• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : DIALOG ANTARA AL QUR’AN DAN SAINS TENTANG DUKHAN

2. Dukhan Majazi

Dukhan yang sifatnya perumpamaan saja. Yakni dukhan yang hanya berupa hayalan dan tidak bisa dilihat secara langsung dengan mata kepala bahwa itu adalah asap sungguhan karena peliknya suatu keadaan.

Dukhan majazi ini adalah dukhan yang terjadi pada masa Rasulullah SAW. Yakni ketika itu kaum kafir Quraish ingkar terhadap dakwah Rasulullah SAW dan tidak mau mengimani kerasulannya. Maka Rasulullah SAW berdo’a kepada Allah SWT supaya Allah SWT menurunkan azab berupa tujuh tahun kekeringan seperti yang pernah menimpa kaumnya Nabi Yusuf AS. Maka Allah SWT pun memperkenankan do’a Nabi Muhammad SAW tersebut. Akhirnya kaum kafir Quraish dilanda kekeringan teramat sangat yang mengakibatkan mereka kelaparan. Saking peliknya masa tersebut sampai-sampai mereka

269 Imam Muslim, Kitab Hadis Digital 9 Imam: Shahih Muslim, Nomor 5162

memakan tulang dan bangkai. Sehingga ketika mereka menatap ke arah langit, maka seolah-olah terdapat kabut antara dia dan langit tersebut. Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Masruq

Dari Masruq dari 'Abdullah radliallahu 'anhu

Bahwa ketika orang-orang Quraisy menangguhkan untuk memeluk Islam, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendo'akan kebinasaan bagi mereka: "Ya Allah, tolonglah kami dalam menghadapi mereka dengan mengirimkan tujuh tahun (kelaparan) sebagaimana yang telah menimpa Yusuf. Maka kemudian mereka tertimpa tahun paceklik yang menghabiskan segala sesuatu hingga diantara mereka memakan tulang. Dan seseorang dari mereka ketika melihat ke langit, ia melihat antara dia dan langit seakan-akan terhalangi oleh asap (karena rasa lapar). Allah berfirman: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (QS.Ad Dukhan: 10). Allah juga berfirman: Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit sesungguhnya kamu akan kembali ingkar, (QS.Ad Dukhan: 15). Maka bagaimana adzab akan dihentikan pada hari kiamat, padahal telah berlalu bagi mereka kabut dan hantaman keras?.271

Ibnu Mas’ud RA telah sepakat bahwa untuk tafsir QS Ad Dukhan ayat 10-11 adalah dukhan bermakna majazi. Dan beliau mengatakan bahwa kabut telah berlalu. Sementara itu, Ibnu Katsir mengatakan, “Sebagian ulama’ berpendapat bahwa turunnya asap belum terjadi, sebab ia adalah salah satu tanda kiamat”. Hal ini sesuai dengan hadis Hudzaifah bin Asid al Ghiffari, sebagaimana yang telah saya paparkan di atas.

Di dalam hadis Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, juga disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Ibnu Shayyad,

“Aku menyembunyikan sesuatu. Coba tebak!” Ibnu Shayyad berkata, “Itu adalah ad-dukh...!” Mendengar jawaban itu, Rasulullah SAW bersabda, “Enyahlah. Engkau tidak akan melebihi kadar dirimu!”

Perawi hadis ini mengatakan, “Saat itu Rasulullah SAW menyembunyikan tulisan ayat

نيِبُّمَنا خ دِبََ ءَ ا مَّسلَٱيِتَ أ تََ مَ و يََ بِق تَ رَ فٱ

di tangan beliau.” Ini menunjukkan bahwa asap yang disebutkan itu adalah sesuatu yang akan terjadi. Dan Ibnu Shayyad adalah seorang yang bisa mengungkap sebagian rahasia dengan cara-cara yang bisa dilakukan para tukang ramal dengan menggunakan perantaraan kelompok jin. Jin biasanya membisikkan perkataan secara ringkas (terpotong), sehingga Ibnu Shayyad mengatakan, “Ad Dukh...,” padahal yang dia maksud adalah ad dukhan. Mendengar jawaban itu, Rasulullah SAW pun akhirnya tahu dari mana Ibnu Shayyad memperoleh bisikan, yaitu dari jin, sehingga beliau bersabda kepadanya, “Enyahlah! Engkau tidak akan melebihi kadar dirimu.”

Menurut pendapat saya berdasarkan pengamatan beberapa literatur yang ada, dukhan yang dimaksud dalam QS Ad Dukhan ayat 10-11 adalah dukhan yang bermakna hakiki, yakni dukhan yang sesungguhnya yang menjadi bagian dari tanda-tanda kiamat besar. Karena hal ini berdasarkan konteks ayat itu sendiri yang menyebutkan bahwa dukhan itu bersifat mubin, yang artinya nyata bukan sekedar hayalan belaka. Dan dukhan itu akan meliput manusia, di dalam ayat tersebut tidak ditemukan adanya taqyid (batasan) yang menjelaskan bahwa dukhan itu hanya meliputi orang-orang tertentu seperti halnya kaum kafir Quraish pada masa Nabi Muhammad SAW. Dan juga dukhan dalam ayat tersebut dijelaskan berasal dari langit, sedangkan hadis yang diriwayatkan oleh Masruq tentang dukhan itu adalah kelaparan yang menimpa kaum kafir Quraish yang asap itu disifati berasal dari bumi sebagaimana perkataannya

ناخدلا ةئيَك ضرلَا نم جريخ لعجو

(dan dijadikan keluar dari bumi seperti halnya asap). Dalam riwayat sebelumnya disebutkan, َءامسلاَنيبوَهنيبَىريَناكف َعوجلاَنمَناخلاَلثم (beliau melihat antara dirinya dan langit seperti kabut karena rasa lapar). Dengan lafad

ناخدلا ةئيَك

(seperti halnya kabut), yaitu keluar asap dari bumi yang sangat panas disebabkan tidak turunnya hujan, dan mereka melihat antara mereka dengan langit seperti kabut, karena sangat lapar. Adapun yang keluar dari bumi itu hanyalah berupa hayalan mata mereka, karena rasa lapar itu. Ibnu Katsir dalam kitabnya An Nihayah fi Al Fitan wal Malahim, beliau mengatakan kalau pendapat tersebut asing sekali dan tidak dinukil semisalnya dari salah seorang sahabat yang lainnya. Dan sebagian besar ulama’ mutakhir juga menolak pendapat tersebut berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abi Syuraih Hudzaifah bin Asid Al Ghiffari tentang tanda-tanda kiamat.

Berkaitan dengan hadis riwayat Masruq ini menunjukkan tentang asbabun nuzul ayat tersebut, namun hakikat dzahir maksud dari QS ad Dukhan ayat 10-11 adalah kabut yang menjadi bagian dari tanda-tanda kiamat besar seperti halnya yang dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Namun, meskipun demikian tidak dapat disangkal bahwa dukhan itu sudah terjadi di masa lalu walaupun hanya berupa hayalan seperti yang dikatakan Ibnu Mas’ud dalam hadisnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kemunculan asap memang telah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Adapun kemunculan asap yang dimaksud sebagai tanda-tanda besar datangnya kiamat masih merupakan misteri. Jadi, ada kemungkinan bahwa terdapat dua kali kemunculan asap itu: salah satunya telah terjadi, sedangkan yang satu lagi akan terjadi kelak

dikemudian hari dan memenuhi langit dan bumi. Inilah maksud dari dzahir ayat 10-11 surat ad Dukhan ini.

Dokumen terkait