• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Network Planning pertama kali ditemukan pada tahun 1957 pada saat US Navy menghadapi masalah yang cukup rumit dalam merencanakan penembakan peluru kendali jenis Polaris. Pada saat itu jaringan kerja yang dipakai adalah PERT (Project Evaluation and Review Technique). Kemudian pada tahun 1958 perusahaan bahan kimia Du Pont di USA menemukan metode CPM (Critical Path Method), dalam memecahkan kesulitan-kesulitan proses fabrikasi. Metode CPM yang ditemukan tersebut berupa diagram network yang hampir sama dengan PERT.

Sejak saat itu Network Planning mulai dan dipakai dalam berbagai bidang kegiatan antara lain militer, perusahaan, pekerjaan-pekerjaan teknik, administrasi dan sebagainya. Prinsip Network Planning adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network. Analisis network adalah kontrol penyelesaian-penyelesaian proyek yang efisien ditinjau dari segi waktu dan biaya dan juga mempertinggi efisiensi kerja baik manusia maupun alat.

Adapun keuntungan penggunaan Network Planning dalam proyek adalah:

a. Merencanakan, menjadwal, dan mengawasi proyek secara logis. b. Menguraikan proyek secara menyeluruh tetapi juga mendetail.

c. Mengkomunikasikan rencana penjadwalan dan alternatif-alternatif lain penyelesaian proyek dengan tambahan biaya.

d. Mengawasi proyek dengan lebih efisien karena hanya jalur-jalur kritisnya saja yang perlu kosentrasi pengawas tetap.

Di samping itu analisis Network Planning juga membantu dalam: a. Penjadwalan pekerjaan yang lebih efisin.

b. Pembagian secara merata waktu, tenaga, dan biaya.

c. Penjadwalan kembali bila ada keterlambatan penyelesaian. d. Menentukan trade off antara waktu dan biaya.

e. Membuka probabilitas lain untuk penyelesaian proyek. f. Merencanakan proyek yang kompleks.

Simbol-simbol dan istilah dalam Network Planning merupakan gambaran grafis dari rangkaian aktivitas suatu rencana produksi. Definisi dan simbol-simbol yang dipakai antara lain:

: arrow : menyatakan aktifitas/job/kegiatan dari bagian proyek yang waktu, sumber, keadaan awal dan keadaan akhirnya sudah tertentu.

: dummy : merupakan aktifitas semu, penghubung peristiwa (yang menyatakan ketergantungan aktifitas selanjutnya) dan tidak memakan waktu.

: node : event/lingkungan yang menyatakan saat mulai dan berakhirnya suatu aktifitas.

Sebelum menggambarkan tentang aktifitas, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam network planning adalah:

a. Panjang panah tidak menunjukkan panjang/lama waktu penyelesaian pekerjaan.

b. Aktifitas-aktifitas yang mendahului (Predesesor) dan aktifitas-aktifitas yang mengikuti (Suksesor).

c. Aktifitas-aktifitas yang dilakukan bersama-sama.

d. Aktifitas-aktifitas yang sudah ditentukan saat mulai atau berakhirnya biaya dari aktifitas tersebut.

Beberapa aturan dasar dalam logika pembuatan Network Planning adalah:

a. Sebelum suatu aktivitas dapat dimulai, keseluruhan aktifitas yang mendahului harus sudah dikerjakan.

b. Tanda anak panah hanya menunjukkan logika ketergantungan, panjang dan kemiringannya tidak mempunyai arti.

c. Nomor event tidak boleh sama dan biasanya dimulai dari nomor event yang terkecil dengan penulisan dari sebelah kiri.

d. Antara dua event tidak boleh terjadi lebih dari satu aktifitas secara langsung, suatu network hanya memiliki satu initial dan satu terminal event.

Beberapa notasi yang biasa dipakai dalam Network Planning adalah antara lain:

a. Aktifitas I-j : aktifitas bagi event pendahulu (Predecessor Event) I dan event pengikut (Successor Event) j.

b. Tij : skala waktu pelaksanaan aktifitas (I-j).

c. TEi : saat paling awal yang mungkin untuk terjadinya event i. d. TLi : saat paling akhir yang diizinkan untuk terjadinya event i. e. ESij : saat paling awal dimulainya aktifitas i-j.

f. EFij : saat paling awal berakhirnya aktifitas i-j. g. LSij : saat paling lambat dimulainya aktifitas i-j. h. LFij : saat paling lambat berakhirnya aktifitas i-j. i. TFij : kelonggaran total (Total Float) aktifitas i-j. j. FFij : klonggaran bebas (Free Float) aktifitas i-j. k. IFij : interfering float aktifitas i-j.

Sedangkan perhitungannya sebagai berikut: a. ESjk = EFij b. EFij = ESij + t ij c. LFij = LSjk d. LSij = LFij - t ij e. EFij = TEj f. LFij = TLj g. ESij = TEi h. LSij = TLi

Float adalah waktu kelonggaran atau waktu yang diijinkan untuk bisa terlambat dari suatu aktifitas. Float terdapat pada aktifitas-aktifitas yang tidak terdapat di lintas kritis. Ada tiga jenis float, yaitu:

a. Total Float

Adalah sejumlah waktu untuk penundaan atau wakru yang diizinkan untuk bisa terlambat yang terdapat pada suaru aktifitas, dimana terlambatnya penyelesaian akktifitas tersebut sampai sebesar total floatnya tidak menyebakkan tertundanya penyelesaian proyek secara keseluruhan.

TFij = TLj – (TEi +tij) b. Free Float

Adalah sejumlah waktu untuk penundaan atau waktu yang diizinkan untuk bisa terlambat yang terdapat pada suatu aktifitas dimana terlambatnya penyelesaian aktifitas tersebut sampai sebesar waktu free floatnya tidak menyebabkan tertundanya dimulainya aktifitas yang langsung mengikuti. FFij = TEj – (TEj + tij)

c. Interfering Float

Adalah perbedaan antara besarnya total float dengan free float dalam suatu aktivitas.

IFij = TFj – (TEj + tij)

Lintasan kritis (Critical Path) didefinisikan sebagai lintasan yang membutuhkan waktu penyelesaian yang paling lama sehingga waktu penyelesaiannya merupakan waktu penyelesaian proyek. Lintasan kritis terjadi dari aktivitas-aktivitas kritis. Suatu aktivitas dikatakan kritis jika memenuhi syarat:

a. TEi = TLi b. TEj = TLj

Ketiga kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas yang kritis harus tidak punya float. Hal ini berarti aktivitas yang memiliki total float sama dengan nol adalah aktivitas kritis.

3. Diagram preseden

Diagram preseden (Precedence Diagram) pada hakekatnya merupakan penyempurnaan diagram panah. Diagram preseden memiliki cirri-ciri sebagai berikut (Nugraha, 1985):

a. Aktifitas tidak lagi dinyatakan sebagai panah (arrow), melainkan dimasukkan sebagi Node, lingkaran (circle) atau kotak (block).

b. Anak panah/garis penghubung tidak mempunyai durasi, sehingga pada diagram precedence tidak diperlukan aktifitas dummy lagi sehingga diagram menjadi lebih bersih.

Sebagai kunci dari block atau node dapat dilihat dari tabel berikut: Table 2.1 Kunci Pada Diagram Pr eseden

ES ID EF

Label

LS DUR LF

Sumber : Nugraha, 1985

Keterangan:

a. ES (Ealiest Start Time)

Adalah waktu mulai paling awal kegiatan b. ID

Adalah kurun waktu suatu kegiatan. c. EF (Earliast Finish Time)

Adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan. d. LS (Lastest Allowable Start Time)

Adalah waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan. e. Dur

Adalah kurun waktu suatu kegiatan. f. LF (Lastest Allowable Finish Time)

Adalah waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

Macam-Macam Hubungan Antar Aktivitas (Soeharto, 1999) a. Konstrain Finish to Start

Memberikan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Perumusannya adalah FS(i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai.

b. Konstrain Start to Start

Memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Perumusannya adalah SS(i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai.

c. Konstrain Finish to Finish

Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Perumusannya adalah FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai.

d. Konstrain Start to Finish

Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Perumusannya adalah SF(i-j) = d yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai.

Jalur Dan Kegiatan Kritis a. Hitungan maju

Perumusannya adalah sebagai berikut:

1) ES(j) = pilih angka terbesar dari ES(i) + SS(i-j) atau ES(i) + SF(i-j) – D(j) atau EF(i) + FS(i-j) atau EF(i) +FF(i-j) – D(j).

2) EF(j) = FS(j) + D(j) b. Hitungan mundur

Perumusannya adalah sebagai berikut:

1) LF(i) = pilih angka terkecil dari LF(j) – FF(i-j) atau LS(j) – FS(i-j) atau LF(j) – SF(i-j) + D(i) atau LS(j) – SS(i-j) + D(j)

2) LS(i) = LF(i) – D(i)

Jalur dan kegiatan kritis PDM mempunyai sifat sama seperti CPM yaitu : a. ES = LS

b. EF = LF c. LF – S = D

d. Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis maka kegiatan tersebut secara utuh dianggap kritis.

2.2 Metode PERT

Pada sistem yang waktu penyelesaian pekerjaanya mempunyai ketidakpastian yang tinggi cara yang terbaik untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan sekumpulan waktu yang menambahkan dengan estimasi waktu terbaik, estimaasi

waktu terburuk, dan estimasi waktu yang paling mungkin. Untuk kondisi seperti ini PERT digunakan.

Perhitungan ekspektasi waktu pada operasi PERT adalah sebagai berikut :

Te =

Di mana :

te = waktu ekspektasi m = kemungkinan yang paling mungkin a = kemungkinan terbaik

b = kemungkinan terburuk

Ketentuan-ketentuan umum dari PERT adalah :

1. Semua sistem dari PERT didasarkan pada perkiraan waktu.

2. Untuk menentukan besarnya kemungkinan waktu penyelesaian suatu program dalam waktu yang telah ditetapkan maka diperluakan pengertian tentang standar deviasi.

Adapun langkah-langkah perhitungan standar deviasi adalah sebagai berikut : 1. Mengitung standar deviasi untuk tiap-tiap aktifitas.

2. Menghitung waktu ekspektasi untuk tiap-tiap aktifitas serta waktu tercepat yang diharapkan untuk event akhir dari network planning.

3. Standar deviasi untuk aktifitas yang mempunyai hubungan seri adalah dengan menarik akar untuk jumlah deviasi tiap-tiap aktifitas dipangakat dua.

2.3 Metode CPM

Critical Path Method (CPM) asal mulanya dikembangakan untuk menyelesaikan masalah-masalah penjadwalan pada perangkat industri. Oleh karena

itu tujuan utamanya ditekankan pada biaya dari jadwal proyek dan bagaimana meminimalkannya. Selanjutnya tidak seperti PERT, CPM memakai data-data yang deterministik. Oleh karenanya variasi dari waktu aktifitasnya tidak dihasilkan dari faktor random, tetapi direncanakan dan diekspetasi dari sumber-sumber yang dipakai.

Faktor-faktor penting yang ikut mempengaruhi CPM antara lain adalah: 1. Proyek harus didefinisikan dengan jelas.

2. Ada satu organisasi yang dominan dalam proyek. 3. Ketidak pastiannya relatif kecil.

4. Terdapat satu lokasi geografis untuk satu proyek.

CPM membantu perencanaan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam proyek dimana aktifitas-aktifitas harus dilaksanankan dalam rangkaian tertentu. Kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam CPM antara lain adalah: 1. Mengidentifikasi kegiatan kritis yang membutuhkan perhatian khusus dari

manajemen.

2. Membantu dalam estimasi waktu total minimal yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek.

3. Mempersiakan suatu perencanaan dan ketentuan manajemen dan prosedur komunikasi yang kompleks dengan staf dan sumber-sumber yang dibutuhkan. 4. Mempersiapkan pembentukan Gantt Chart

2.4 Crash Program

Beberapa aktifitas dalam CPM dapat dipercepat atau direduksi waktu penyelesaiannya jika persediaan sumber daya berlebih (manusia, mesin, uang dsb).

Biaya untuk menyelesaikan pekerjaan itu menjadi bertambah, tertapi keuntungannya meningkat dengan penambahan biay tersebut karena waktu pengerjaannya dapat dipercepat. Jika waktu aktifitas tidak dipercepat maka kondisi demikian dinamakan kondisi normal. Umumnya hanya aktifitas-aktifitas yang berada pada jalur kritis saja yang dilakukan percepatan karena percepatan waktu penyelesaian diluar jalur kritis tidak akan mengurangi waktu penyelesain proyek secara keseluruhan.

2.5 Analisis Time Cost Trade Off

Dalam perencanaan awal suatu proyek disamping variabel waktu dan sumber daya, maka variabel biaya tak dapat dikesampingkan. Biaya merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen, dimana biaya yang mungkin timbul harus dikendalikan seminimal mungkin. Pengendalian biaya harus memperhatikan faktor waktu, karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya-biaya proyek yang bersangkutan atau aktifitas pendukungnya.

Sering terjadi suatu proyek harus diselesaikan lebih cepat dari waktu normalnya. Dalam hal ini pimpinan proyek (Project Manager) dihadapkan kepada masalah bagaimana mempercepat penyelesaian proyek dengan biaya yang minimal. Oleh karena itu perlu dipelajari terlebih dahulu hubungan antara waktu dan biaya. Dan analisis mengenai pertukaran antara waktu dan biaya atau Analisis Time Cost Trade Off (TCTO Analysis).

2.5.1 Hubungan Optimasi Waktu dan Biaya

Seperti telah diketahui, dalam manajemen proyek dikenal dua macam biaya proyek, yaitu:

1. Biaya langsung (Direct Cost)

Adalah semua biaya yang terlibat secara langsung di dalam aktivitas-aktivitas proyek. Biaya langsung terdiri dari:

a. Biaya penyiapan lahan.

b. Biaya pengadaan peralatan utama

c. Biaya merakit dan memasang peralatan utama. d. Biaya pemipaan.

e. Biaya pengadaan alat-alat listrik dan instrumen.

f. Pembangunan gedung perkantoran, pusat pengendalian operasi, gudang, dan bengunan civil lainnya.

g. Biaya pembangunan fasilitas pendukung. h. Biaya pembebasan tanah.

2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Adalah semua biaya proyek yang tidak dapat dinyatakan keterlibatannya secara langsng di dalam aktivitas-aktivitas pendukung proyek. Biaya tidak langsung antara lain:

a. Gaji tetap dan tunjangan bagi tim manajemen, gaji dan tunjangan tenaga bidang engineering, inspektor, penyelia lapangan, dan lain-lain.

b. Biaya pemeliharaan kendaraan untuk kendaraan dan peralatan konstruksi. c. Biaya untuk pembangunan fasilitas sementara pengeluaran umum.

e. Overhead.

f. Pajak, pungutan/sumbangan, biaya perijinan dan asuransi.

Apabila waktu pelaksanaan dipercepat maka yang akan bertambah adalah biaya langsung. Permasalahannya adalah sejauh mana perubahan jadwal memberikan nilai paling optimal seiring bertambahnya biaya langsung. Untuk itu digunakan metode Time Cost Trade Off untuk mendapatkan nilai paling optimal tersebut.

Gambar 2.1 Hubungan Biaya dan Waktu Dalam Pr oyek

Pertambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas per-satuan waktu disebut cost slope, sehingga :

Cost slope = Biaya per-satuan waktu untuk memperpendek penyelesaian

proyek/aktifitas.

= Perbandingan antara penambahan biaya dengan percepatan waktu penyelesaian. = Duration Crash Duration Normal Cost Normal Cost Crash − − Cost slope = t C ∆ ∆ Biaya Total

Biaya Tak Langsung Biaya Langsung Biaya Normal

Biaya Jenuh Biaya

Waktu Jenuh Waktu normal

Sebagai contoh suatu aktifitas dengan normal durasi 6 hari dan crash durasi 4 hari, sedangakan biaya normalnya Rp 5.000.000,- dan biaya jenuhya Rp 7.000.000,- maka: Cost slope = 4 6 000 . 000 . 5 000 . 000 . 7 − − = Rp 1.000.000,- per-hari

Atau untuk mempercepat operasi dengan dua hari diperlukan biaya sebesar : 2 x Rp 1.000.000,- = Rp 2.000.000,-

Gambar 2.2 Hubungan Khusus Biaya dan Waktu 2.5.2 Hal-hal Khusus Hubungan Optimasi Waktu dan Biaya

Gambar 2.2 menunjukkan perilaku hubungan antara waktu dan biaya. Dalam hal ini kurva perkiraan digambarkan sebagai suatu garis lurus dan kurva yang sebenarnya digambarkan sebagai garis yang terputus-putus. Dalam hal ini waktu dapat dikurangi dengan tambahan biaya yang relatif rendah. Waktu yang dibutuhkan untuk proyek ini dapat dikurangi dari titik L menjadi titik K, sedangkan biaya naik dari tingkat P menjadi titik Q.

Biaya (Rp) 7.000.000 5.000.000 Crash Slope Normal Waktu (hari) 4 6

Gambar 2.3 Hubungan Khusus Biaya dan Waktu (A)

Untuk menentukan bentuk kurva waktu dan biaya sebenarnya (garis lengkung putus-putus) terutama dalam proyek-proyek yang mempunyai aktifitas adalah rumit. Berdasarkan alasan ini maka dipergunakan garis perkiraan linnier yang menghubungkan titik normal dengan titik crash. Meskipun hal ini mengandung ketidaktepatan, kesalahan ini tidak besar artinya.

Gambar 2.2 memberikan perilaku hubungan waktu dan biaya yang sebaliknya dari yang ditunjukkan dalam gambar 2.3. Disini pengurangan waktu dari titik L ke titik K hanya dapat dicapai dengan menambah biaya dari titik P hingga titik Q. Biaya dalam hal ini bertambah dengan jumlah yang relatif besar jika dibandingkan dengan berkurangnya waktu. Jadi dapat dikatakan bahwa biaya untuk mempercepat selesainya aktifitas ini cukup mahal.

Gambar 2.4 Hubungan khusus Biaya dan Waktu (B)

K L Waktu Biaya Q P Normal Crash K L Normal Crash Waktu Biaya Q P

Bila dalam suatu proyek diharuskan mempercepat waktu penyelesaiannya dari waktu normalnya dimana aktivitas-aktivitas yang digambarkan dalam gambar 2.2 dan gambar 2.3 merupakan sebagian dari jalur kritisnya, maka pertama yang harus dilakukan adalah mempercepat aktivitas yang diperlihatkan dalam gambar 2.2 karena dengan demikian kita dapat mengurangi waktu dan biaya yang relatif tidak mahal. Sebaliknya tindakan yang diperlihatkan pada gambar 2.3 baru digunakan jika aktivitas-aktivitas yang mempunyai kurva hubungan waktu dan biaya yang lebih menguntungkan telah dipercepat maksimum.

2.5.3 Pertukaran Waktu dan Biaya

Dalam proses mempercepat penyelesaian proyek dengan melakukan penekanan (kompresi) waktu aktivitas, diusahakan agar pertambahan biaya yang ditimbulkan seminimum mungkin. Pengendalian biaya disini ditunjukkan pada biaya langsung karena biaya inilah yang akan bertambah. Disamping itu harus diperhatikan pula bahwa kompersi hanya dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang berada dalam lintas kritis.

Jika kompersi dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang berada diluar jalur kritis maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan tidak akan berkurang. Kompresi dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai cost slope terendah pada lintas kritis.

Selanjutnya langkah-langkah kompresi dapat ditulis sebagai berikut:

1. Susunlah jaringan kerja proyek dengan menuliskan cost slope terendah dari masing-masing aktivitas.

2. Lakukan kompresi pada aktivitas-aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan yang mempunyai cost slope terendah.

3. Susun kembali jaringan kerjanya.

4. Ulangi lagi langkah kedua, langkah kedua akan berhenti bila terjadi pertambahan lintas kritis dan bila lebih dari satu lintasan kritis, maka langkah kedua dilakukan secara serentak pada semua lintasan kritis dan perhitungan cost slope dijumlahkan.

5. Langkah keempat dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis dimana aktivitas-aktivitas telah jenuh seluruhnya (tak mungkin lagi dikompres) sehingga pengendalian biaya telah optimal (crash).

Ada beberapa macam sistem analisa TCTO yang dikenal, yaitu: 1. Penekanan waktu dan biaya sistem jalur kritis.

2. Penekanan waktu dan biaya sistem cut set. 3. Penekanan waktu dan biaya sistem pegas.

Semua pada dasarnya bertujuan sama yaitu untuk mendapatkan penyelesaian proyek menjadi lebih cepat dengan penambahan biaya yang minimum (optimum duration with minimum cost)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Obyek yang diambil pada penelitian Tugas Akhir ini adalah Proyek Perumahan Mutiara Graha Agung di Gresik.

3.2 Pr oses Penelitian

Pada penelitian Tugas Akhir ini diperlukan data-data yang lengkap guna menunjang analisa dan proses penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh dan dipelajari kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu bagaimana

mendapatkan perencanaan jadwal proyek yang terbaik berdasarkan biaya yang paling minimal.

3.3 J enis dan Metode Pengumpulan Data 3.3.1 J enis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data yang didapat dari data proyek. Data tersebut adalah:

1. Data RAB Proyek

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan cara:

1. Studi Pustaka

Mencari data dan informasi yang relevan tentang landasan teori yang bersumber pada referensi, jurnal dengan topik penelitian.

2. Pengamatan

Mendapatkan data secara langsung dengan mengamati hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.

3.4 Metode Penelitian

Gambar 3.1 Flow Char t Metodologi Penelitian Pengumpulan Data

Dokumentasi RAB

Time Schedule

Perencanaan Network Planning

Optimasi Biaya Optimasi Waktu Analisa Crash Program

Kesimpulan

Studi Pustaka

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Aktivitas Pekerjaan

Pengerjaaan proyek direncanakan dimulai pada tanggal 15 Oktober 2012 dan direncanakan selesai pada tanggal 13 September 2013 atau selama 287 hari kerja. Untuk lebih jelasnya tentang rencana pengerjaan proyek untuk masing-masing 1 unit rumah yang dilakukan dapat dilihat pada lampiran Time Schedule.

Agar pelaksanaan proyek ini dapat selesai tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan, maka dari semua aktivitas yang dilakukan tersebut perlu dilakukan analisa agar waktu penyelesaian proyek dapat sesuai jadwal rencana, sehingga biaya yang dikeluarkan akibat keterlambatan tersebut dapat dihindari. Aktivitas-aktivitas yang ada kemudian diidentifikasi berdasarkan bobot progres pekerjaan sesuai progres pada data proyek yang dilampirkan dan kemudian diberi kode aktivitas secara berurutan untuk mempermudah dalam menyusun hubungan keterkaitan antar aktivitas.

4.2 Penyusunan Network Diagram

Setelah didapatkan hubungan antar aktivitas dan durasi masing-masing aktivitas, maka langkah selanjutnya yaitu membuat jaringan kerja (network planning) dengan program MS Project seperti dapat dilihat pada lampiran Network Diagram. Dari hasil network planning untuk masing-masing unit tersebut dapat diketahui durasi pekerjaan yaitu 67 hari dengan lintasan kritis yang dapat dilihat pada lampiran Schedule MS Project. Dengan pengerjaan yang dilakukan secara pararel, yaitu

dengan memperkerjakan 6 tim pekerja pembangunan 20 rumah tersebut dijadwalkan selesai selama 287 hari. Penjadwalan ulang yang dilakukan untuk masing-masing dapat dipercepat menjadi 58 hari dengan total seluruh rumah mejadi 240 hari.

4.3 Lintasan Kritis

Dengan menggunakan MS Project dapat diketahui bahwa durasi pekerjaan untuk satu unit rumah adalah 67 hari dengan lintasan kritis berada aktivitas sebagai berikut:

1. Pasang bouwplank kayu meranti 2. Pondasi plat lajur 50cm + sloof 15/20 3. Kolom 15/15

4. Pasangan dinding bata 5. Pasangan bata gewel 6. Plesteran dinding bata 7. Benangan

8. Acian

9. Keramik lantai 40 x 40

10.Cat dinding interior/eksterior/kanopi

Dalam perhitungan durasi proyek, dipakai asumsi sebagai berikut: 1. Jam kerja normal yang dipakai adalah 7 jam/hari.

2. Dalam 1 minggu dipakai 6 hari kerja

4.4 Perhitungan Produktivitas Har ian Normal

Produktivitas didapat dari data alokasi sumber daya yang berupa jumlah sumber daya pada tiap-tiap aktivitas dilapangan. Produktivitas dihitung dengan cara:

Durasi Volume s

oduktivita =

Pr

Volume didapatkan dari Rencana Anggaran Biaya Proyek pada Lampiran. Contoh perhitungan produktivitas normal pada masing-masing aktivitas pekerjaan yang berada pada lintasan kritis adalah sebagai berikut:

1. Pasang bouwplank kayu meranti ( dalam ml ) Volume = 43 ml Durasi = 2,2 hari Produktivitas = 2 , 2 43 = 19,55 ml/hari

2. Pondasi plat lajur 50cm + sloof 15/20 ( dalam m3 ) Volume = 3,17 m3 Durasi = 4,9 hari Produktivitas = 9 , 4 17 , 3 = 0,65 m3/hari 3. Kolom 15/15 ( dalam m3 ) Volume = 1,01 m3 Durasi = 1,9 hari Produktivitas = 9 , 1 01 , 1 = 0,53 m3/hari 4. Pasangan dinding bata ( dalam m2 )

Volume = 112,96 m2 Durasi = 5,6 hari Produktivitas = 6 , 5 96 , 112 = 20,17 m2/hari 5. Pasangan bata gewel ( dalam m2 )

Volume = 36,96 m2 Durasi = 3,7 hari Produktivitas = 7 , 3 96 , 36 = 9,99 m2/hari 6. Plesteran dinding bata ( dalam m2 )

Volume = 262,88 m2 Durasi = 19,7 hari Produktivitas = 7 , 19 88 , 262 = 13,34 m2/hari 7. Benangan ( dalam ml ) Volume = 34,4 ml Durasi = 3,4 hari Produktivitas = 4 , 3 4 , 34 = 10,12 ml/hari 8. Acian ( dalam m2 ) Volume = 262,88 m2

Durasi = 13,1 hari Produktivitas = 1 , 13 88 , 262 = 20,07 m2/hari 9. Keramik lantai 40 x 40 ( dalam m2 )

Volume = 48,25 m2 Durasi = 5,8 hari Produktivitas = 8 , 5 25 , 48 = 8,32 m2/hari

10.Cat dinding interior/eksterior/kanopi ( dalam m2 ) Volume = 206,82 m2 Durasi = 13 hari Produktivitas = 13 82 , 206 = 15,91 m2/hari

Gambar 4.1 Perbandingan antara dur asi nor mal dengan dur asi crash

Gambar 4.2 Selisih antar a dur asi nor mal dengan dur asi crash 4.5 Menentukan Normal Cost

Biaya proyek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: normal cost dan crash cost. Normal cost merupakan biaya total dari masing-masing aktivitas. Perhitungan normal cost dalam Tugas Akhir ini dibedakan menjadi normal cost bahan dan normal cost upah. Sebelum normal cost didapatkan, terlebih dahulu

2,2 4,9 1,9 5,6 3,7 19,7 3,4 13,71 5,8 13 2 4 1,9 4,5 3 16 3 12 5 11 0 5 10 15 20 25 durasi norm al durasi crash 0,2 0,9 0,0 1,1 0,7 3,7 0,4 1,7 0,8 2,0 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0

selisih

selisih

harga satuan bahan dan upah ditentukan. Kemudian ditentukan jumlah harga satuan total dari masing-masing item pekerjaan, dengan cara menjumlahkan harga

Dokumen terkait