• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI JAM/MINGGU

1 Menyusun Program Pengawasan V 4 2 Melaksanakan pembinaan guru V 4 3 Memantau pemenuhan SNP V 4 4 Melaksanakan penilaian kinerja guru V 4 5 Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan

V 6

6 Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru.

V 6

7 Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru

V 4

8 Mengevaluasi hasil pembimbingan dan hasil pelatihan profesional guru

V 5.5

JUMLAH JAM 37.5

Tabel 2

Contoh Pengaturan Distribusi Beban Kerja dengan 6 (enam) Sekolah Binaan

NO TUGAS POKOK

(Pengawas Muda)

Kunjungan Sekolah dan Alokasi Waktu Non Tatap Muka Jml TM A B C D E F (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) A. Penyusunan Program Bulan ke-... Minggu ke-... Menyusun dan mengembangkan program kepengawasan A. Pembinaan (Pengawasan

Manajerial dan Pengawasan Akademik) Bulan ke-1 Minggu ke-1 Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah: Penyusunan Program Sekolah/Rencana Pengembangan Sekolah/Penyusunan KTSP

Catatan: Jumlah yang dikunjungi minimal 2 sekolah per minggu

Sasaran Pengawasan/Supervisi

Sasaran pengawasan bagi pengawas sekolah dengan beban kerja 37,3 per minggu termasuk pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan bimbingan di sekolah, yang diuraikan sebagai berikut:

1) Pengawas Sekolah Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar paling sedikit 10 (sepuluh) satuan pendidikan dan/atau 60 (enampuluh) guru,

2) Pengawas Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan paling sedikit 7 (tujuh) satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh) guru mata pelajaran/kelompok mata pelajaran;

3) Pengawas Sekolah Luar Biasa paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh) guru.

4) Pengawas Bimbingan dan Konseling paling sedikit 40 (empat puluh) guru Bimbingan dan Konseling. Pada kondisi tertentu, pengawas bimbingan dan konseling dapat melakukan supervisi manajerial.

5) Untuk daerah khusus (daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana socsal, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain), beban kerja pengawas sekolah sebagaimana dimaksud paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan secara lintas jenis dan jenjang satuan pendidikan.

Tugas Pokok Pengawas/ Supervisor

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. Rincian tugas di atas sesuai dengan jabatan pengawas sekolah sebagai berikut. 1. Pengawas Sekolah Muda

1) menyusun program pengawasan 2) melaksanakan pembinaan guru

3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar penilaian

4) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan

5) menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/MGMP/MGP dan sejenisnya.

6) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru; dan, 7) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru 2. Pengawas Sekolah Madya

1) menyusun program pengawasan

2) melaksanakan pembinaan Guru dan / atau kepala sekolah

3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan

4) melaksanakan penilaian kinerja guru dan /kepala sekolah

5) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan

6) menyusun pprogram pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya. 7) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala

sekolah

8) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana sekolah, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sisitem informasi dan manajemen.

9) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah

3. Pengawas Sekolah Utama

1) menyusun program pengawasan

2) melaksanakan pembinaan Guru dan / atau kepala sekolah

3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan

4) melaksanakan penilaian kinerja guru dan /kepala sekolah

5) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan

6) mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan tingkat kabupaten/kota atau provinsi

7) menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya. 8) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala

sekolah

9) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana sekolah, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan manajemen.

10) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah

11) membimbing pengawas sekolah muda dalam melaksanakan tugas pokok, dan 12) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah

dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Sementara menurut buku panduan ’Kepengawasan Pendidikan’ yang diterbitkan Kementerian Agama RI (2005, hlm. 7-8), tugas pokok dan fungsi Pengawas/Supervisor Pendidikan Agama Islam (PAI):

Tugas Pokok

Sesuai dengan SK MENPAN No. 118/1996 Bab II pasal 3 ayat (1) tertulis bahwa: ”Tugas pokok pengawas (Supervisor) Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah menilai

dan membina teknis pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Umum,

baik negeri maupun swasta, yang menjadi tanggung jawabnya”. Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) ini termasuk di dalmnya penyelenggaraan pendidikan di Madrasah.

Adapun bidang pengawasan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah umum di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional meliputi TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB dan madrasah secara keseluruhan. Maka tugas pokok pengawasan/supervisi Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum dan madrasah mencakup menilai dan

membina pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Tugas pembinaan dan penilaian ini termasuk pengawasan/supervisi teknis pendidikan dan teknis administrasi, meliputi:

1. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengembangan agama Islam dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah.

2. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan tugas guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru di madrasah.

3. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tingkatan sekolah/madrasah yang menjadi tanggung jawabnya.

Fungsi

Fungsi pengawas/supervisor

1. Sebagai alat untuk mempermudah tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam(PAI) di sekolah umum.

2. Sebagai alat untuk memberikan bimbingan teknis edukatif dan administratif terhadap Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.

3. Sebagai sumber informasi tentang kondisi obyektif pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.

4. Sebagai penyeimbang antara rencana dan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah ditetapkan.

5. Sebagai mediator antara Guru Pendidikan Agama Islam dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran lain di sekolah umum.

6. Fungsi-fungsi di atas dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, negeri dan swasta

Ruang Lingkup Kepengawasan

Ruang lingkup kepengawasan meliputi kepengawasan akademik dan manajerial. Kepengawasan akademik dan manajerial tersebut tercakup dalam kegiatan;

1. Penyusunan program kepengawasan, 2. Pelaksanaan program pengawasan,

3. Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan,

4. Membimbing dan melatih profesional guru dan/ atau kepala sekolah.

Penyusunan program pengawasan difokuskan pada peningkatan pemenuhan standar nasional pendidikan. Pelaksanaan program pengawasan meliputi;

1. Melaksanakan pembinaan guru dan atau kepala sekolah, 2. Memantau delapan standar nasional pendidikan, dan

3. Melaksanakan penilaian kinerja guru dan/ atau kepala sekolah. Evaluasi hasil program pengawasan dimulai dari tingkat sekolah binaan dan tingkat kabupaten/kota dan tingkat propinsi untuk pengawas PLB.

Kepala Sekolah Sebagai Supervisor.

Kepala sekolah merupakan manajer sekaligus pemimpin di sebuah institusi sekolah. Sebagai menajer dari sebuah sekolah tentunya kepala sekolah harus akrab dan terbiasa dengan persoalan yang berkaitan dangan fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating) dan evaluasi (evaluating). Sementara sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi individu-individu sekolah yang berada dalam koordinasinya untuk mencapai visi-misi dan tujuan yang telah dirumuskan dalam ketiga fungsi manajemen seperti yang telah disinggung di atas.

Sesuai dengan konteks tulisan bab dua ini, kajian akan difokuskan pada ketiga fungsi manajemen tersebut berkaitan dengan kompetensi supervisi kepala sekolah. Kepala sekolah yang sudah terbiasa dengan ketiga fungsi manajemen tersebut juga akan memahami bahwa dalam melakukan aktivitas supervisi kepala sekolah harus menyertakan perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating) dan evaluasi (evaluating). Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam melakukan aktivitas supervisinya tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasiolal (PEREMENDIKNAS) nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 April 2007 yang menjadi dasar /konsep aktivitas supervisi kepala sekolah (Aqib, 2008, hlm. 32). Berikut kompetensi supervisi kepala sekolah tersebut:

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3. Menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru

Khusus dalam bidang pembinaan kurikulum, tugas kepala sekolah sebagai supervisor sangat penting karena justru bidang ini adalah faktor yang strategis untuk menentukan keberhasilan suatu sekolah. Oleh karena itu, pembinaan kurikulum harus diupayakan agar tidak tertinggal zaman serta memenuhi tuntutan masyarakat. Wakil kepala sekolah atau guru yang ditegaskan sebagai koordinator bidang kurikulum sekolah harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang memadai di bawah pengawasan kepala sekolah. Dalam hal ini menurut Subroto (1976, hlm. 50) ada beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan: a) membimbing guru dalam memilih metode mengajar yang tepat, b) membimbing dan mengarahkan guru dalam pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan masyarakat, c) mengadakan kunjungan kelas yang teratur, untuk observasi pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru, d) Pada awal tahun pelajaran baru, mengarahkan penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, e) Menyelenggarakan rapat rutin untuk membahas kurikulum pelaksanaannya di sekolah. f) Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penilaian bersama-sama terhadap program sekolah.

Ada banyak teknik supervisi yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan personil sekolah, yaitu:

1. kujungan kelas, 2. observasi kelas,

3. usaha serta kegiatan murid dan guru dalam proses belajar mengajar, 4. arah menggunakan media pengajaran agar tujuan pelajaran dapat tercapai,

5. cara mengorganisir kegiatan belajar mengajar dan faktor penunjang lainnya, e) percakapan pribadi,

6. saling mengunjungi kelas, 7. menilai diri sendiri,

8. diskusi kelompok.

Dalam suatu sekolah disediakan ruangan khusus untuk perpustakaan jabatan tersendiri yang berisi buku-buku, majalah, brosur dan bahan lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai suatu bidang studi. Adanya perpustakaan ini akan sangat memerlukan pengetahuan dan pengalaman guru sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang dalam profesi mengajar.

Pelaksanaan supervisi merupakan tugas kepala sekolah untuk melakukan pengawasan terhadap guru-guru dan pengawai sekolahnya. Kegiatan supervisi ini beraneka ragam, mulai dari meneliti gedung sekolah hingga mengrekrut tenaga pendidikan yang professional dan berusaha untuk mempertinggi semangat bekerja diantarra bawahanya. Semua itu berfungsi untuk meningkatkan perkembangan sekolah yang dipimpinnya.

Dengan demikian peranan kepala sekolah dalam kegiatan supervisi sangatlah banyak. Karena itu, sebaiknya pelaksanaan semua kegiatan supervisi kepala sekolah bekerjasama dengan bawahannya sehingga seluruh kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dan berjalan dengan lanccar.

Beberapa prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan supervisi menurut Purwanto (1999, hlm. 66), yaitu:

1. supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif sehingga menimbulkan dorongan semangat bekerja bagi para pegawai yang dinilai,

2. supervisi hendaknya bersifat sederhana, realistis dan informal dalam pelaksanaannya,

3. supervisi harus bersifat oobjektif, tidak mencari-cari kesalahan, tidak bersifat otoriter dan meningkatkan hubungan professional, bukannya berdasarkan hubungan pribadi atau kekuasaan, kedudukan dan pangkat pribadi.

4. Supervisi bersifat preventif, yaitu mencegah timbulnya hal-hal yang berakibat buruk.

5. supervisi bersifat korektif, yaitu memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang ada dan berusaha memperbaikinya secara bersama-sama.

6. Supervisi harus memperhatikan kemampuan para anggota organisasi sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Apabila hal-hal tersebut di atas dapat diperhatikan dan benar-benar dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka dapat diharapkan setiap sekolah akan berangsur-angsur maju dan berkembang menuju tercapai nya tujuan pendidikan. Namun demikian, tujuan yang diharapkan tersebut tidak akan tercapai bila tidak didukung oleh faktor kecakapan dan kemampuan kepala sekolah sendiri dalam melakukan tugas supervisi, lingkungan masyarakat sekitar sekolah, kecakapan para pegawai yang ada, kemampuan guru dalam memberikan pelajaran dan sebagainya.

Untuk menjalankan semua kegiatan di atas, seorang kepala sekolah harus memiliki jiwa kepemimpinan yang demokratis mengenal keadaan guru dan pegawai lainnya, membangkitkan semangat mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya, memberikan kesempatan yang luas kepada mereka untuk mengembangkan karirnya, dan menciptakan rasa kekeluargaan di antara mereka.

Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dilihat dari segi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses interaksi antara guru (Pendidik) dengan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ditentukan. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk triangle, yang jika hilang salah satunya, maka hilang pulalah hakikat pendidikan. Namun demikian, dalam situasi tertentu tugas guru bisa diwakilkan atau dibantu oleh unsur lain seperti media teknologi, namun tidak dapat

digantikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional, karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional

Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi secara bahasa berasal dari kata kompeten yang memiliki arti wewenang,

cakap, berkuasa untuk memutuskan atau menentukan sesuatu hal (Nirmala dan Pratama 2003, hlm. 222). Menurut Yasyin (1997, hlm. 381) mendefinisikan bahwa kompetensi adalah pekerjaan yang benar-benar dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kemampuan

dan keterampilan yang dimilikinya. Pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh Yasyin tersebut menyebutkan kemampuan dan keterampilan (skill). Yang pertama berkenaan dengan aspek kemampuan yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan tersebut menjadi dasar atau landasan seseorang untuk melakukan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan ini kemudian yang lazim dikenal dengan kompetensi. Yang kedua berkenaan dengan aspek keterampilan (skill).

Kompetensi juga diartikan sebagai prilaku, sebagaimana dikemukakan oleh Mc. Load seperti dikutip oleh Usman (2000, hlm. 14) yaitu perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Pengertian yang dikemukakan oleh Load ini memberikan pemahaman bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah tindakan yang alami dan manusiawi, dan bukan perilaku atau tindakan yang supranatural atau magis. Kondisi manusiawi ini dipertegas dengan kata ‘yang rasional’ yang mengindikasikan bahwa perilaku yang dimaksud adalah perilaku alami dan manusiawi.

Al-Qur’an memperkenalkan istilah kompetensi ini dengan beberapa istilah yaitu, ‘alim, faqiih, ulul albab dan khabir. Kesemua istilah tersebut mengacu kepada pelaku dari karakter masing-masing istilah ‘alim, faqiih, ulul albab dan khabir.

Pertama, ‘alim’. Kata ‘alim terambil dari akar kata ‘ilm yang menurut pakar bahasa berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Bahasa Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf-huruf ‘ain, lam, mim dalam berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. Misalnya kata ‘alamat yang berarti tanda yang jelas bagi sesuatu atau jalan yang mengantar seseorang menuju tujuan yang pasti. ‘Ilmu demikian juga halnya, kata ini diartikan sebagai suatu pengenalan yang sangat jelas terhadap objek.6 Allah swt, dinamai ‘Aliim karena pengetahuan- Nya yang amat jelas sehingga terungkap bagi-Nya hal-hal yang sekecil apapun. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang ‘ilmu dalam berbagai bentuknya yang terulang sebanyak 854 kali (bersama kata lain yang semakna).7 Sementara istilah ‘alim’ dalam Al- Qur’an ditemukan sebanyak 166 kali. Dari sekian banyak kata ‘Alim yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut banyak yang merujuk kepada Allah swt, sebagaimana banyak juga yang menunjuk-Nya dengan menggunakan redaksi A’lam (lebih mengetahui). Banyaknya ayat serta beraneka ragamnya bentuk yang digunakan itu, menunjukkan betapa luas dan banyak ilmu Allah swt, demikian uraian Shihab (2006, hlm. 117-118). Berikut sejumlah ayat yang memuat kata ‘ilm dan ‘Aliim:

اامهلجع ٍءهلاش َلمك لابار اعجساو

Artinya: ....Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu...Q.S. Al-An’aam (6): 80.

Ayat ke 80 dalam surah Al-An’aam tersebut menyatakan tentang ilmu Allah yang meliputi seluruh yang wujud.

6 Karim Al-Bustaani, Al- Munjid fii al-Lughah wa al- A’laam, Maktabah Syarqiyyah, Beirut, Libanon, 1987, hlm. 256-257. Lihat juga ‘Ali bin Muhammad Al-Jarjani, Ta’riifaat, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, 1988, hlm. 155-156.

7 M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an, Kisah dan Hikmah Kehidupan, Penerbit Mizan, 2008, hlm. 295. Lihat juga M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam

َلجإ ٍةاقاراو هنجم مطمقهسات ااماو جرهحابهلااو اراْبهلا لجف اام ممالهعاْياو اومه َلجإ ااهممالهعاْي ال جبهياغهلا منجتاافام مهادهنجعاو

ٍنيجبمم ٍبااتجك لجف َلجإ ٍسجبااي الاو ٍبهطار الاو جضهراهلا جتاامملمظ لجف ٍةَباح الاو ااهممالهعاْي

)

59 )

Artinya: dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" Q.S. Al-An’aam (6): 59.

Ayat ke 59 dalam surah Al-An’aam tersebut menyatakan tentang ilmu Allah yang meliputi hal-hal yang ghaib, mengetahui apa yang di darat dan laut, gugurnya daun, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.

اكجلاذ َنجإ ااهاأارهْباْن هناأ جلهباْق هنجم ٍبااتجك لجف َلجإ هممكجسمفهْناأ لجف الاو جضهراهلا لجف ٍةابيجصمم هنجم ابااصاأ اام

ٌريجساي جهَللا ىالاع

)

22 )

Artinya: tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Q.S. Al-Hadiid (57): 22.

Ayat ke 22 dalam surah Al-Hadiid tersebut mengungkapkan tentang apapun yang terjadi, telah diketahui-Nya sebelum terjadinya.

ٍميجلاع ٍم المغجب مهومرَشاباو هفاخات ال اوملااق اةافيجخ هممههْنجم اساجهواأاف

)

28

(

Artinya: (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Q.S. Adz-Dzariyaat (51): 28.

Ayat ke 28 dalam surah Adz-Dzariyaat tersebut mengungkapkan bahwa manusia tentu saja dapat meraih ilmu berkat bantuan Allah, bahkan istilah ‘aliim pun dibenarkan al-Qur’an untuk disandang manusia, demikian menurut Shihab (2006, hlm. 119).

Dari paparan ayat Al-Qur’an yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan hal atau pekerjaan apapun, orang harus memiliki ilmu. Dengan ilmu yang dimiliki, sesuatu pekerjaan yang akan dikerjakan terlihat jelas bagaimana serta apa tujuannya sehingga akan efektif dan efisien. Dan Allah yang memiliki sifat ‘Aliim, patut diteladani oleh seorang muslim dalam berilmu. Manusia hendaknya terus menerus berupaya menambah ilmunya. Rasul saw, setelah diperintahkan pada wahyu pertama untuk membaca dan diperintahkan juga untuk berdo’a. “(Bermohonlah wahai Muhammad) ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (Q.S. Thoha [20]: 114.

Kedua, faqiih yang berarti orang yang kuat (kompeten) pemahamannya, pakar dan cerdas. Kata faqiih terambil dari akar kata ‘fiqh. Berikut derivasi (perubahan bentuk) kata fiqh dan maknanya. 1) Faqaha-yafquhu-faqhan yang berarti seseorang mengungguli lawannya dalam pengetahuan seperti dalam kalimat yafquhu ar-Rajula. 2)

Faqiha-yafqahu-faqahan yang berarti dia mengetahui dan (dalam kondisi) mendalami dalam kalimat ‘alima wa kaana faqiihan. 3) Faquha-yafquhu-faqaahatan yang memiliki pengertian yang sama dengan nomor dua. 4) Faqqaha-yufaqqihu yang berarti mengajari dan memberikannya pemahaman. 5) Tafaqqaha ar-Rajulu yang memiliki pengertian mempelajari fiqih dan saling berdiskusi mengenainya.8

Berkaitan dengan pengertian secara etimologi/bahasa ini, kata fiqih ditemukan dalam Al-Qur’an pada ayat-ayat berikut ini:

8 Karim Al-Bustaani, Al- Munjid fii al-Lughah wa al- A’laam, Maktabah Syarqiyyah, Beirut, Libanon, 1987, hlm. 591. Lihat juga ‘Ali bin Muhammad Al-Jarjani, Ta’riifaat, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, 1988, hlm. 168.

Pertama

لجنااسجل هنجم اةادهقمع هلملهحااو

)

27

(

لجلهواْق اومهاقهفاْي

)

28 )

Artinya: dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, Q.S. Thoha (20): 27-28.

Ayat 27-28 dari surah Thoha tersebut menurut para pakar tafsir seperti Jalalain mengartikan yafqahuu dengan yafhamuu (memahami). Thabari, ketika sampai pada

kalimat يـل قووق اولهوققفوي menafsirkan kata yafqahuu dengan mereka memahamiku mengenai apa yang aku khutbahkan dan aku tujukan kepada mereka berupa perkataan. Demikian pula Qurthubi ketika sampa pada kalimat ي ـل قووق او لهوققفوي , menafsirkan dengan mereka melakukan apa yang aku katakan kepada mereka serta memahami.9

Kedua

ٌطي جحمم انوملامهعاْت اامجب لابار َنجإ اايجرههجظ هممكاءااراو مهومممتهذاخَتااو جهَللا انجم هممكهيالاع َزاعاأ لجطههاراأ جمهواْق ااي الااق

91. mereka berkata: "Hai Syu'aib, Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan Sesungguhnya Kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah Kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami." Q. S. Hud (11): 91.

Ayat 91 dari surah Hud tersebut menurut para pakar tafsir seperti Baghawi mengartikan ه قفن ا م maa nahqahu dengan م هفن ا مmaa nafhamu, kami (kaum Nabi Syu’aib) tidak memahami banyak hal dari apa yang engkau (Syu’aib) katakan. Thabari, ketika sampai pada kalimatهقفن ام , menafsirkan kata dengan kami (kaun Syu’aib) tidak mengetahui hakikat dari sesuatu yang engkau (Syu’aib) katakan dan khabarkan. Demikian pula Qurthubi ketika sampa pada kalimat هقفن ام maa nahqahu, menafsirkan dengan kami (kaum Nabi Syu’aib) tidak memahami; karena sesungguhnya engkau (Syu’aib) membawa kami kepada persoalan ghaib berupa hari kebangkitan, dan

9 Al-Qur’an beserta tafsir, Tafsir Jalalain, Thabari, dan Qurthubi (Versi offline, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

menasehati kami (kaum Nabi Syu’aib) dengan sesuatu yang kau (Syu’aib) janjikan dan belum pernah ada sebelumnya.10

Ketiga

جنيادلا لجف اومهَقافاْتايجل ٌةافجئااط هممههْنجم ٍةاقهرجف المك هنجم ارافاْن الهوالاْف اةَفااك اومرجفهناْيجل انومنجمهؤممهلا انااك ااماو

انومراذهحاي هممهَلاعال همجههيالجإ اومعاجار ااذجإ هممهامهواْق اومرجذهنمْيجلاو

)

122 )

Artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang

Dokumen terkait