a. Dukungan Emosional
Partisipan adalah ayah dari An.N sendiri. Bapak B mengatakan bahwa selalu meluangkan waktu untuk memberikan perhatian untuk An.N. Akan tetapi
64 partispan mengatakan bahwa Ibu dari An.N tidak pernah datang dan meluangkan waktu untuk An.N dikarenakan harus mengurus anak-anaknya yang lain.
P:Jadi om, bagaimana keluarga meluangkan waktu untuk memberikan perhatian par An.N?
Bpk.B:Tiap hari nona. Yang om su jelaskan kamareng tu. Bawa makanan par dia tiap pagi deng sore. Keluarga yang lain sering datang (III.994-995).
(P:Bagaimana keluarga meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada An.N) (Bpk.B:Setiap hari saya datang. Yang sudah saya jelaskan kemarin, saya datang membawa makanan untuk N saat pagi dan sore hari. Keluarga yang lain juga sering datang lihat An.N).
P:Trus bagaimana deng tanta? Tanta seng datang lia N disini om?
Bpk.B:Tanta ada urus N pung adi-adi lai, dong kalo pulang skolah kan harus ada makanan par dong makan, tanta harus lia dong. Tanta juga harus bajual tiap hari to, jadi kalo ada waktu tanta datang lia N di RS (III.1004-1005)
(P:Bagaimana dengan tante? Apakah tante tidak datang menjenguk An.N di RS?)
(Bpk.B:Tante mengurusi adik-adiknya An.N. Mereka kalau pulang sekolah haraus ada makan untuk mereka makan, tante harus lihat mereka. Tante juga harus berjual setiap hari, jadi kalau ada waktu tante datang besuk An.N di RS).
Dalam hal memberikan dukungan, bapak B merasa sudah memberikan yang terbaik untuk
65 anaknya An.N dengan selalu mengingatkan An.N untuk membersihkan diri, mengingatkan An.N dengan hal-hal yang menyenangkan serta keluarga sering menanyakan perasaan yang dimiliki oleh An.N.
P:Dalam memberikan dukungan untuk N apakah om merasa bahwa sudah memberikan yang terbaik? Bpk.B:Iya. Memberikan dukungan om merasa sudah berusaha memberikan yang terbaik (III.1014-1015)
(P:Apakah om merasa bahwa dalam memberikan dukungan sudah melakukan yang terbaik?)
(Bpk.B: Iya. Memberikan dukungan saya merasa sudah berusaha memberikan yang terbaik).
P:Apakah om sering mengingatkan N untuk membersihkan diri dua kali sehari om?
Bpk.B:Iya. Selalu nona, setiap kali om jenguk N om selalu kasih ingat untuk mandi, sisir rambut deng pake baju yang bersih (III.1018-1020).
(P:Apakah om sering mengingatkan An.N untuk membersihkan diri dua kali sehari om?) (Bpk.B:Iya. Selalu nona (peneliti), setiap kali saya jenguk An.N saya selalu mengingatkannya untu mandi, sisir rambut, dan memakai baju yang bersih).
P:Apakah om selalu mengingatkan N dengan hal-hal yang menyenangkan om?
Bpk.B:Iya, om bilang minum obat supaya sehat, keluar lalu papa beli se hape (III.1034-1035).
(P:Apakah om selalu mengingatkan An.N dengan hal-hal yang menyenangkan?)
66 (Bpk.B:Iya. Saya bilang minum obat supaya sehat, keluar dan papa beli handphone untuk kamu).
P:Dari om, tanta deng keluarga besar ada yang menanyakan N pung perasaan saat ini kaseng om saat berada di RS?
Bpk.B:Iya om sering tanya deng om sering kasi kuat dia pung perasaan supaya dia cepat sembuh, supaya cepat pulang, jangan pikir-pikir kasana kamari, bagitu nona (III.153-155).
(P:Dari keluarga besar adakah yang menanyakan perasaan yang dimiliki oleh An.N saat berada di RS?)
(Bpk.B:Iya, om sering bertanya tentang perasaannya dan om sering menguatkan perasaannya agar dia cepat sembuh, cepat pulang, dan jangan banyak berpikir).
b. Dukungan Informasi
Keluarga mengerti dengan kondisi An.N yang sangat membutuhkan bantuan, nasihat, dorongan, dan petunjuk. Partisipan mengatakan sudah berulang kali memberikan nasihat dan arahan kepada An.N.
P:Apakah keluarga juga mengingatkan N minum obat secara teratur kaseng om?
Bpk.B:Iya nona. Om kalo datang om tanya su minum obat kablom. Kata sudah. Om jaga tanya mantri, suster kalo N ni su minum obat batul kaseng (III.1024-1025).
(P:Apakah keluarga juga mengingatkan An.N minum obat secara teratur?)
67 (Bpk.B:Iya nona (peneliti). Saya kalau datang saya tanya, sudah minum obat atau belum. Saya juga tanya mantri, suster kalau An.N betul minum obat atau tidak?).
P:Om selalu mengarahkan N untuk selalu menjaga kesehatan dengan berpola hidup bersih kaseng om? Bpk.B:Iya. Om itu jaga bilang mandi, sisir rambut pake baju yang bersih yang om su bilang tadi (III.1029-1030).
(P:Apakah om selalu mengarahkan An.N untuk selalu menjaga kesehatan dengan berpola hidup bersih atau tidak?)
(Bpk.B:Iya. Saya selalu bilang mandi, sisir rambut, pakai baju bersih yang sudah saya sampaikan tadi).
Keluarga juga sudah memberitahukan An.N tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatannya serta menyarakan An.N untuk belajar tentang hal-hal yang baru, menonton televisi atau melihat media massa lainnya. Akan tetapi partisipan mengakui bahwa, semuanya terbatas. Karena televisi hanya berada di ruang perawat.
P:Apakah keluarga memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan N punya kesehatan om?
Bpk.B:Iya nona. P:Seperti apa om?
Bpk.B:Om hanya kasi ingat tarus supaya mandi setiap hari pagi deng sore, rajin minum obat supaya cepat sembuh lalu mau kaluar (III.178-185).
68 (P:Apakah keluarga memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatannya An.N?) (Bpk.B:Iya nona (peneliti)
(P:Seperti apa om?)
(Bpk.B:Saya selalu mengingatkanya untuk mandi setiap hari pagi dan sore, rajin minum obat supaya cepat sembuh dan mau keluar dari RS).
P:Ada yang dari keluarga selalu mengingatkan N belajar hal yang baru atau menonton tv kah atau membaca koran?
Bpk.B:Iya nona, cuma seng ada tv untuk pasien mau nonton, hanya ada di ruang suster deng mantri di dalam saja. (III.1088-1090).
(P:Adakah diantara keluarga yang selalu mengingatkan An.N untuk belajar hal yang baru atau menonton televisi atau membaca koran?)
(Bpk.B:Iya nona (peneliti), cuma tidak ada telvisi untuk pasien nonton, hanya ada di ruang suster dan mantri saja)
c. Dukungan Instrumental
Untuk membantu kesembuhan An.N, keluarga selalu membantu An.N dalam berinteraksi dengan orang lain saat berada di RS.
P:Keluarga sering mengajak N berinteraksi dengan orang lain kaseng om?
Bpk.B:Sebelum N saki jiwa, tadi om su bilang dia pi iko dia tamang yang bidan desa itu baku bantu, pi pengajian, acara-acara deng kegiatan desa juga ikut jadi interaksi baik dengan warga. Kalo yang sakarang ini, om jaga datang lia dia dudu carita deng suster
69 deng mantri, om kasih tinggal saja supaya bertukar pikiran deng pendapat to (III.1119-1120).
(P:Keluarga sering mengajak An.N berinteraksi dengan orang lain atau tidak?)
(Bpk.B:Sebelum N sakit jiwa, tadi saya sudah sampaikan N pergi ikut temannya yang bidan desa itu membantu temannya, pergi pengajian, mengikuti acara-acara dan kegiatan di desa. Jadi interaksi baik dengan warga. Kalau sekarang ini, saya datang terus lihat N sementara duduk bercerita dengan suster dan mantri, saya membiarkannya saja agar supaya dapat bertukar pikiran dan pendapat juga). Dalam memenuhi semua kebutuhan hidup An.N, partisipan dan keluarga menyediakan semua kebutuhan An.N baik itu peralatan membersihkan diri, pakaian maupun makanan.
P:Lalu bagaimana dengan peralatan membersihkan diri bagi N om?
Bpk.B:Peralatan membersihkan diri itu om bawa dari rumah kasi par dia di RS. Supaya dia rajin mandi, rajin sisir rambut, deng om suruh pake pakaian yang bersih (III.1109-1110).
(P:Bagaimana denan peralatan membersihkan diri bagi An.N om? Apakah om bawa sendiri atau dari pihak RS yang menyediakan semuanya?).
(Bpk.B:Peralatan membersihkan diri itu, saya bawa dari rumah dan memberikannya untuk An.N di RS. Supaya dia rajin mandi, rajin sisir rambut, dam saya menyuruhnya menggunakan pakaian yang bersih).
P:Jadi om juga bawa N pung pakaian yang bersih kah om?
70 Bpk.B:Iya nona. Om bawa pakaian par dia. Nanti dia pakaian kotor om bawa pulang par tanta dirumah bacuci (III.1114-1115).
(P:Apakah om juga membawa pakaian yang berih untuk An.N?)
(Bpk.B:Iya nona (peneliti). Saya membawanya pakaian. Pakaian kotornya saya bawa pulang untuk tante basuh pakaian kotor An.N dirumah).
d. Dukungan Penghargaan
Partisipan bapak B merasa senang jika An.N bisa melakukan hal-hal yang baik dan benar dan bapak B selalu memberikan apresiasi kepada An.N, misalnya dengan memberikan suatu pujian.
P:Kalo N minum obat teratur, biasanya om memuji N kaseng?
Bpk.B:Om bilang N pintar, kalo minum obat, sembuh, kaluar om bali hape (III.1134-1135).
(P:Kalau An.N minum obat teratur, biasanya om memberikan pujian untuk N tidak?).
(Bpk.B:Saya bilang An.N itu pintar, kalau minum obat, sembuh, keluar saya belikan hape).
P:Atau saat N melakukan hal yang benar, om dong memberikan hadiah par N kaseng?
Bpk.B:Iya nona. Kalo melakukan hal yang benar kaya minum obat teratur, makan teratur, semuanya teratur om bilang beso om bawa makanan yang paling N suka (III.1139-1140).
71 (P:Saat An.N melakukan hal yang benar, apakah om memberikan hadiah untuk N?) (Bpk.B:Iya nona (peneliti). Kalau melakukan hal yang benar seperti minum obat teratur, makan teratur, semuanya teratur, saya bilang besok saya bawa makanan yang paling An.N suka).
Dengan keadaan yang dialami An.N, keluarga bapak B tidak mengasingkan An.N dari keluarga dan tidak menganggap An.N merupakan aib dari keluarga. Akan tetapi, bapak B selalu memberikan dorongan untuk An.N dan selalu menyemangatinya disaat An.N sedang sedih.
P:Dengan N ada di RS, apakah keluarga mengasingkan N dari om dong pung keluarga?
Bpk.B:Seng ada nona. Om sayang om pung ana-ana samua. Jadi om seng pernah mengasingkan sapa-sapa. Om pung keluarga deng tanta pung keluarga kalo datang lia dia jua, dong sayang dia. Dong seng mengasingkan dia dari dong pung kehidupan keluarga. Kalo katong mengasingkan dia, seng mungkin katong datang jenguk dia disini to. Apalai om yang datang jenguk dia tiap hari ni nona (III.1124-1125).
(P:Apakah keluarga mengasingkan An.N dari kehidupan keluarga?)
(Bpk.B:Tidak nona (peneliti). Saya sayang anak-anak saya semuanya. Jadi saya tidak pernah mengasingkan diantara anak-anak saya. Keluarga besar An.N dari saya dan dari Ibunya An.N kalau mereka datang besuk An.N, mereka menyayanginya. Mereak tidak mengasingkan dia dari kehidupan keluarga. Kalau kami mengasingkannya, tidak mungkin
72 kami datang jenguk An.N di RS. Apalagi saya yang datang jenguk An.N setiap hari).
P:Atau om, ada yang menganggap N ini merupakan aib dari om pung keluarga, entah itu om pung keluarga besar atau tanta pung keluarga besar.
Bpk.B:Seng nona. Om deng tanta sayang dia, keluarga lain juga sayang dia. Seng ada yang anggap kalo dia itu aib dari keluarga kami. Seng ada (III.1128-1130).
(P:Adakah yang menganggap An.N merupakan aib dari keluarga besarnya om dan tante?) (Bpk.B:Tidak nona (peneliti). Saya dan tante sayang An.N, keluarga lainnya juga sayang dia. Tidak ada yang menganggap kalau N itu aib dari keluarga kami. Tidak ada).
P:Apakah keluarga selalu menyemangati N saat N sedang sedih om?
Bpk.B:Iya. Saat dia sedih pasti om tanya kanapa. Om kasi semangat dia, supaya jang sedih jang nanti biking dia par tamba pikiran lai to (III.1149-1150).
(P:Apakah keluarga selalu menyemangati An.N saat An.N sedang sedih?)
(Bpk.B:Iya, saat An.N sedih pasti om akan tanya kenapa?. Saya memberikannya semangat agar jangan sedih jangan sampai buat An.N menjadi pikiran lagi).
P:Apakah keluarga memberikan dorongan buat N supaya cepat sembuh om?
Bpk.B:Iya nona. Itu pasti. Karna om juga mau dia cepat keluar dari RS. Sudah dua tahun ini skarang dia ada di RS. Om deng tanta juga berdoa par dia selalu (III.1164-1165).
(P:Apakah keluarga memberikan dorongan untuk An.N supayacepat sembuh)
(P:Iya nona (peneliti). Karena saya juga mau An.N cepat keluar RS. Sudah dua tahun An.N
73 ada di RS. Saya dan tante juga selalu berdoa untuk An.N).
4.4 Pembahasan
Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor kunci dalam penyembuhan klien penderita gangguan jiwa. Walaupun anggota keluarga tidak selalu merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka paling sering menjadi bagian penting dalam penyembuhan (Kumfo, 1995 dalam Videback, 2008). Jadi keluarga sangat berperan penting dalam memberikan berbagai dukungan bagi penyembuhan klien. Salah satu nilai keluarga yang penting adalah menganggap keluarga sebagai tempat untuk memperoleh kehangatan, dukungan, cinta, dan penerimaan (Friedman, 1998). Dukungan sosial yang diberikan menguatkan kepercayaan diri, dan harga diri klien serta sebagai penguatan secara interpersonal terutama dalam menyelesaikan masalah (Videback, 2008).
Komponen-komponen dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dukungan penghargaan (Menurut Cohan dan Mc Kay, (1984) dalam Niven, 2000)). Menurut Brehm dan Kassin (1993) pemberian kasih sayang merupakan salah satu bentuk
74 dukungan sosial yang berupa bantuan fisik, yaitu interaksi mendalam yang mencakup pemberian kasih sayang dan kesediaan mendengarkan permasalahan. Dalam dukungan emosional hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kasih sayang, perhatian, kepedulian dan empati (Yosep, 2007). Jadi, dukungan kasih sayang dari keluarga sangat dibutuhkan dalam proses pemulihan. Keberadaan keluarga dapat membuat rasa aman dan nyaman sehingga menambah kepercayaan diri karena meyakini bahwa ada keluarga yang selalu mencintai, memperhatikannya dan selalu siap untuk memberi dukungan.
Pada ketiga riset partisipan dari hasil penelitian ini adalah keluarga tidak memberikan dukungan emosional secara maksimal kepada klien. Dari hasil wawancara yang menjadi alasan keluarga tidak bisa memberikan perhatian, kasih sayang, dan kepedulian yang maksimal adalah sebagian anggota pada partisipan I dan III keluarga terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan partisipan II sebagian anggota keluarga tidak memberikan dukungan dikarenakan faktor ekonomi dan jarak tempuh yang jauh sehingga bentuk kepedulian dan kasih sayang yang ditunjukan kepada klien yaitu hanya dilakukan sebagian anggota keluarga yang selalu menjenguk klien di RS setiap hari dan membawa makanan serta pakaian bersih kepada klien. Jika fokus keluarga dalam
75 memberikan kasih sayang dan bentuk kepedulian hanya dalam memberikan makanan dan memberikan pakaian yang bersih maka hal itu tidak akan adanya pemulihan secara bertahap kepada klien, karena tidak adanya hubungan langsung secara pribadi.
Dalam hasil penelitian ketiga riset partisipan yang anggota keluarganya menderita gangguan jiwa, tidak mengalami adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini juga karena dukungan emosional yang tidak bisa maksimal diberikan oleh keluarga kepada klien, seperti yang diungkapkan oleh Buchanan (1995) bahwa individu yang mendapat dukungan emosional telah terbukti jauh lebih sehat daripada individu yang tidak mendapat dukungan (dalam Videback, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Papastavrou (2010) bahwa merawat individu dengan gangguan jiwa adalah situasi yang sangat kompleks yang dapat mengakibatkan emosional, fisik, beban sosial, dan ekonomi bagi keluarga. Dengan beban yang dirasakan keluarga, dapat mempengaruhi keluarga dalam memberikan pelayanan, keluarga tidak bisa memberikan dukungan yang efesien untuk memberikan layanan yang memuaskan. Dalam hasil penelitian pada riset partisipan I, II dan III dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan
76 jiwa, tidak bisa dilakukan dengan maksimal dan efisien dikarenakan anggota keluarga yang lain sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dan juga faktor ekonomi serta jarak yang jauh, mengakibatkan sebagian anggota keluarga tidak dapat merawat dalam memberikan dukungan emosional pada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.
Pada pasien gangguan jiwa lingkungan keluarga berperan dalam merawat untuk meningkatkan keyakinan pasien akan kesembuhan dirinya, peran keluarga yang baik dengan memberikan motivasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi diri, karena dengan suasana di dalam keluarga yang mendukung maka akan menciptakan perasaan positif dan perasaan berarti bagi klien itu sendiri (Nurdiana, 2007). Peran keluarga dalam menangani anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa mempunyai peran yang diharapkan dapat dilakukan untuk meningkatkan optimalisasi kesembuhan pasien. Keluarga merupakan bagian dari tim pengobatan dan perawatan. Peran keluarga penting untuk memantau kebutuhan pasien. Tugas keluarga biasanya memenuhi kebutuhan harian yang tidak bisa dipenuhi pasien secara mandiri (Marsh., dkk, 2012).
77 Knisely dan Northouse (1994) dalam Videback (2008) mengungkapkan dengan meminta serta menerima dukungan sosial keluarga ketika penderita membutuhkan, merupakan langkah vital dalam proses penyembuhan. Dukungan sosial yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Oleh karena itu, sangat diperlukan dukungan dari keluarga berupa nasihat ataupun arahan, supaya dapat membantu dalam proses pemulihan secara bertahap.
Menurut Cohan dan Mc Kay, (1984) dalam Niven, (2000) dukungan informasi meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah yang dihadapi klien di rumah atau rumah sakit jiwa, memberikan nasihat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Dalam penelitian ini, riset partisipan I, II dan III memberikan nasihat atau arahan untuk minum obat, makan secara teratur, mengingatkan klien untuk menjaga kesehatan dengan berpola hidup bersih. Akan tetapi belum ada perubahan dalam pemulihan terhadap klien, namum ketiga riset partisipan tetap memberikan nasihat dan dukungan kepada klien setiap berkunjung ke RS, sekalipun hanya riset partisipan seorang diri yang memberikan dukungan kepada klien.
78 Pentingnya peran keluarga dalam gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu melalui hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Kedua, keluarga merupakan “institusi”
pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982). Menurut Stuart dan Sundeen (1995) dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah, jika ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. Dari hasil penelitian ketiga partisipan memiliki pengalaman yang sama dalam memberikan motivasi dan nasihat, dimana semua partisipan memberikan dukungan terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dalam hal ini, dukungan yang sudah diberikan oleh keluarga termasuk dukungan untuk selalu minum obat, makan teratur, menjaga kesehatan dan lainnya. Jadi untuk pemulihan secara bertahap keluarga harus terus memberikan motivasi atau dukungan secara perlahan.
Dukungan Instrumental meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan material berupa bantuan nyata (Instrumental Support atau Material
79 Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah kritis, termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu menyelesaikan masalah (Cohan dan Mc Kay, (1984) dalam Niven (2000)). Dalam penelitian ini, partisipan I, II, dan III selalu menyediakan semua kebutuhan klien. Dalam membantu kesembuhan anggota keluarga yang sakit ketiga partisipan selalu mendukung, hal ini dikarenakan partisipan sebagai pemberi dukungan ingin agar anggota keluarganya cepat sembuh dan cepat keluar dari RS. Dalam hal ini keluarga menyediakan semua kebutuhan klien dari peralatan membersihkan diri, memberikan pakaian yang bersih serta memberikan barang yang disukai oleh klien.
Setiap satu kegiatan yang klien bisa lakukan, penilaian positif sangat penting diberikan guna untuk membangun kepercayaan diri, akan tetapi dari semua dukungan yang diberikan keluarga, dukungan penghargaan atau penilaian adalah hal yang paling jarang diberikan. Hal ini disebabkan keluarga merasa tidak terbiasa untuk mengungkapkannya (Wurtiningsih, 2012). Dalam dukungan penghargaan tugas keluarga adalah keluarga bertindak sebagai sebuah umpan
80 balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah sebagai sumber dan validator sementara. Menurut House penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang berpengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif (dalam Setiadi, 2008). Untuk itu, penilaian yang positif sangat penting diberikan keluarga kepada klien gangguan jiwa untuk membantu dalam proses pemulihan secara bertahap.
Ketiga riset partisipan mengatakan jika klien melakukan hal yang benar atau minum obat secara teratur maka mereka selalu memberikan pujian. Bahkan partispan III mengatakan, jika minum obat teratur dan sembuh maka akan diberikan handphone hal itu dilakukan untuk membuat klien merasa senang agar klien selalu minum obat. Memberikan umpan balik terhadap gangguan jiwa hal itu merupakan menguatkan upaya klien untuk berinteraksi dengan orang lain dan memberikan informasi yang positif yang spesifik tentang perbaikan perilaku, dengan adanya penilaian positif dapat meningkatkan tingkat harga diri. Selain itu juga, memberikan pujian terhadap orang lain dapat meningkatkan perasaan yang positif (Videback, 2008).