• Tidak ada hasil yang ditemukan

dr. Nani Isyrofatun

Dalam dokumen Borang f1-f6 Puskesmas Alva (Halaman 27-70)

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping,

dr. Riyono

BORANG PORTOFOLIO

F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) (Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang)

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Topik : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

Tanggal : 1 April 2016

Nama Pasien : An. A No. RM :

-Tanggal Presentasi : 30 April 2016 Nama Pendamping : dr. Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Objektif Presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

 Deskripsi

Seorang anak 14 bulan, dengan diare

 Tujuan

Untuk mengetahui diare akut pada anak dan penatalaksanaannya. Bahan bahasan :  Tinjauan

Pustaka

 Riset  Kasus  Audit

Cara membahas :  Diskusi  Presentasi dan diskusi

 Email  Pos

Data pasien Nama : An.A Nomor Registrasi :

-Nama Klinik : Puskesmas Salaman I Terdaftar sejak : -Data Utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis

Pasien datang ke IGD Puskesmas Salaman I oleh orang tuanya dengan keluhan BAB mencret sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Diare ± 5-10x dalam sehari. Diare cair seperti air, berwarna kuning kecoklatan, ampas (+) sedikit, lendir (-), darah (-). Tiap kali BAB ± ¼ - ½ gelas belimbing. Pasien masih mau makan dan minum namun hanya sedikit-sedikit. Jika dipaksa minum banyak, pasien muntah. Nyeri perut (-), demam (-), lemas (+). BAK terakhir ± 1 jam sebelum datang ke puskesmas.

2. Riwayat Pengobatan

Pasien belum berobat sebelumnya. 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit

Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat kejang : disangkal Riwayat asma/alergi : disangkal Riwayat ganti susu : disangkal

4. Riwayat Keluarga/Pohon Keluarga

Tn.Y/28 th Ny.S/24 th

An.A/14 bl

Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat asma/alergi : disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya dalam 1 rumah. Ayah pasien sebagai buruh/karyawan swasta. Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien berobat dengan fasilitas BPJS. Sumber air minum menggunakan air sumur

6. Riwayat Perinatal

Ibu pasien teratur periksa kehamilan di bidan >4 kali dan mendapatkan vitamin serta tablet penambah darah. Penyakit selama kehamilan disangkal. Ibu pasien tidak mengonsumsi obat-obatan lainya.

7. Riwayat Kelahiran

menangis kuat. BBL 2900 gram, PB 49 cm. 8. Riwayat Imunisasi - BCG : 7 hari - DPT : 2, 4, 6 bulan - Polio : 0, 2, 4, 6 bulan - Hep. B : 0, 2, 4, 6 bulan - Campak : 9 bulan

Kesan : Imunisasi lengkap 9. Riwayat Gizi/Makan-Minum

Pasien dari lahir hingga sekarang usia 14 bulan masih minum ASI ditambah susu formula. Saat usia 0-6 bulan pasien hanya ASI Eksklusif. Pasien makan bubur susu sejak usia 6 bulan dan mulai diperkenalkan makanan keluarga sejak usia 12 bulan. Saat ini pasien makan sesuai menu makanan keluarga seperti tahu, tempe, lauk, sayur, buah dengan frekuensi makan 3-4 kali sehari. Ibu pasien tidak mengeluh kesulitan makan pada anak.

Kesan : kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup

10. Riwayat Tumbuh Kembang

- Senyum : 2 bulan - Tengkurap : 4 bulan - Duduk : 6 bulan - Merangkak : 8 bulan - Berdiri berpegangan : 9 bulan - Berjalan : 13 bulan

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umur 11. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum : Lemah, Rewel, Composmentis, Gizi Kesan Cukup BB : 10 kg PB : 76 cm B. Vital Sign HR : 120x/menit RR : 26x/menit Suhu : 36,7oC C. Mata

Conjungtiva anemis (-|-), Mata Cowong (+|+) D. Mulut

Mukosa basah (+) E. Hidung

Sekret (-|-), Nafas cuping hidung (-|-) F. Telinga

Sekret (-|-), Tragus pain (-|-) G. Jantung

BJ I-II, intensitas normal, regular, bising (-) H. Paru

SDV (+|+), RBK (-|-), Wheezing (-|-) I. Abdomen

BU (+) meningkat, supel, timpani, nyeri tekan (-), turgor kembali cepat J. Ekstremitas

Capillary Refill Time < 2“

Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat, Akral dingin (-) Daftar Pustaka :

1. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.

2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis IDAI : Diare Akut. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009.

3. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : World Health Organization. 2009

Hasil Pembelajaran

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam. Diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 52,2% anak usia 1-4 tahun.

Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:

1. Bakteri

Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas

2. Virus

Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus 3. Parasit

Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis

4. Non infeksi

Malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah :

1. Faktor Perilaku

a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman

b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum

memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak

d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis 2. Faktor Lingkungan

a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)

b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak. Terdapat beberapa pembagian diare:

1. Berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik a. Diare sekresi (secretory diarrhea) b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)

menentukan tanda utama dan tanda tambahan. Tanda utama meliputi keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun. Tanda tambahan meliputi ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir mulut dan lidah.

Penilaian derajat dehidrasi pada diare akut anak didasarkan sesuai dengan kriteria berikut :

1. Diare Akut Tanpa Dehidrasi (kehilangan cairan <5% BB) a. Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan b. Keadaan umum baik, sadar

c. Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cowong, air mata ada, mukosa mulut dan bibir basah

d. Turgor abdomen baik, bising usus normal e. Akral hangat

2. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang/Tak Berat (kehilangan cairan 5-10% BB)

a. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan

b. Keadaan umum gelisah atau cengeng

c. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

d. Turgor kurang, akral hangat

3. Diare Akut Dehidrasi Berat (kehilangan cairan >10% BB)

a. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan

b. Keadaan umum lemah/letargi/koma

c. Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering

d. Turgor sangat kurang, akral dingin

Penatalaksanaan diare akut pada anak meliputi 5 pilar yaitu cairan sesuai derajat dehidrasi, zinc, nutrisi, antibiotic yang tepat dan edukasi. Penatalaksanaan terapi cairan menurut derajat dehidrasi :

1. Tanpa Dehidrasi

a. Cairan rehidrasi oralit diberikan 5-10 ml/kgBB setiap BAB cair atau berdasarkan usia yaitu usia < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, usia 1-5 tahun sebanyak 100-200 ml dan usia > 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus tetap

diberikan

b. Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah, diare frekuen dan profus)

2. Dehidrasi Ringan Sedang

a. Cairan rehidrasi oral hiperosmolar diberikan sebanyak 75cc/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB tiap diare cair

b. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah Ringer Laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala

BB 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari BB 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari BB > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari

c. Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil member edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua 3. Dehidrasi Berat

a. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer Laktat atau Ringer Asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian

- Umur < 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya

- Umur > 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, 70 mL/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya

b. Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi

Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng/Zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis anak umur < 6 bulan 10 mg per dari dan anak umur > 6 bulan 20 mg per hari.

ASI dan makanan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase

kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasaka, makanan diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. Buah-buahan diberikan terutama pisang.

Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapay memperpanjang lama diare. Selain itu pemberian antibiotic yang tidak rasional juga dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotic.

Edukasi diberikan kepada orang tua. Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan bila ditemukan hal berikut : demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit dengan benar.

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO 1. SUBYEKTIF

Pasien datang ke IGD Puskesmas Salaman I oleh orang tuanya dengan keluhan BAB mencret sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Diare ± 5-10x dalam sehari. Diare cair seperti air, berwarna kuning kecoklatan, ampas (+) sedikit, lendir (-), darah (-). Tiap kali BAB ± ¼ - ½ gelas belimbing. Pasien masih mau makan dan minum namun hanya sedikit-sedikit. Jika dipaksa minum banyak, pasien muntah. Nyeri perut (-), demam (-), lemas (+). BAK terakhir ± 1 jam sebelum datang ke puskesmas.

disangkal. Riwayat perinatal dan kelahiran dalam batas normal. Riwayat imunisasi lengkap. Kualitas dan kuantitas asupan nutrisi kesan cukup. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan kesan normal sesuai usia.

2. OBJEKTIF

A. Keadaan Umum : Lemah, Rewel, Gizi Kesan Cukup BB : 10 kg, PB : 76 cm B. Vital Sign HR : 120x/menit RR : 26x/menit Suhu : 36,7oC C. Mata Mata cowong (+|+) D. Mulut Mukosa basah (+) E. Abdomen

BU (+) meningkat, Turgor kembali cepat F. Ekstremitas

Capillary Refill Time < 2“

Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat, Akral dingin (-) 3. ASSESSMENT

Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang 4. PLAN

Pengobatan/Monitoring

Penatalaksanaan diare akut pada anak mencakup 5 hal, yaitu pemberian cairan yang sesuai derajat dehidrasi, pemberian zinc, pemberian nutrisi yang sesuai umur, pemberian antibiotik yang rasional jika diperlukan dan pemberian edukasi kepada orangtua.

Karena pada pasien ini tergolong diare akut dengan dehidrasi ringan sedang, maka penatalaksanaannya menggunakan rencana terapi B dan disarankan rawat inap di puskesmas untuk monitoring kebutuhan cairan. Terapi carian menggunakan infus Ringer Laktat untuk rehidrasi dengan kebutuhan cairan 175 cc/kgBB/hari (karena BB anak 10 kg). Pemilihan rehidrasi menggunakan infuse dengan pertimbangan karena pasien sulit minum dan jika dipaksa pasien muntah.

Pemberian Zinc 1x20 mg selama 10 hari berguna untuk reepitelisasi mukosa villi-villi usus yang rusak akibat diare. Untuk nutrisi pada pasien tetap harus dijaga, untuk menjaga asupan nutrisi anak. ASI maupun Air Susu Botol tetap harus diberikan, terutama jika pasien meminta. Dapat juga ditambah pemberian oralit ½ gelas (100 cc) tiap anak BAB.

Pada kasus ini, pemberian antibiotic belum diperlukan karena tidak ada diare lendir maupun darah yang mengarah ke infeksi parasit/bakteri. Diare akut pada pasien ini diperkirakan penyebabnya adalah virus (Rotavirus) karena tidak ada nyeri perut dan konsistensi watery feses. Diare ini disebabkan oleh enterotoksin virus yang biasanya terjadi terutama pada anak usia di bawah 2 tahun.

Terapi :

- Rawat Inap

- IVFD Ringer Laktat 175 cc/kgBB/hari = 19 tpm makro - Zinc 1x20 mg selama 10 hari

- Oralit ½ gelas (100 cc) tiap BAB

- Awasi KUVS dan tanda-tanda dehidrasi berat

Konseling/Edukasi/Konsultasi

a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penularan, penatalaksanaan, dan prognosis diare akut pada anak

b. Menjelaskan kepada orang tua tanda bahaya diare pada anak dan penatalaksanaan awal jika anak diare dan cara membuat oralit. Jika di rumah tidak tersedia oralit, dapat diberikan larutan gula garam dengan cara 1 sendok teh gula dan ¼ sendok teh garam, dicampur dalam 1 gelas air putih matang.

c. Menjelaskan kepada orang tua bahwa jika anak diare, tidak boleh diberi obat anti diare karena beresiko terhadap anak (dapat terjadi ileus).

d. Menjelaskan kepada orang tua bahwa jika anak diare, cairan/ASI dan makanan sehari-hari tetap diberikan untuk menjaga asupan nutrisi anak, lebih memperhatikan kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan,

memperhatikan kebersihan lingkungan, BAB di jamban, memberikan anak makanan penyapihan yang benar, selalu menyediakan air minum yang bersih dan selalu memasak makanan hingga matang.

Rujukan

Rujukan perlu dilakukan jika dengan terapi cairan tidak respon dan muncul tanda-tanda dehidrasi berat. Selain itu rujukan juga diperlukan jika terjadi penurunan kesadaran dan nyeri perut yang signifikan.

Salaman, 30 April 2016

Peserta Pendamping

dr. Alva Putri Deswandari dr. Riyono BORANG PORTOFOLIO

F.4. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TOPIK : DISLIPIDEMIA

Disusun Oleh :

Nama/Peserta : dr. Alva Putri Deswandari Pendamping : dr. Riyono

PUSKESMAS SALAMAN I

KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH PERIODE FEBRUARI - MEI 2016

Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada hari Sabtu, tanggal 30 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh: Nama : dr. Alva Putri Deswandari

Dengan judul/ topik : F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (Topik : Dislipidemia)

Nama Pendamping : dr. Riyono

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

1. dr. Agha Chandra Sari ……….

2. dr. Alva Putri Deswandari ……….

3. dr. Diana Verify Hastutya ……….

4. dr. Ensan Galuh Pertiwi ……….

5. dr. Monica Citraningtyas Astarani ……….

6. dr. Nani Isyrofatun ……….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping,

dr. Riyono

BORANG PORTOFOLIO

F.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (Topik : Dislipidemia) Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Dislipidemia

Tanggal : 26 Maret 2016

Nama Pasien : Ny. F No. RM : 01173001

Tanggal Presentasi : 30 April 2016 Nama Pendamping : dr. Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang Objektif Presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

 Deskripsi

Seorang wanita, 51 tahun, leher cengeng dan konsultasi hasil laboratorium

 Tujuan

Untuk mengetahui dislipidemia dan penatalaksanaannya. Bahan bahasan :  Tinjauan

Pustaka

 Riset  Kasus  Audit

Cara membahas :  Diskusi  Presentasi dan diskusi

 Email  Pos

Data pasien Nama : Ny. F Nomor Registrasi : 01173001 Nama Klinik : Puskesmas Salaman I Terdaftar sejak :

Data Utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis / Gambaran Klinis

Pasien datang ke Puskesmas Salaman I dengan keluhan leher terasa cengeng sejak 1 minggu dan memberat 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Leher cengeng dirasakan terus menerus, terasa berat. Keluhan memberat jika pasien beraktifitas dan sedikit berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Pasien juga mengeluh pusing. Kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (-) muntah (-), mual (-), mata berdenyut (-).

Pasien juga datang untuk konsultasi hasil cek kolesterol yang dilakukan beberapa hari yang lalu. Pasien mengatakan hasil kolesterol 264. Pasien mengaku sehari-hari sering makan tumisan dan goring-gorengan. Pasien jarang

mengonsumsi buah-buahan dan jarang berolahraga.

2. Riwayat Pengobatan

1 minggu sebelumnya pasien sudah berobat, karena tekanan darah tinggi diberikan obat Captopril 25 mg diminum 2x sehari. Keluhan sempat membaik namun kemudian kambuh kembali.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit

Riwayat keluhan serupa : (+) sering kambuh-kambuhan Riwayat maag : disangkal

Riwayat hipertensi : (+) ± 5 tahun yang lalu Riwayat diabetes : disangkal

Riwayat jantung : disangkal

4. Riwayat Keluarga

Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat hipertensi : (+) ibu pasien Riwayat diabetes : disangkal Riwayat jantung : disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal dengan suami dalam 1 rumah dan mempunyai 3 orang anak. Pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien berobat dengan fasilitas BPJS.

6. Pemeriksaan Fisik A. Vital Sign Tekanan Darah : 160/80 mmHg Nadi : 90x/menit RR : 22x/menit Suhu : 36,7oC B. Status Gizi BB : 58 kg

TB : 160 cm IMT : 22,65 kg/m2

Kesimpulan : Normoweight C. Mata

TIO per palpasi kesan normal, Reflek cahaya (+|+), Pupil isokor (3mm| 3mm)

D. Hidung

Sekret (-|-), Nafas cuping hidung (-|-) E. Telinga

Sekret (-|-), Tragus pain (-|-) F. Jantung

BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-) G. Paru

SDV (+|+), RBK (-|-), RBH (-|-), Wheezing (-|-) H. Abdomen

BU (+) normal, supel, timpani, nyeri tekan (-) I. Ekstremitas

Oedem (-|-), akral dingin (-|-) J. Px Neurologis

Motorik : dalam batas normal Sensorik : dalam batas normal

Daftar Pustaka :

1. Adam JNF. Dislipidemia. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011

2. Andini, NAM. Hiperkolesterolemia. Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2015

3. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.

Hasil Pembelajaran

Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan dan penurunan dari fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (kol-total), kolesterol LDL (kol-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (kol-HDL).

Ketiganya tidak dapat dibicarakan sendiri-sendiri karena ketiganya memiliki peran yang penting dan memiliki keterkaitan yang sangat erat satu

dengan yang lainnya terhadap proses terjadinya aterosklerosis, sehingga ketiganya sering dikenal sebagai triad lipid. Klasifikasi dislipidemia dibagi menjadi dua klasifikasi, yakni :

1. Klasifikasi Europian Atherosclerosis Societ (EAS)

EAS telah menetapkan klasifikasi sederhana yang berguna untuk pemilihan terapi, yaitu hiperkolesterolemia, dislipidemia campuran, dan hipertrigliseridemia.

2. Klasifikasi WHO

Klasifikasi WHO merupakan modifikasi klasifikasi Fredrickson yang didasarkan pada pengukuran kol-total dan TG, serta penilaian secara elektroforesis subkelas lipoprotein.

Klasifikasi kedua yakni klasifikasi patogenik, membagi menjadi dislipidemia primer dan sekunder. Dislipidemia primer dapat disebabkan oleh banyak kelainan genetik, dislipidemia ini menjadi beberapa keadaan. Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit

lain, misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan lain-lain.

Diagnosis dislipidemia didapatkan dengan pemeriksaan laboraturium profil lipid plasma. Pemeriksaan ini dianjurkan pada setiap orang dewasa berusia lebih dari 20 tahun. Kadar lipid plasma yang diperiksa meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida. Apabila ditemukan hasil yang normal, maka dianjurkan pemeriksaan ulangan setiap lima tahun

NCEP ATP III pada tahun 2011 membuat suatu batasan kadar lipid plasma yang sampai saat ini masih digunakan :

Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:

1. Riwayat keluarga dengan dislipidemia 2. Obesitas

3. Diet kaya lemak

4. Kurang melakukan olahraga 5. Penggunaan alkohol

6. Merokok

7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik 8. Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan lemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah.

Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam komplikasi, antara lain:

1. Atherosklerosis

2. Penyakit jantung koroner

3. Penyakit serebrovaskular seperti strok 4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya 5. Pankreatitis akut

Dislipidemia sering disertai dengan keadaan lain yang tergabung dalam sindroma metabolik. Keadaan-keadaan tersebut antara lain :

1. Obesitas sentral

2. Resistensi insulin atau intoleransi glukosa

3. Keadaan prothrombotic seperti peningkatan fibrinogen dan plasminogen activator inhibitor di darah

4. Peningkatan tekanan darah (130/85 mmHg atau lebih)

5. Keadaan proinflamasi (seperti peningkatan high-sensitivity C-reactive protein di dalam darah)

1. SUBYEKTIF

Pasien datang ke dengan keluhan leher terasa cengeng sejak 1 minggu dan memberat 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Leher cengeng dirasakan terus menerus, terasa berat. Keluhan memberat jika pasien beraktifitas dan sedikit berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Pasien juga mengeluh pusing. Kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (-) muntah (-), mual (-), mata berdenyut (-).

Pasien juga datang untuk konsultasi hasil cek kolesterol yang dilakukan beberapa hari yang lalu. Pasien mengatakan hasil kolesterol 264. Pasien mengaku sehari-hari sering makan tumisan dan goring-gorengan. Pasien jarang mengonsumsi buah-buahan dan jarang berolahraga.

Dalam dokumen Borang f1-f6 Puskesmas Alva (Halaman 27-70)

Dokumen terkait