• Tidak ada hasil yang ditemukan

Doa Bagi Indonesia: Sumber Daya Alam di Kalimantan

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 68-73)

Alam di Kalimantan, demikian pula banyak pulau lain di seluruh Tanah Air, sangat mengagumkan. Pertama, karena keindahan dan keanekaragamannya. Kedua, karena kekayaan alamnya. yang terakhir ini meliputi hutan-hutannya hingga sumber daya mineralnya. di sana ada banyak minyak, gas, dan batu bara. Sungguh karunia yang luar biasa. Pada satu sisi, bangsa Indonesia dipercayakan berkat yang besar ini untuk dipetik manfaatnya, tetapi pada sisi lain bangsa ini juga diuji untuk memanfaatkan berkat keindahan dan kekayaan alam tersebut secara bijak.

Diambil dari: Kompas, Rabu 26 Januari 2010, h. 6

Pokok Doa

1. Doakan agar warga yang bermukim di Kalimantan maupun para pengolah kekayaan alam Kalimantan dapat menjaga kelestarian hutan maupun lingkungan, sehingga kekayaan alam Kalimantan dapat tetap terjaga.

2. Berdoa agar pemerintah Indonesia dapat menindak tegas para pelaku perusakan hutan, sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi di masa mendatang.

3. Penambangan batu bara di Kalimantan yang tidak terkendali akhir-akhir ini sangat memprihatinkan, karena sudah merusak kawasan hutan dan konservasi. Doakan agar Tuhan memampukan pemerintah untuk segera mengambil tindakan tegas guna menangani kasus ini.

4. Berdoa agar Tuhan memberi hikmat kepada pemerintah dalam membuat peraturan yang lebih saksama mengenai izin penambangan hasil bumi, sehingga kerusakan lingkungan hidup dapat diminimalkan.

5. Berdoa agar pemerintah tidak mudah terbujuk dan lemah dalam menindak kasus praktik penambangan ilegal, karena jika hal ini terus-menerus dibiarkan akan terjadi kerugian besar bagi rakyat Indonesia.

69

Stop Press

PUBLIKASI e-SH

Terbitnya publikasi e-SH ini dilatarbelakangi keperluan masyarakat Kristen Indonesia pengguna internet akan bahan renungan versi elektronik yang tersusun secara teratur dan sistematis. Mereka akan dimungkinkan untuk bersaat teduh dengan menggunakan media internet.

Karena itu, Yayasan Lembaga SABDA bekerja sama dengan Persekutuan Pembaca Alkitab menghadirkan publikasi e-SH, yaitu publikasi yang menyajikan bahan saat teduh yang diterbitkan secara teratur oleh Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) dan

diterbitkan secara elektronik oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA).

Jika Anda ingin mendapatkan bahan saat teduh ini secara gratis setiap hari, kirim email kosong ke alamat:

< subscribe-i-kan-akar-Santapan-Harian(at)hub.xc.org >

atau menghubungi redaksi di alamat:

< sh(at)sabda.org >

70

e-JEMMi 06/Februari/2010: Konsep

"People Group"

Editorial

Shalom,

Memahami dan mengetahui suatu informasi dengan jelas merupakan tindakan yang sangat penting bagi seseorang yang ingin menatalayani pekerjaan Tuhan, terlebih lagi jika pelayanan itu merupakan pelayanan menuju ke luar "dinding" gereja, misalnya melayani mereka yang termasuk kelompok "People Group/Focus Group". Banyak pandangan dan konsep keliru tentang kelompok ini yang mengakibatkan orang Kristen tidak menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal mereka merupakan ladang

pengutusan yang berpotensial untuk dikerjakan. Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang pelayanan kepada "People Group/Focus Group" menyebabkan orang Kristen tidak mengetahui bagaimana cara memulai atau terlibat di dalamnya. e-JEMMi edisi kali ini akan memberi Anda sebuah gambaran yang kami harapkan dapat membantu Anda memahami konsep "People Group/Focus Group" dan bagaimana Anda dapat

melibatkan diri di dalamnya.

Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Pimpinan Redaksi e-JEMMi, Novita Yuniarti

http://misi.sabda.org/

71

Artikel Misi: Mendalami Konsep "People Group"

Antarnegara dan Antarbangsa

Perang dingin di antara dua negara adikuasa Amerika Serikat dan Uni Soviet yang dulu menjadi topik hangat di halaman-halaman surat kabar, layar TV, radio, dan media massa lainnya, telah berakhir dengan pecahnya Uni Soviet menjadi beberapa negara terpisah. Tidak seorang pun menyangka bahwa Uni Soviet dapat runtuh dalam sekejap. Negara dibangun dan diruntuhkan, kerajaan timbul dan tenggelam. Sebetulnya,

sepenting apakah batasan negara itu? Apakah maksudnya ketika Yesus mengatakan "jadikan semua bangsa murid-Ku"? Apakah maksud-Nya ketika Ia menyebut "bangsa"?

Di dunia saat ini, kata "bangsa" sering diasosiasikan sebagai "negara" atau "batasan politik", berbeda dengan konsep di dalam Alkitab. Kata "bangsa" yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, "ethnos", bukan hanya berarti "negara" tetapi juga "kelompok etnik" (bahasa Inggris: "ethnic group"), atau "kelompok orang/golongan" (bahasa Inggris: "people"). di dalam Perjanjian Lama, konsep yang sama dapat ditemukan. Kata "gam" yang ditulis sekitar 1821 kali mengacu pada kelompok orang, sebuah suku, atau sebuah keluarga, seperti yang terdapat di Ulangan 4:6 dan Ulangan 28:37. Kata yang lain, "mishpahgheh" ditulis 267 kali, dan kebanyakan digunakan untuk menunjuk keluarga, kaum, atau kerabat seperti yang terdapat di Kejadian 12:3.

Jadi, "bangsa" yang dimaksud Alkitab bukanlah negara atau batasan politik, melainkan kelompok etnik atau kelompok masyarakat tertentu. Bahkan pada beberapa ayat Alkitab, bukan hanya "bangsa" yang disebutkan, melainkan lebih terperinci lagi yaitu: suku, bahasa, dan kaum (Wahyu 5:9, 10:11). Sehubungan dengan konsep ini, maka ayat yang mengatakan, "Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya" (Matius 24:12) akan berbicara lain. Artinya, walaupun gereja sudah ada hampir dalam semua negara di dunia, tetapi tugas kita sebagai orang Kristen masih jauh dari selesai. Kita tidak dapat tinggal diam dan menunggu kedatangan Tuhan yang kedua kali, karena masih banyak suku bangsa yang belum mendengar Injil, walaupun di negara mereka sudah ada orang Kristen atau gereja.

Salah satu sebab banyak suku bangsa yang belum mendengar Injil ialah karena Injil hanya disebarkan ke salah satu kelompok masyarakat di dalam negara itu dan tidak menembus kelompok masyarakat lainnya. Seperti kita ketahui, masyarakat hidup berkelompok-kelompok menurut kesamaan yang menyatukan mereka. Contoh ekstrem ialah sistem kasta di India. Donald McGavran lahir di India, kedua orang tuanya menjadi utusan di negara tersebut. Selama puluhan tahun gereja yang didirikan oleh orang tua McGavran tidak membuahkan hasil yang memuaskan karena orang-orang dari berbagai kasta tetap tidak rela berbaur di dalam satu gereja. Menyadari hal ini, McGavran

kemudian mendirikan gereja untuk setiap kasta. Kesensitifannya akan kelompok-kelompok masyarakat inilah yang membuat McGavran dikenal sebagai pelopor di bidang pengutusan dunia.

72

Penduduk dunia terdiri dari puluhan ribu kelompok masyarakat yang berskala lebih kecil dibanding suatu negara. Setiap kelompok memunyai kebudayaan, kebutuhan, dan bahasa tersendiri. Oleh sebab itu, pekerjaan penginjilan di dunia mulai didefinisikan sebagai penginjilan kepada kelompok masyarakat karena di dalam kelompok-kelompok inilah Injil dapat disebarkan tanpa mengalami kesulitan yang disebabkan karena mereka tidak mengerti atau tidak menerima perbedaan yang ada. Istilah misiologi dalam bahasa Inggris untuk kelompok-kelompok masyarakat ini adalah "people group", yang memiliki definisi "sekelompok individu yang menganggap diri mereka sebagai kelompok yang memunyai kesamaan yang menyatukan mereka, entah karena bahasa, agama, latar belakang etnik, tempat tinggal, pekerjaan, tingkat sosial atau kasta, situasi, ataupun kombinasi faktor-faktor tersebut".

Contoh "people group":

Orang Ambon (kesamaan latar belakang etnik).

Pelajar Indonesia di Los Angeles (kesamaan bahasa, keadaan, pekerjaan, dan lokasi).

Para pengungsi Vietnam di Hong Kong (kesamaan etnik, situasi, dan lokasi).

Konsep "people group" ini terdapat dalam Wahyu 7:9-10, "Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba". Orang-orang yang

menghadap takhta Allah bukan hanya wakil-wakil dari suatu bangsa, tetapi juga dari kelompok yang lebih kecil, yang disebut suku, yang di dalamnya terdapat kaum, juga setiap suku atau kaum yang memunyai bahasa berbeda.

Belum semua "people group" di dunia terjangkau oleh Injil. "People group" yang belum memunyai jemaat Kristen dengan jumlah yang cukup untuk penginjilan dalam "people group" tersebut tanpa bantuan orang luar atau utusan asing disebut sebagai suku terabaikan (bahasa Inggris: "unreached people group"). Menurut statistik, di dunia ini ada 11.000 suku terabaikan dan 251 di antaranya berada di Indonesia. Namun, jumlah ini hanya mencakup "people group" yang sudah ditemukan. di luar ini masih banyak "people group" yang belum diketahui keberadaannya.

"People group" bukan hanya sekadar istilah, tetapi merupakan konsep berpikir yang penting dalam pengutusan. Pada bulan April 1993 lalu, di Colorado Springs, AS, organisasi-organisasi pengutus di Amerika, para pakar pengutusan, dan gereja-gereja menyelenggarakan konferensi untuk membicarakan perkembangan keadaan "people group" di dunia dan bertukar informasi. Tidak ketinggalan IHO juga mengirimkan

wakilnya untuk hadir. Hasil konferensi ini adalah daftar yang paling mutakhir dari semua suku terabaikan di dunia. Hasil yang lebih penting adalah peningkatan kerja sama antarorganisasi misi dan gereja dalam menjangkau suku terabaikan di dunia, salah satunya dengan cara membuat basis data informasi, yang diberi nama "People Information Network" (Jaringan Informasi Kelompok Orang), mengenai semua suku

73

terabaikan yang sudah diketahui agar supaya informasi tersebut dapat digunakan bersama-sama.

Tuan rumah konferensi ini adalah "Adopt-A-People Clearinghouse", organisasi yang bertugas untuk mengumpulkan data mengenai "people group", dan menjadi perantara untuk gereja-gereja yang ingin mengadopsi salah satu "people group" yang ada. Maksud adopsi ialah gereja tersebut berdoa secara khusus (bahasa Inggris:

"intercessory prayer") untuk suku terabaikan tersebut, bekerja sama dengan misionaris atau organisasi misi yang melayani "people group" itu, dan bila perlu memberikan bantuan keuangan agar "people group" itu dapat dijangkau. dari sisi spiritual, organisasi misi "AD 2000" (2000 Masehi) dan "Beyond Movement" (Melampaui Gerakan) bekerja memobilisasi gereja-gereja di seluruh dunia untuk berdoa. Gerakan ini diketuai oleh Luis Bush, pakar misiologi di Amerika. Bulan Oktober 1994, "AD 2000" menjadi sponsor doa seluruh dunia di Korea Selatan.

Mobilisasi doa untuk suku terabaikan juga dilakukan oleh "Global Prayer Digest" (Berita Doa Global), literatur bulanan yang memuat cerita mengenai suku terabaikan dan daftar doa khusus untuk mereka. Setiap bulan literatur ini mengulas suku terabaikan dari satu negara, bulan berikutnya dari negara lain, yang semuanya bekerja sama untuk

menjangkau suku terabaikan.

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 68-73)