• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan dan Klasifikasi Pelabuhan

2.1.1 Ditinjau dari Segi Penggunaannya

Jika dilihat dari segi penggunaannya, pelabuhan dapat dibagi menjadi 6 yaitu :

a. Pelabuhan Ikan

Umumnya pelabuhan ini tidak memerlukan kedalaman air yang besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar. Di Indonesia jenis kapal yang digunakan untuk menangkap ikan masih tergolong tradisional dan sederhana, seperti jukung hingga kapal motor. Jukung adalah perahu yang dibuat dari kayu dengan lebar sekitar 1m dan panjang 6-7m, perahu ini dapat menggunakan layar atau motor tempel dan bisa langsung mendarat di pantai. Kapal yang lebih besar terbuat dari papan atau fiberglass dengan lebar 2,0-2,5 m dan panjang 8-12m, kapal Ex-Trawl mempunyai lebar 4,0-5,5m dan panjang 16-19m yang juga digerakkan dengan motor.

Pelabuhan ini harus dilengkapi dengan pasar lelang, pabrik/gudang es, persediaan bahan bakar, dan juga tempat untuk perawatan alat-alat penangkap ikan. Pemecah gelombang dibuat dari tumpukan batu dengan lapis pelindung dari

tetrapod. Pemecah gelombang berfungsi untuk melindungi mulut pelabuhan (bukan perariran pelabuhan).

b. Pelabuhan Minyak

Demi keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat jembatan perancah atau tambatan yang dibuat menjorok ke laut untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-pompa.

Pipa-pipa penyalur diletakkan dibawah jembatan agar lalu lintas di atas jembatan tidak terganggu. Tetapi pada tempat-tempat di dekat kapal yang merapat, pipa-pipa dinaikkan ke atas jembatan guna memudahkan penyambungan pipa-pipa. Biasanya di jembatan tersebut juga ditempatkan pipa uap untuk membersihkan tangki kapal dan pipa air untuk suplai air tawar. Karena jembatan tidak panjang maka ujung kapal harus diadakan penambatan dengan bolder atau pelampung pengikat agar kapal tidak bergerak.

Gambar 2.1 Pelabuhan Minyak (Sumber: Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 1996)

Perkembangan ukuran kapal tangker yang cukup pesat mempunyai konsekuensi draft kapal melampaui kedalaman air pelabuhan sehingga kapal tidak bisa berlabuh. sehingga kapal tangker membuat sauh di laut dalam dan mengeluarkan minyak dengan menggunakan pipa bawah laut, atau memindahkan minyak ke kapal yang lebih kecil dan mengangkutnya ke pelabuhan.

c. Pelabuhan Barang

Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk dibongkar muat barang. Kondisi perairan pada pelabuhan bongkar muat harus cukup tenang agar memudahkan bongkar muat barang. Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh pemerintah sebagai pelabuhan niaga atau perusahaan swasta untuk keperluan transpor hasil produksi seperti baja, aluminium, pupuk, batu bara, minyak. (Triatmodjo, 2003)

Pada dasarnya pelabuhan barang harus mempunyai perlengkapan-perlengkapan berikut ini: (1) Dermaga harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal, ±80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan dibongkar muat melalui bagian muka, belakang dan ditengah kapal; (2) mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan kemudian diangkat dengan kran masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan dengan kran dan barang diletakkan di atas dermaga yang kemudian diangkat ke gudang; (3) mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga; (4) tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan/pemasukan barang dari ke gudang serta mempunyai fasilitas untuk reparasi.

Sebelum barang dimuat dalam kapal atau setelah diturunkan dari kapal maka barang muatan tersebut ditempatkan pada halaman dermaga. Bentuk halaman dermaga tergantung pada jenis muatan yang bisa berupa: (1) barang-barang potongan (general cargo) yaitu barang-barang yang dikirim dalam bentuk satuan; (2) buatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti batu bara, biji-bijian, minyak, dan sebagainya; (3) Peti kemas (container), yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi sebagai pembungkus brang-barang yang

dikirim. Karena ukurannya teratur dan sama maka penempatannya akan lebih dapat diatur dan pengangkutannyapun dapat dilakukan dengan alat tersendiri yang lebih efisien. Ukuran peti kemas dibedakan dalam 6 macam yaitu: 8x8x5ft3 berat maks 5 ton; 8x8x7ft3 berat maks 7 ton; 8x8x10ft3 10 ton; 8x8x20ft3 20 ton;

8x8x25ft3 berat maks 25 ton; 8x8x40ft3 berat maks 40 ton.

Gambar 2.2 Pelabuhan Barang Potongan (general cargo) (Sumber: Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 1996)

Gambar 2.4 Pelabuhan Barang Curah (Sumber: Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 1996)

d. Pelabuhan penumpang

Pelabuhan penumpang tidak berbeda jauh dengan pelabuhan barang. Pelabuhan barang pada belakang dermaga terdapat gudang-gudang, sedangkan untuk pelabuhan penumpang dibangun stasiun penumpang yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang berpergian, seperti kantor migrasi, kemanan, direksi pelabuhan, serta maskapai pelayaran. Barang-barang yang perlu dibongkar muat tidak begitu banyak, sehingga gudang Barang-barang tidak perlu besar. Sebaiknya jalan masuk/keluarnya penumpang dan barang harus dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedangkan barang-barang melalui dermaga.

e. Pelabuhan campuran

Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk penumpang dan barang, sedang untuk keperluan minyak dan ikan biasanya tetap terpisah. Tetapi bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf perkembangan, keperluan untuk bongkar muat minyak juga menggunakan dermaga atau jembatan. Pada dermaga dan jembatan juga diletakkan pipa-pipa untuk mengalirkan minyak.

f. Pelabuhan militer

Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup terpisah. Konstruksi tambatan dan dermaga hampir sama dengan pelabuhan barang, hanya saja situasi dan perlengkapannya yang berbeda. Pada pelabuhan militer bangunan-bangunan pelabuhan harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan.

2.1.2 Ditinjau Menurut Letak Geografis

Menurut letak geografisnya, pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu (1) pelabuhan alam; (2) semi alam; (3) atau buatan. Berikut penjelasan macam pelabuhan menurut letak geografisnya:

a. Pelabuhan alam

Merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan gelombang secara alam, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk, estuari dan muara sungai. Didaerah ini pengaruh gelombang sangat kecil. Pelabuhan Cilacap yang terletak di selat antara selat daratan Cilacap dan Pulau Nusakambangan merupakan contoh pelabuhan alam yang daerah perairannya terlindung dari pengaruh gelombang yaitu oleh Pulau Nusakambangan. Contoh pelabuhan alam lainnya adalah pelabuhan Palembang, Belawan, Pontianak, New York, San Fransisco, serta London yang terletak di muara sungai (estuari).

Estuari merupakan bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada waktu pasang air laut masuk ke hulu sungai. Saat pasang tersebut air sungai dari hulu terhalang dan tidak bisa langsung dibuang ke laut. Dengan demikian di estuari terjadi penampungan air dalam jumlah sangat besar. Pada waktu surut, air tersebut akan keluar ke laut. Karena volume air yang dikeluarkan sangat besar maka kecepatan aliran cukup besar yang dapat mengerosi endapan di dasar sungai. Lama periode air pasang dan surut tergantung pada tipe pasang surut. Untuk pasang surut tipe diurne periode air pasang dan surut adalah sekitar 12 jam. Sedangkan tipe semi diuerne periode adalah 6 jam. Karena adanya pasang surut tersebut maka kedalaman air di estuari cukup besar, pada waktu pasang

maupun surut, sehingga memungkinkan kapal-kapal untuk masuk ke daerah perairan tersebut. Di estuari ini tidak dipengaruhi oleh gelombang, tetapi pengaruh arus dan sedimentasi cukup besar.

b. Pelabuhan buatan

Pelabuhan buatan merupakan suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang

(breakwater). Pemecah gelombang ini membuat daerah perairan tertutup dari laut dan hanya dihubungkan oleh suatu celah (mulut pelabuhan) untuk keluar masuknya kapal. Di dalam daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat. Bangunan ini dibuat mulai dari pantai dan menjorok ke laut sehingga gelombang yang menjalar ke pantai terhalang oleh bangunan tersebut, seperti pelabuhan

Tanjung Emas & Tanjung Priok.

Gambar 2.5 Pelabuhan Buatan

(Sumber: Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 1996)

c. Pelabuhan semi alam

Merupakan campuran dari kedua tipe di atas. Misalnya suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada alur masuk. Misalnya pada pelabuhan Bengkulu, pada pelabuhan ini memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk kolam pelabuhan. Pengerukan dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran sebagai jalan keluar/masuk kapal. Contoh lainnya adalah muara sungai yang kedua sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty

berfungsi untuk menahan masuknya transpor pasir sepanjang pantai ke muara sungai, yang dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan.

2.1.3 Ditinjau dari Fungsinya dalam Perdagangan Nasional dan Internasional Jika dilihat dari fungsi dalam perdagangan nasional dan internasional, pelabuhan ada 2 macam yaitu:

a. Pelabuhan laut

Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya pelabuhan besar dan ramai dikunjungi oleh kapal-kapal samudra.

b. Pelabuhan pantai

Pelabuhan pantai ialah pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk ke pelabuhan ini dengan meminta ijin terlebih dulu.

2.1.4 Ditinjau dari Segi Penyelenggaraannya

Pelabuhan jika ditinjau dari penyelenggaraannya dibagi menjadi 2, yaitu: a. Pelabuhan umum

Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum. Penyelenggaran pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut. Di Indonesia dibentuk empat badan usaha milik negara yang diberi wewenang mengelola pelabuhan umum diusahakan. Ke empat badan usaha tersebut adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I berkedudukan di Medan, Pelabuhan Indonesia II berkedudukan di Jakarta, Pelabuhan Indonesia III berkedudukan di Surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV berkedudukan di Ujung Pandang.

b. Pelabuhan khusus

Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk

kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin pemerintah. Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah maupun swasta, yang berfungsi untuk prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut. Sebagai contoh adalah Pelabuhan LNG Arun di Aceh yang digunakan untuk mengirimkan hasil produksi gas alam cair ke daerah atau negara lain. Pelabuhan Pabrik Aluminium Asahan di Kuala Tanjung Sumatra Utara digunakan untuk melayani import bahan baku bouksit dan export aluminium ke daerah/negara lain.

Dokumen terkait