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

BAB II KAJIAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tentang Partai Politik

4. Diskripsi Tentang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) a. Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tumbuh dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) anak-anak muda tarbiyah. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan sebuah partai politik yang berasal dari gerakan dakwah tarbiyah (Burhanudin Muhtadi, Genta Demokrasi Metro TV pada 28 April 2011). Gerakan Tarbiyah adalah gerakan dakwah yang terdiri dari lima elemen penting (Imdadudin Rahmat, 2008:24):

Pertama, Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII). Kedua, elemen

jaringan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan jaringan Rohaniawan Islam (ROHIS) di sekolah. Ketiga, elemen para alumnus perguruan tinggi dari Timur Tengah. Keempat, para aktivis Islam maupun kepemudaan. Kelima, para dai lulusan pesantren. Dalam perjuangan

jamaah Tarbiyah dikenal dengan tahapan-tahapan atau disebut fase perjuangan. Diawali dengan fase tandzimi, fase sya’bi, fase muasasi, fase daulah. Era reformasi membuka peluang bagi jamaah tarbiyah untuk melakukan akselerasi fase perjuangan kefase daulah, yaitu dengan langkah awal mendirikan partai politik (wawancara dengan Darul Falah, anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2010-20015 pada 30 April 2011).

Momentum reformasi sebenarnya dimanfaatkan oleh Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) untuk membentuk partai politik yang bersaskan Islam, namun usaha tersebut mengalami kegagalan. Lahirnya Partai Bulan Bintang (PBB) yang berasaskan Pancasila membuat sebagian anggota Dewan Dakwah yang terlibat dalam perumusan berdirinya partai Islam merasa kecewa (Imdadudin Rahmat, 2008:34). Pada saat itu menurut Abu Rida:

Jamaah yang saat ini menjadi Partai Keadilan (PK), sedang menunggu dan memperhatikan Dewan Dakwah yang akan membentuk partai politik Islam, akan tetapi ketika partai politik yang berdiri tidak berasaskan Islam maka mereka (Jamaah Tarbiyah) kemudian mengadakan musyawarah sendiri (Muhammad Furqon, 2004).

Musyawarah untuk mendirikan partai politik dilakukan oleh 52 aktivis jamaah Tarbiyah. Namun sebelum melakukan musyawarah, jamaah ini sudah melakukan survei terhadap kader-kadernya. Dari 6000 angket yang disebarkan pada kader tarbiyah kembali 5800 angket.

Hasilnya 86% kader lebih mendukung berdirinya sebuah partai politik, sedangkan 27% sisanya menginginkan untuk mempertahankan sebagai organisasi masyarakat, yayasan, LSM, kampus, pesantren dan lembaga lainnya. Musyawarah yang dilakukan oleh 52 aktivis jamaah tarbiyah yang diketuai oleh Dr. H.M Hidayat Nurwahid dan Lutfi Hasan Ishaq, MA memutuskan untuk mendirikan sebuah partai politik yang diberi nama Partai Keadilan (PK) (Imdadudin Rahmat, 2008: 36).

Partai Keadilan (PK) didirikan pada tanggal 20 Juli 1998 bertepatan pada hari Senin 26 Rabi’ul Awwal 1419H (Nasiwan, 2003:256). Dideklarasikan oleh 52 tokoh gerakan Tarbiyah di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Jakarta Baru, dihadiri sekitar 50000 pendukungnya. Presiden Partai Keadilan (PK) saat itu adalah Nurmahmudi Ismail. Partai Keadilan (PK) berasaskan Islam tanpa mencantumkan Pancasila sebagai asas partainya (Nasiwan, 2003:256). Setelah satu tahun pasca dideklarsikannya, Partai Keadilan (PK) berhasil lolos untuk mengikuti pemilu ditahun 1999 dan mendapatkan suara sekitar 1.436.565 suara atau sekitar 1,36% dari semua jumlah suara, menempatkan 7 orang wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 1999-2004. Pada 20 Oktober 1999 Partai Keadilan (PK) menerima tawaran kursi Kementerian Kehutanan dan Perkebunan dalam kabinet KH Abdurrahman Wahid, lalu menunjuk presiden Partai Keadilan (PK) Nurmahmudi Ismail sebagai menteri. Selanjutnya

Nurmahmudi Ismail mengundurkan diri dari presiden Partai Keadilan (PK) dan digantikan oleh Hidayat Nur Wahid yang terpilih pada 21 Mei 2000. Namun dengan hanya mendapatkan suara 1,36% dari seluruh jumlah suara, Partai Keadilan (PK) tidak berhasil lolos electoral

threshold untuk mengikuti pemilu lagi pada tahun 2004 yang minimal

harus mendapatkan minimal 2% suara sesuai Undang-Undang Pemilu No 13 tahun 2003. Untuk dapat mengikuti pemilu kembali pada tahun 2004 maka Partai Keadilan (PK) mengubah namanya menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Penambahan kata “sejahtera” dengan dasar filosofi bahwa partai baru yang akan dibentuk tidak hanya menekankan pada ranah keadilan dan hukum pada tingkat politik, namun juga menyelesaikan permasalahan tentang belum tercapainya kesejahteraan dikalangan masyarakat bawah (Imdadun Rahmat, 2008: 38).

Pada tanggal 2 Juli 2003, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Sehari kemudian, Partai Keadilan (PK) bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), prosesi penggabungan dilakukan secara resmi pada hari Kamis 3 juli 2003 dihadapan notaris Tri Sulistiowarni, S.H. Dengan penggabungan ini, seluruh hak milik Partai Keadilan (PK) menjadi milik Partai Keadilan Sejahtera (PKS), termasuk anggota

dewan dan para kadernya. Dengan penggabungan ini maka PK (Partai Keadilan) resmi berubah nama menjadi PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

Dalam Pemilu 2004 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) perolehan suaranya meningkat menjadi 8.325.020 suara atau sekitar 7,34% dari total suara dan berhasil menempatkan 45 wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) masa bakti 2004-2009. Selanjutnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berhasil menempatkan presiden partainya menjadi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2004-2009. Setelah terpilih menjadi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), presiden Partai Keadilan Sejantera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengundurkan diri dari presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pada Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26 - 29 Mei 2005 di Jakarta, Tifatul Sembiring terpilih menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2005-2010 (http://www.pk-sejahtera.org/content/sejarah-ringkas pada 10 Oktober 2011).

Pada pemilu tahun 2009 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendapatkan 7,88% dan menepatkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berada pada urutan yang ke-4 perolehan suara nasional. Dalam pemilihan presiden dan wakil presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berkoalisi dengan pasangan calon Susilo Bambang Yudoyono dan Boediono. Selanjutnya setelah Susilo Bambang Yudhoyono terpilih

kembali sebagai Presiden Indonesia, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring dipercaya sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Maka estafet kepemimpinan berpindah keLuthfi Hasan Ishaq sebagai pejabat sementara Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kemudian pada sidang majelis syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) II pada 16 - 20 Juni 2010 di Jakarta, Luthfi Hasan Ishaq terpilih menjadi presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2010-2015 (http://www.pk-sejahtera.org/content/sejarah-ringkas pada 10 Oktober 2011).

b. Ideologi, Platform / Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan sebuah partai politik yang berasal dari gerakan dakwah tarbiyah (Burhanudin Muhtadi, pernyataan digenta demokrasi Metro tv pada 28 april 2011). Namun jika dilihat dari warna ideologi dan metode (manhaj) perjuangan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dipengaruhi oleh gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, yang mencita-citakan terwujudnya pemerintahan Islami dengan dasar Alquran dan As Sunah secara paripurna (Imanudin Rahmat, 2008).

Dengan cita-cita perjuangan mewujudkan pemerintahan Islam berdasar pada Al quran dan sunnah, maka partai ini mendeklarsikan dirinya menjadi partai dakwah (Wawancara dengan Agus purnomo,

anggota Fraksi PKS DPR RI pada tanggal 30 April 2011 di Yogyakarta). Menurut Agus Purnomo:

meskipun Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berideologi Islam, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lebih mengutamakan pada subtansi atau nilai-nilai ajaran Islam dalam mengelaborasikan ideologinya dari pada secara formal seperti halnya produk hukum yang berlabel syariah. (Wawancara dengan Agus Purnomo, anggota Fraksi PKS DPR RI pada tanggal 30 April 2011 di Yogyakarta).

c. Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terdiri dari (AD ART PKS tahun 2011):

1) Anggota Pendukung yang terdiri dari: a) Anggota Mula

b) Anggota Muda

2) Anggota Inti yangTerdiri Dari: a) Anggota Madya

b) Anggota Dewasa c) Anggota Ahli d) Anggota Purna

5. Diskripsi Tentang Partai Amanat Nasional (PAN)