Dividen merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham.
Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham biasanya dalam bentuk
uang tunai (kas) dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Pada
dividen kas berarti perusahaan harus mengeluarkan uang tunai, yang hanya
bisa dilakukan kalau kondisi kas perusahaan bagus. Biasanya dividen
dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang
diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya.
Sawidji Widoadmodjo (1996) juga menyatakan bahwa dividen adalah
bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham, baik
dalam bentuk dividen tunai (cash devidend) dan dividen saham (stock
devidend). Dividen tunai (cash devidend) merupakan dividen yang dibayar
oleh emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap
lembarnya (devidend per share). Sedangkan dividen saham (stock
devidend) merupakan dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk
saham, yang diperhitungkan untuk setiap lembarnya.
Robbert Ang (1997) juga menyatakan bahwa dividen tunai (cash
Sedangkan dividen saham (stock devidend) merupakan dividen yang
dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.
Stice et al. (2005) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada
para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang
dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen tunai merupakan dividen
yang dibagikan dalam bentuk kas. Hal utama yang perlu diperhatikan oleh
manajemen sebelum membuat pengumuman adanya pembagian dividen
tunai adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian
dividen tersebut. Keputusan dalam pembagian dividen tunai ditentukan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dewan direksi melakukan
pemungutan suara untuk mengumumkan dividen tunai dan jika hailnya
disetujui maka dividen segera diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan,
daftar pemegang saham terakhir harus disiapkan. Karena itu biasanya
terdapat tenggang waktu antara saat pengumuman dan pembayaran.
5. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba merupakan indikator bahwa semakin tinggi profitabilitas yang
dimiliki perusahaan maka semakin kecil kebijakan utang yang diambil
oleh perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan
perusahaan dan kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara
produk atau jasanya dalam suatu periode serta jumlah aktiva yang
digunakannya.
Profitabilitas adalah rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan. Dalam laporan
keuangan utama dalam bentuk neraca, laporan perubahan modal, dan
laporan arus kas belum dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi
pemakai sebelum pemakai menganalisis laporan keuangan tersebut lebih
lanjut dalam bentuk analisis rasio keuangan. Rasio profitabilitas
merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa yang mengukur
tingkat pengembalian investasi pemegang saham.
Profitabilitas merupakan variabel independen yang menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Laba inilah yang akan
menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai
ataupun dividen saham. Hermi (2004) dalam Suharli (2005)
mengungkapkan laba diperoleh dari selisih antara aset yang masuk
(pendapatan dan keuntungan) dan aset yang keluar (beban dan kerugian).
Laba perusahaan tersebut dapat ditahan (sebagai laba ditahan) dan dapat
dibagi (sebagai dividen).
6. Likuiditas
Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh
kewajiban jangka pendeknya (Karnadi, 1997) dan mendanai operasional
pada harga yang tidak terlampau berbeda dengan harga sebelumnya,
dengan asumsi tidak ada informasi baru yang timbul. Dalam pasar modal
yang likuid, penjualan suatu sekuritas dapat dilaksanakan dengan cepat
tanpa menimbulkan execution cost.
Hanya perusahaan yang memiliki likuiditas baik yang akan membagikan
labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Sebaliknya, pihak
manajemen perusahaan akan menggunakan potensi likuiditas yang ada
untuk melunasi kewajiban jangka pendek ataupun mendanai operasi
perusahaannya.
Sedangkan menurut Munawir (2004) likuiditas menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus
segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas
adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan
jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi.
7. Investment Oportunity Cost (IOS)
Zhang (2006) melihat bahwa nilai dari suatu perusahaan sebagai total dari
nilai aktiva riil (aset in place) dan nilai dari pilihan investasi dimasa yang
akan datang. Keduanya akan menentukan keputusan pendanaan dan nilai
perusahaan di masa depan. Perusahaan dengan kesempatan investasi (IOS)
yang besar memiliki alternatif-alternatif investasi yang menghasilkan Net
semata-pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang terbaik
untuk melaksanakan proyek baru.
IOS adalah set kesempatan investasi yang merupakan pilihan investasi
dimasa yang akan datang dan mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva
dan ekuitas (Tjandra, 2005). Gaver dalam Budiarsi (2007), menyatakan
bahwa peluang-peluang pertumbuhan bukan semata-mata diwujudkan
dalam proyek baru yang didukung oleh penelitian dan aktivitas
pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang berlebih
untuk melaksanakan proyek baru. Kemampuan yang berlebih ini bersifat
tidak diamati (unobservable). Semakin banyak proksi IOS yang
menentukan kelompok atau karakteristik perusahaan, semakin mengurangi
kesalahan dalam penentuan klasifikasi tingkat kesalahan pertumbuhan
perusahaan.
B. Pengembangan Hipotesis 1. Profitabilitas
Hermi (2004) dalam Suharli (2005) mengungkapkan laba diperoleh dari selisih antara aset yang masuk (pendapatan dan keuntungan) dan aset yang keluar (beban dan kerugian). Laba perusahaan tersebut dapat ditahan (sebagai laba ditahan) dan dapat dibagi (sebagai dividen). Dugaan penelitian ini adalah semakin tinggi profitabilitas maka semakin besar jumlah dividen yang dibagikan.
profitabilitas mempengaruhi dividen secara positif diungkapkan oleh Wirjolukito et al. (2003), dan Suharli dan Oktorina (2005), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen, namun tidak satupun penelitian tersebut menggunakan ROE sebagai proksi profitabilitas, dalam penelitian ini menggunakan proksi ROE sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Pertimbangan utama karena ROE merupakan turunan dari ROI. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi maka jumlah dividen tunai yang dibayarkan semakinbesar.
H1 : Profitabilitas secara signifikan mempengaruhi dividen tunai perusahaan;
2. Likuiditas
Likuiditas (Riyanto, 1995) adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan.
Suharli (2007) meneliti likuiditas sebagai variabel moderator atau variabel penguat dalam pengaruh dividen kas dan diukur dari Curent Ratio (CR). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa likuiditas berpengaruh positif
menemukan bahwa likuiditas mempengaruhi cash dividen secara signifikan.
Hanya perusahaan yang memiliki likuiditas baik yang akan membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Dengan demikian hipotesa yang dapat dirumuskan:
H2 : Likuiditas secara signifikan mempengaruhi dividen tunai; 3. Investment Opportunity Set (IOS)
Penelitian Wirjolukito et al. (2003) mengukur pemanfaatan kesempatan investasi diukur dengan peningkatan aktiva tetap bersih. Hal ini sesuai dengan format laporan arus kas (statement of cash flow) yang mengukur investasi dari aktiva tetap berwujud dan investasi jangka panjang (Suharli, 2005). Hasil penelitian Wirjolukito et al. (2003) menemukan hubungan parameter estimasi dan arah variabel peluang investasi kepada kebijakan dividen bernilai positif. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa perusahaan di Indonesia dan beberapa negara yang menjadi sampel di dalam penelitian tentang dividen cenderung menggunakan kebijakan dividen untuk memberikan sinyal atas arus kas di masa yang akan datang dan menggunakan arus kas tersebut untuk mendanai investasi yang menguntungkan di masa yang akan datang.
Menurut Jensen (1986) dalam Merdiana (2009), manajer cenderung untuk menginvestasikan arus kas bebas ke dalam peluang investasi dan memperbesar ukuran perusahaan meskipun tidak menguntungkan.
pertumbuhan tinggi berarti memiliki banyak kesempatan investasi, dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan bahkan untuk mengatasi masalah underinvestment.
Investment Opportunity Set (IOS) adalah set peluang investasi yang berfungsi sebagai prediktor pertumbuhan perusahaan. Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Budiarsi (2007), IOS merupakan variabel yang bersifat tidak dapat diobsevasi, disebabkan oleh sifat yang tidak dapat diobservasi, maka IOS memerlukan sebuah proksi. Penelitian ini menggunakan proksi price-based yaitu Market to book value of equity
yang diberi simbol MVEBVE. Oleh karena itu, hipotesis kedua penelitian ini adalah:
H3 : Kesempatan investasi mempengaruhi secara signifikan terhadap kebijakan dividen tunai;