• Tidak ada hasil yang ditemukan

diterapkan pada bidang lainnya Dalam penelitian ini entropy digunakan sebagai metode pembobotan.

Menurut Pomerol (1990) konsep utama dari penggunaan entropy sebagai metode pembobotan adalah pengukuran suatu kriteria j melalui suatu fungsi tertentu sesuai dengan kuantitas informasi yang diberikan. Penilaian bobot kriteria j dilakukan melalui pengukuran dispersi aj. Dalam hal ini kriteria yang terpenting

adalah kriteria yang paling kuat dalam mendeskriminasikan setiap nilai pada aksi- aksi aj tersebut.

2.9 Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP dikembangkan oleh Prof. Thomas L. Saaty, seorang Guru Besar Matematika dari University of Pittsburgh pada tahun 1970. Metoda ini merupakan alat bantu sistem pendukung keputusan yang dinilai luas untuk penyelesaian problem keputusan multikriteria. Metode ini mensintesis perbandingan ‘judgement’ pengambil keputusan yang berpasangan pada setiap level hirarki keputusan yang berpasangan pada setiap level hirarki keputusan. Caranya dengan menetapkan bobot prioritas relatif setiap elemen keputusan, dimana bobot ini merepresentasikan intensitas preferensi atas suatu keputusan (Saaty, 1993).

2.9.1 Prinsip Pokok Analytical Hierarchy Process (AHP)

Prinsip pokok AHP adalah prinsip berpikir analitis. Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok, yaitu :

1. Penyusunan Hirarki

Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk mendefinisikan masalah yang kompleks ke dalam sub sistem, elemen, sub elemen dan seterusnya sehingga menjadi lebih jelas dan detail. Hirarki keputusan disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian (expert) dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan.

2. Penentuan Prioritas

Prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobot atau kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang

kepentingan terhadap keputusan tersebut, baik secara langsung (diskusi, wawancara) maupun tidak langsung (kuesioner).

3. Konsistensi Logis

Konsistensi jawaban responden dalam menentukan prioritas elemen merupakan prinsip pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengambilan keputusan. Menurut Saaty, hasil penilaian yang dapat diterima adalah yang mempunyai rasio konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10%. Jika lebih besar dari itu berarti penilaian yang telah dilakukan ada yang random dengan demikian perlu diperbaiki.

2.9.2 Keunggulan dan Kelemahan Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP sangat berguna dalam masalah-masalah kompleks yang tidak terstruktur, tidak memiliki data tertulis yang cukup, seperti permasalahan : penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemecahan konflik, pemilihan kebijakan, pengalokasian sumber, penentuan kebutuhan dan juga pengukuran performansi. Menurut Ciptomulyono (2001) kelebihan AHP, antara lain :

1. Mampu membahas permasalahan kompleks dan tak terstruktur secara detail. 2. Memadukan intuisi, pikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis

pengambilan keputusan.

3. Memiliki kemampuan melakukan sintesa pemikiran berbagai sudut pandang responden.

4. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam memperbandingkan faktor-faktor untuk memvalidasi keputusan.

5. Kemudahan dalam pengukuran elemennya.

6. Memungkinkan untuk melakukan perencanaan ke depan (forward) atau sebaliknya, menjabarkan masa depan yang ingin dicapai ke masa kini (backward).

Selain keunggulan, AHP juga mempunyai kelemahan, yaitu :

1. Dalam penerapannya, harus melibatkan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang permasalahan dan tentang metode AHP itu sendiri.

2. Untuk melakukan perbaikan keputusan walaupun kecil maka harus dimulai lagi dari tahap awal dan memakan waktu yang relatif lama.

3. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam atau ekstrim di kalangan responden. Penyatuan pandangan, misalnya dengan metode Delhi dapat dilakukan sebelum AHP.

2.10 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang mengenai kualitas susu dan pengembangan sistem pakar dan jaringan syaraf tiruan adalah sebagai berikut :

Erwina (1987), mengidentifikasi faktor dan parameter dalam pengendalian mutu pada industri susu segar di tingkat peternak, koperasi dan industri pengolahan susu (IPS), serta mengaplikasikan teknik pengendalian mutu dalam penentuan standar dan analisis biaya dan margin tata niaga. Parameter utama yang digunakan adalah mutu kadar lemak dan non lemak.

Permadi (1995), mengembangkan perangkat lunak untuk kegiatan pengendalian mutu minuman ringan yang diberi nama Quality Information System

(QIS). Sistem ini pada dasarnya merupakan penyimpanan dan pengolahan data yang disimpan secara elektronik. Informasi yang disajikan bisa dalam bentuk angka maupun grafis. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sistem ini adalah mudah dioperasikan dan menarik. Pengembangan sistem ini dilakukan dengan teknik perancangan secara terstruktur. Alat perancangan yang dipakai dalam rancang bangun sistem yaitu Hirarchy Chart, Diagram Arus Data, Diagram Alir, Diagram Warnier-Orr dan Kamus Elemen data. Rancangan sistem ini terdiri atas enam subsistem bahan baku, proses, pemeriksaan alat, mikrobiologi, produk jadi dan eksternal serta terbagi dalam 20 modul.

Ratnawati (1996), merancang suatu sistem pakar yang dapat digunakan dalam menentukan status keamanan pangan masa sekarang, jangka pendek dan jangka panjang suatu Rumah Tangga pedesaan berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Taylor dan Philips 1992.

Hartimin (1997), merancang model sistem ahli untuk mutu CPO dan kehilangan minyak selama proses pengolahan dengan teknik sistem berbasis pengetahuan. Model ini dirancang dalam bentuk perangkat lunak (software)

komputer dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 4.0. Model EXSPalm 1 memuat fasilitas penjelasan, fasilitas konsultasi dan fasilitas input nilai.

Nando (2001), menganalisis parameter mutu susu pasteurisasi dan membuat analisis statistika pengendalian mutu terhadap beberapa parameter mutu susu pasteurisasi. Data yang dikumpulkan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mutu susu pasteurisasi, kadar bahan kering, jumlah mikroba dan koliform. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu susu pasteurisasi secara umum dipengaruhi oleh faktor bahan baku, metode, mesin atau peralatan, pemeriksaan atau pengawasan dan manajemen.

Budiarti (2002), melakukan pengkajian yang ditujukan untuk melihat persepsi dan ekspektasi konsumen serta bobot kepentingan dimensi kualitas produk susu pasteurisasi produksi Koperasi Dau Malang. Pada dasarnya penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan efektifitas dengan menggunakan Total Quality Management (TQM) yang berdampak pada peningkatan kualitas produk sesuai dengan keinginan konsumen. Hal ini secara simultan akan meningkatkan penjualan dan pendapatan bagi Koperasi Dau Malang. Informasi mengenai jenis dimensi kualitas produk yang direkomendasikan untuk ditingkatkan dilakukan dengan perhitungan zero one integer programming.

Perbandingan penelitian mengenai kualitas dan sistem intelijen yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan Beberapa Penelitian Mengenai Kualitas dan Sistem Intelijen yang telah Dilakukan serta Penelitian yang akan Dilakukan Saat ini

Penelitian kualitas tanpa menggunakan

tool Sistem Intelijen

Penelitian yang menggunakan tool

Sistem Intelijen Penelitian yang akan dilakukan saat ini

Beberapa Penelitian mengenai kualitas yang telah dilakukan lebih banyak menggunakan pendekatan statistik dan dijelaskan bagian per bagian

Kelebihan :

• Mencegah penyimpangan dalam proses, sebelum terjadi hal-hal yang serius, sehingga akan diperoleh kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan dengan spesifikasinya.

• Mengurangi biaya pemeriksaan, karena statistika pengendalian mutu dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan contoh.

Kelemahan :

• Analisis kegagalan mutu belum dapat dilakukan secara menyeluruh masih terbatas pada analisis dan evaluasi pada bagian produksi.

• SQC baru dapat memberikan gambaran penyebab kegagalan mutu. sedangkan keberhasilan kualitas yang dilakukan tergantung dari kemampuan personil yang melakukan analisis.

Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, terlihat bahwa aplikasi sistem Intelijen dalam beberapa permasalahan sudah cukup banyak akan tetapi yang menyangkut penilaian kualitas masih jarang dilakukan. Analisis mengenai kelebihan dan kekurangan dari penelitian yang ada, sebagai berikut :

Kelebihan :

• Permasalahan dapat diselesaikan sebagaimana layaknya seorang pakar mengerjakannya walaupun pelakunya bukan seorang pakar

• Melakukan penyederhanaan proses pekerjaan

• Solusi lebih konsisten

Kelemahan :

• Sistem tidak dapat menangani pengetahuan yang tidak konsisten, sedangkan kinerja manusia berubah-ubah hanya sedikit yang tetap sepanjang waktu.

• Tidak dapat menerapkan penilaian dan intuisi yang kita kenal sebagai unsur yang penting dalam pemecahan masalah.

Penelitian yang akan dilakukan :

Merancang model penilaian dan prediksi kualitas susu pasteurisasi, kemudian mengaplikasikan model tersebut dalam bentuk rancangan integrasi sistem pakar dan jaringan syaraf tiruan (JST). Integrasi sistem pakar dan JST ini diharapkan memiliki kemampuan kombinasi untuk menyediakan konsultasi pakar dan meningkatkan pengalaman itu sendiri dari waktu ke waktu berdasarkan proses belajar.

Dasar Pemikiran :

Kualitas merupakan permasalahan yang cukup kompleks karena banyaknya faktor-faktor yang terlibat dan mempengaruhi kualitas seperti faktor bahan baku, metode, mesin atau peralatan, pemeriksaan dan manajemen. Disebabkan oleh kompleksitas sistem, maka pencarian hubungan tidak akan mungkin tercapai hanya dengan bantuan pemikiran pakar. Keadaan ini mengarah pada pendekatan dengan menambahkan suatu sistem pemikiran lunak yang berorientasi pada proses belajar. jaringan syaraf tiruan sebagai salah satu metode untuk melakukan prediksi memiliki kelebihan pada kemampuannya untuk belajar.

BAB 3

Dokumen terkait