BAB I PENDAHULUAN
A. Doa Bersama Dalam Keluarga Kristiani
1) Doa Lisan
a. Pengertian Doa
(Hadrys, 2007: 1) menyatakan bahwa Doa adalah pertemuan antar pribadi Allah dan manusia yang saling mengasihi, saling mancari dan saling merindukan. Doa adalah bersatu dengan Allah, membangun persahabatan dengan-Nya, menyampaikan permohonan kepada-Nya. Bagi jiwa, doa mirip dengan makanan bagi tubuh. Bagi para pengikut Yesus, doa adalah kehidupan.
Paus Benediktus XVI, dalam Youcat (2012:469) menyatakan bahwa:
“Doa berarti mengarahkan hati kepada Allah. Ketika seseorang berdoa, ia
Doa adalah pintu gerbang untuk berkomunikasi dengan Allah. Seorang yang berdoa tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri dan oleh kekuatannya sendiri. Dia tahu ada Allah tempat dia dapat bercakap-cakap. Orang yang berdoa semakin memercayakan diri kepada Allah. Selama hidup didunia, manusia mencari kesatuan dengan Allah yang suatu hari nanti akan dijumpai muka dengan muka. Maka, usaha untuk berdoa setiap hari adalah bagian dari kehidupan orang kristen. Tentu, seseorang tidak dapat belajar berdoa dengan cara yang sama seperti balajar teknik, betapapun aneh kedengarannya, namun harus dikatakan bahwa doa adalah anugerah yang dapat diperoleh melalui doa.
Doa pertama-tama dan terutama suatu pernyataan iman di hadapan Allah (KWI, 1996: 194), sama halnya seperti yang telah diingatkan St. Agustinus bahwa doa mempersiapkan kita untuk menerima karunia dari Tuhan yang ditawarkan kepada kita: “...Allah Bapa kita tidak meminta kita untuk menunjukkan hasrat kita kepada-Nya, karena kita pasti tidak akan menyadarinya. Akan tetapi Ia meminta, bahwa melalui doa, kemampuan kita untuk berhasrat kepada-Nya akan tumbuh”. Demikian halnya melalui doa manusia menyatakan imannya kepada Allah menjadikan diri lebih siap dekat dengan-Nya.
Memanjatkan doa merupakan wujud kerinduan akan sapaan Allah. Selain berkomunikasi dengan-Nya ternyata berdoa juga memiliki dampak tersendiri. Adapun cara untuk berdoa dalam Youcat (art. 500) “...ada doa lisan, doa
meditasi, dan doa kontemplatif.” Ketiga cara doa tersebut menyatukan kembali pikiran dan hati setiap orang.”
Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa. Doa adalah cara kata cinta seorang anak kepada Bapanya. Namun, pengungkapan doa tersebut tidak perlulah dengan menggunakan banyak kata (lih, Mat 6:7) akan tetapi juga dapat menjadi pendukung olehnya.
Darminta (1982: 42) mengatakan doa sebagai ungkapan normal dari cinta manusia kepada Allah. Dalam hal ini mempunyai suatu kerinduan untuk hidup dalam hadirat Allah. Tetapi tidak cukup untuk kehidupan rohani bila kerinduan itu hanya dipenuhi dengan berfikir terus tentang Allah. Tetapi yang lebih penting ialah “melaksanakan dengan penuh cinta kehenak Allah. Mengenal, mencintai dan melaksanakan kehendak Allah merupakan pokok hidup iman, harapan dan cinta”.
Seperti halnya juga Sr. Theresia Lisiux dalam Youcat (art. 264) menyatakan bahwa “Doa adalah ayunan hati; suatu pandangan sederhana ke surga, seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah percobaan maupun kegembiraan.” Doa menjadi suatu ungkapan dari dalam hati yang sederhana sebagai bentuk syukur atas hidup yang masih di dapat.
Sedangkan Emboiru dalam buku Katekismus Gereja Katolik (art. 2559) mengatakan bahwa:
Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik”. Dari mana kita berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke bawah
atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan (Bdk. Luk 18:9-14).
Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana
sebenarnya harus berdoa” (Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.
Itulah sebuah pemahaman tentang arti doa dari ajaran Gereja Katolik. Berdoa adalah getaran hati suara nurani yang menyapa Allah. Suatu permohonan dan syukur kepada Allah. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa berdoa merupakan suatu bagian penting bagi orang beriman. Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa daya, kering dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan, diteguhkan, ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Maka kebiasaan berdoa bagi umat Katolik sangatlah penting mulai dari anak-anak hingga orang tua dan kakek nenek tak terkecuali wajib berdoa.
b. Doa sebagai anugerah Allah
Emboiru dalam buku Katekismus Gereja Katolik, art.2559-2560 mengatakan bahwa:
Doa adalah pengakuan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan dalam hal-hal baik” (Yohanes dari Damaskus, f.o.3,24). Dari mana kita berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita kabawah atau “dari jurang”(Mzm 130. 1) hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan. Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaiamana sebenarnya harus berdoa” (Rm 8.26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.
Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah, (Yoh 4:10). Mukjizat doa jurstru menunjukkan diri disana, di pinggir sumur, tempat kita mengambil air. Disana Kristus bertemu dengan setiap orang; Ia mencari
kita, sebelum kita mencari Dia, dan Ia meminta: “Berilah Aku minum!” Yesus kehausan; permohonan-Nya datang dari kedalaman Allah yang merindukan kita. Entah kita tahu atau tidak, di dalam doa kehausan Allah menemui kehausan kita. Allah merasa haus akan kehausan kita akan Dia.
Rumusan tersebut menjelaskan bahwa dalam berdoa perlu adanya kerendahan hati. Berdoa berarti meminta ini atau itu atau meminta seseorang, untuk dikabulkan. Sebetulnya yang berdoa bukanlah manusia, melainkan Roh Allah sendiri. Itu berarti bahwa kita berdoa bukan berdasarkan jasa-jasa kita,tetapi berdasarkan kasih sayang Allah yang berlimpah-limpah. Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis. Mengemis anugerah/rahmat. Supaya mendapakan rahmat/anugerah doa, maka kita harus bersikap rendah hati. Karena Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rm 8:26).
c. Arti Berdoa
Hadrys, (2007: 1) mengatakan bahwa:
Berdoa berarti berpikir tentangAllah sambil mengasihi-Nya, mengahdapi-Nya dengan sikap siap dipakai oleh-Nya, berjumpa dengan- Nya, bercakap-cakap dengan-Nya, terutama mendengarkan-Nya.
Berdoa juga melampaui kehidupan fana ini, „mengintip‟ kedalam
surga, „menerobos‟ kedalam alam yang kekal.
Doa manusia datang dari lubuk hati yang paling dalam. Bagaimanapun bentuk kegiatan dan kata-kata, dengannya doa mengungkapkan diri, yang berdoa itu selalu seluruh manusia. Tetapi untuk melukiskan tempat asalnya doa, Kitab Suci kadang-kadang berbicara tentang jiwa atau roh. Jika hati itu jauh dari Allah, doa pun tidak mempunyai arti. Hati adalah rumah di mana
aku berada dan tempat aku tinggal. Inilah pusat kita yang tersembunyi, yang tidak dapat dimengerti baik oleh akal budi kita maupun oleh orang lain. Hanya Roh Allah dapat menyelami dan mengetahuinya. Dalam kedalaman cita-cita kita, hati adalah tempat keputusan. Ia adalah tempat kebenaran, di mana kita memilih antara hidup dan mati. Ia adalah tempat pertemuan karena kita hidup dalam hubungan dengan citra Allah. Hati adalah tempat perjanjian. Doa Kristen adalah hubungan perjanjian antara Allah dan manusia di dalam Kristus. Ia adalah tindakan Allah dan tindakan manusia. Ia berasal dari Roh Kudus dan dari kita. Dalam persatuan dengan kehendak manusiawi Putera Allah terjelma, doa mengarahkan diri sepenuhnya kepada Bapa.
d. Doa dalam Kitab Suci
Dari Kitab Suci kita ingin belajar tentang cara maupun ajaran bagaimana berdoa. Pertama-tama kita perhatikan hati sebagai tempat doa. Lalu akan kita coba untuk menguraikan tahap-tahap yang digunakan oleh Kitab Suci dalam mkendidik orang beriman berdoa: pertama orang diajak masuk kiedalam dirinya sendiri dan mengakui bahwa dirinya adalah orang berdosa; kedua orang diajak berseru kepada Tuhan memohon agar diubah; ketiga dalam kesediaan seperti itu orang diajak mengingat-ingat dalam hati bahan renungannya; keempat berdasarkan pengaruh ingatan hati itu orang diajak merasakan kerinduan yang timbul dalam dirinya; akhirnya diharapkan bahwa orang mencapai tujuan doa, yaitu patuh kepada Allah dan tanggap terhadap dorongan Roh.
Bila kita sudah masuk kedalam Kitab Suci, maka akan lebih mudah bagi kita menerima petunjuk guru-guru rohani, dan dengan begitu kita akan dapat mengatasi semangat setengah-setengah dalam hidup rohani. Satu hal yang tidak dapat kita lupakan ialah bahwa Kitab Suci membarikan kepada semua pembinaan religius, apapun aliran yang diikutinya, suatu keseimbangan dan kelurusan yang tak ditemukan dimanapun juga. Hal itu akan kita lihat, bila kita nantinya memperhatikan kepuasan, realisme dan kesatuan hidup rohani yang dicapai oleh hidup mereka, yang setia mengikuti ajaran-ajaran Kitab Suci (Darminta, 1985:13-18).
Menurut Kitab Suci, manuasia tidak boleh meremehkan rasa persaan dalam menghayati hubungannya dengan Allah. Doa tidak sekedar merupakan tindak bakti kepada Allah belaka, meskipun itu dilakukan dengan tekun dan setia.
Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa,
Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya (Mat 11:25-27).
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya
itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata:
“Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat (Luk 10:21-23).
Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan
berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah
mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku (Yoh 11:41-42).
Dari ketiga penginjil diatas doa Kristus semasa karya-Nya secara eksplisit. ketiganya mulai dengan ucapan terima kasih. Seluruh doa Yesus mendapat tempatnya dalam persetujuan hati manusiawi-Nya yang penuh kasih terhadap Bapa dan rahasia kehendak-Nya. Doa Yesus yang didukung oleh ucapan terima kasih, mengatakan kepada kita bagaimana kita harus berdoa: malahan sebelum anugerah diberikan, Yesus menyetujui Allah yang memberi dan yang menganugerahkan Diri sendiri di dalam anugerah-Nya. Pemberi lebih bernilai daripada anugerah yang diberikan. Ia adalah “harta”, dan hati putera-Nya ada pada-Nya.
e. Sumber Doa
Menurut agama Kristen, sebetulnya yang berdoa bukan manusia, melainkan Roh Allah sendiri. “Kita tidak tahu,bagaimana sebenarnya harus berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita” (Rm 8:2).
Paulus tidak hanya berkata bahwa Roh berdoa untuk kita. Tetapi ia
menambahkan: “Allah yang menyelidiki hati nurani, menetahui maksud Roh,
yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Rm 8:27). Rohlah yang berdoa sesuai dengan kehandak Allah,
“dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (ay.26) dengan permohonan
Ilahi (bdk. 2Kor 12:4). Maka dengan tugas Paulus juga berani berkata bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengaku: Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus” (1Kor12:3). Doa hanya mungkin dalam dan oleh Roh Kudus,
“karena kasih Allah telah tercurahkan didalam hati kita oleh Roh Kudus yang
dikaruniakan kepada kita (Rm 5:5). Kita adalah anak Allah tercinta oleh Roh Kudus. Maka oleh roh kudus pula kita harus menyapa Allah sebagai Bapa.
Doa mengungkapkan apa yang hidup didalam hati orang beriman. Maka untuk seluruh umat beriman, paulus berdo: “semoga Allah memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu brlimpah-limpah dalam pengaharapan” (Rm 15:13). Hidup Kristen dirumuskan dalam tiga sikap dasar. “Berbajuzirahlah iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan”, (1Tes 5:8).
Dan sikap dasar itu, sebagai tanggapan manusia terhadap kasih-karunia Allah merupakan sumber doa.
Dari penjelasan di atas kita berdoa bukan berdasarkan jasa-jasa kita, tetapi berdasarkan kasih sayang Allah yang berlimpah-limpah. Doa merupakan pernyataan kepercayaan akan kasih sayang Allah. Maka hanyalah doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan manusia.
f. Bentuk Doa
Karena bentuk doa yang begitu luas, tidak mengherankan bahwa orang menghadap Tuhan dengan aneka cara dan kata. Didalam kebiasaan gereja dibedakan dua bentuk doa yang pokok, yaitu Puji-syukur dan permohonan. Puji-syukur yang dalam bahasa kuno Eukharistia, merupakan tanggapan manusia atas segala anugerah Tuhan. Puji-syukur itu tidak sama dengan
“terima kasih”. Puji-syukur pertama-tama mengungkapkan rasa heran dan
kagum atas kebaikan Tuhan. Maka dalam “kemuliaan” gereja juga dapat
berdoa; “kami bersyukur kepada-Mu”, karena kemuliaan-Mu yang besar”.
Gereja beryukur karena kemuliaan Tuhan, bukan karena anugerah yang diterimanya. Puji-syukur merupakan kegembiraan bahwa ada Tuhan; syukur, ada Tuhan! Tentu saja, kebaikan Tuhan diketahui manusia angugerah- anugerah, yang telah diberikan oleh-Nya, mulai dengan penciptaan dan kemudian dalam seluruh sejarah keselamatan. Anugerah Allah yang paling besar adalah Putera-Nya, Yesus Kristus, serta Roh yang diutus-Nya dari Bapa. Atas semua anugerah itu orang kristen memuji dan memuliakan Tuhan.
Doa permohonan bukanlah minta-minta. Puji-syukur berarti memuliakan kebaikan dan keluhuran Allah; dalam permohonan diakui dan dinyatakan kelemahan dan kemiskinan manusia. Maka yang pertama-tama dimohon adalah pengampunan dan belas kasih Tuhan, sebab dosa manusia merupakan sumber kemalangan yang terbesar. Manusia memohon kekuatan untukmenerima hidup seadanya, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Permohonan dan puji-syukur tidak bertentangan, melainkan dua segi dari satu
kenyataan hidup. Maka tepatlah nasehat ini: “Bertekunlah dalam doa dan
berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kol 4:2) KWI (2010: 197-198).
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa doa puji-syukur suatu doa dimana manusia mengucap syukur kepada Allah karena rahmat-Nya yang begitu besar kepada manusia. Sedangkan doa permohonan adalah doa dimana manusia meminta belas kasih Allah agar dosa-dosanya diampuni serta diberikan kehidupan yang lebih layak dihadapan Allah.
g. Cara Berdoa
Paus Benediktus XVI, (art 499-504) dalam bukunya Katekismus Populer mengatakan bahwa:
Sejak awal mula, orang-orang kristen berdoa paling sedikit pada pagi hari, sebelum dan sesudah makan, setiap pada malam hari. Seseorang yang tidak berdoa secara teratur cepat atau lambat tidakakan berdoa sama sekali.
Ada banyak cara berdoa. Beberapa orang mengikuti hanya satu cara, yang lain memakai semua cara. Semua itu merupakan momentum kepastian yang hidup: Kristus ada disana, dalam setiap doa. Ia berbicara didalam diri
kita. Dan satu kesempatan lain, Ia adalah pribadi yang diam, orang asing yang jauh. Bagi setiap orang, doa tetap dalam variasinya yang tak terbatas. Ini merupakan jalan kepada hidup yang tidak datang dari diri kita sendiri, tetapi dari suatu tempat yang lain.
Ada beberapa cara berdoa diantaranya doa lisan, doa meditasi, dan doa kontemplatif.
1) Doa Lisan
Paus Benediktus XVI, (art 501) dalam bukunya Youcat Indonesia mengatakan bahwa:
Doa adalah mengangkat hati kepada Allah. Dan Yesus sendiri mengajarkan kepada para rasul-Nya untuk berdoa dengan kata- kata. Dengan Bapa Kami, dia memberikan kepada kita.
Doa lisan merupakan unsur hakiki dalam kehidupan Kristen. Kristus mengajar murid-murid-Nya yang meresa tertarik pada doa batin dari Gurunya, satu doa lisan: Bapa Kami. Yesus tidak hanya mendoakan doa-doa liturgi dalam Sinagoga, tetapi-seperti yang ditunjukkan Injil kepada Kita Ia sendiri mengangkat suara, mengungkapkan doa pribadi-Nya. Doa-doanya terbentang dari memuji Bapa dengan penuh gembira sampai pada permohonan dalam sakratul maut di taman Getsemani (Emboiru, 1995:677).