• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKUSI A. Diagnosis

Dalam dokumen Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid (Halaman 27-35)

Skizofrenia adalah gangguan psikotik dan paling sering ditemukan. Hampir 1% penduduk didunia penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Gejala skizofrenia yang paling menonjol adalah waham dan halusinasi. Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtype berdasarkan variabel kliniknya yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia disorganisasi, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia yang tak tergolongkan, dan depresi pasca skizofrenia.1,2 Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:

a. 2 atau lebih gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami selama kurang lebih 1 bulan. Di antaranya:

Waham

Halusinasi

Inkohorensia

Tingkah laku katatonik

Gejala-gejala negative seperti emosi, dll.

 b. Untuk hasil yang lebih signifikan onset masalah tersebut, akan mengganggu fungsi level satu atau dua lebih area seperti pekerjaan, hubungan dengan relasi atau diri sendiri.

c. Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan

d. Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak sering.

e. Masalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.3

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksan status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid adalah tipe paling stabil dan  paling sering. Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia paranoid:

1. Halusinasi yang harus menonjol yaitu suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa  bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa.

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol. 2. Waham dapat berupa hamper setiap jenis, tetapi waham dikendalikan atau

“ passivity” dan keyakinan dikejar -kejar yang beraneka ragam, adalah yang  paling khas.

3. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak  bertindak sesuai dengan wahamnya.4

Dalam kasus ini ditemukan pasien termasuk waham dikendalikan (+), dan halusinasi auditorik (+), karena mengeluh sering mengamuk dan membongkar  barang-barang karena mendengar bisikan yang menyuruhnya. Bisikan tersebut  pasien yakini adalah suara iblis. Gejala paranoid juga terlihat pada pasien ini karena pasien merasa takut akan keramaian dan curiga dengan orang lain. Gejala ini sudah dirasakan berluang ulang sejak 11 tahun yang lalu.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood eutimia yaitu suasana  perasaan dalam rentang normal individu mempunyai penghayatan perasaan dengan irama hidupnya. Afek yang didapatkan adalah afek serasi yaitu menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.2

B. Ciri Kepribadian

Ciri gangguan kepribadian ada berbagai macam yaitu ciri gangguan kepribadian khas, skizoid, paranoid, dissosial, emosional tak stabil, histrionik, anankastik, cemas, dependen, dan campuran. Pada pasien ini mengarah ke ciri gangguan kepribadian paranoid. Ciri-ciri gangguan kepribadian ini adalah:

a. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan,

 b. Kecenderingan untuk tetap menyimpan dendam misalnya menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil,

c. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan  pengalaman dengan menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral atau  bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan,

d. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation),

e. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang kesetiaan seksul dari pasangannya,

f. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang  bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri,

g. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantive dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun pada umumnya.

Untuk menegakkan diagnosis gangguan kepribadian paranoid dibutuhkan  paling sedikit 3 kriteria diatas. Pada pasien ini didapatkan hanya 1 ciri gangguan

kepribadian cemas yaitu perasaan kecurigaan terhadap orang lain dan takut akan keramaian, sehingga hanya disebut ciri gangguan kepribadian paranoid (tidak menggunakan kode diagnostik).4

C. Rencana Terapi a. Psikofarmako

Skizofrenia diobati dengan golongan obat anti psikotik. Pada pasien ini diberikan obat anti psikotik golongan benzisoxazole yaitu risperidone 2mg 2x1. Risperidone merupakan golongan anti psikosi atipikal dengan mekanisme kerja adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di system limbic dan system ekstrapiramidal ( Dopamine D2 receptor antagonists) dan juga berafinitas terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonists), sehingga efektif untuk gejala negatif. Efek samping yang terjadi dapat berupa sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun), dan gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering, kesulitn miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama  jantung), gangguan ekstrapiramidal (dystonia akut, akathisia, sindrom Parkinson seperti tremor, brdikinesia, rigiditas), gangguan endokrin, hematologik biasanya pada pemakaian jangka panjang. Risperidone diberikan sebagai pilihan pengobatan pasien ini karena resiko terjadi efek samping dapat ditolerir.5

Pada pasien juga diberikan Trihexyphenidyl (THP) 2mg 2x1/2  yaitu golongan obat antiparkinson. THP digunakan untuk mengurangi kegoyahan dan gelisah yang dapat disebabkan oleh beberapa obat penenang. Selain itu  juga pasien diberikan merlopan 2mg 0-0-1 yang merupakan golongan anti ansietas. Merlopam (Lorazepam) merupakan golongan benzodiazepine, dengan mekanisme kerja yaitu dapat bereaksi dengan reseptor (benzodiazepine reseptors) akan meng-reinforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron” yang mengendalikan sistem limbik SSP yang terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, dan serotoninergic neurons, sehingga hiperaktivitas yang terjadi dapat mereda. Efek samping dari penggunaan obat ansietas adalah sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah), dan relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll). Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian sekitar 3 bulan dalam rentang dosis terapeutik. Pasien diberikan merlopam untuk mengatasi gangguan paranoidnya.5

b. Psikoterapi

1. Psikoterapi supporitf

Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.

Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga dapat membantu pasien dalam memahami penyakit dan cara mengatasinya

2. Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang  penyakit pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan

Dalam dokumen Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid (Halaman 27-35)

Dokumen terkait