• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Kelas Belajar Homogen dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Peserta Didik

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Kelas Belajar Homogen

C. Efektivitas Kelas Belajar Homogen dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Peserta Didik

50

menghilangkan benda yang diukir itu. Sebab, ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya.

Pendapat lain menyebutkan bahwa unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran, yang ada di dalamnya terdapat seluruh progam yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Progam ini kemudian membentuk system kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikir yang bisa memengaruhi perilakunya.63

C. Efektivitas Kelas Belajar Homogen dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik

Tujuan yang dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya instruksional maupan tujuan pengiring akan secara optimal dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik.

Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi yang merugikan (usaha pencegahan), dan kembali kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif).

Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila: pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptannya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar, kedua, dikenal dengan masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya

63 Abdul Majid, Pendidikan Karakter Prespektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosda karya, 2011) h. 16

51

timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar, ketiga dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan.

Perlu kita sadari bekerja dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan pengelolaan kelas, tidak bisa bertindak seperti seorang juru masak dengan buku resep masakannya. Suatu masalah yang timbul mungkin dapat berhasil diatasi dengan cara tertentu pada saat tertentu dan untuk seseorang atau sekelompok peserta didik tertentu. Akan tetepi cara tersebut tidak dapat diper gunakan untuk mengatasi masalah yang sama, pada waktu yang berbeda, terhadap seseorang atau sekelompok peserta didik yang lain. Oleh karena itu keterampilan guru untuk dapat membaca situasi kelas sangat penting agar yang dilakukan tepat guna.

Dengan mengkaji konsep dasar pengelolaan kelas, mempelajari berbagai pendekatan pengelolan dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian dianalisis, akibatnya secara sistematis diharapkan agar setiap guru akan dapat mengelola proses belajar mengajar secara lebih baik. Kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan prasyarat utama bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.64

Sekolah heterogen dapat banyak sekali ditemui di berbagai daerah di seluruh Indonesia, baik di daerah terpencil maupun kota besar. Baik sekolah negeri atau sekolah yang didanai oleh pemerintah, memiliki kualitas yang beragam.Sekolah negeri yang didanai oleh Pemerintah pun tidak semua

64

52

memiliki kualitas yang baik.Kualitas dari suatu sekolah biasanya dilihat dari prestasi yang pernah diraih oleh sekolah tersebut.Prestasi sekolah ini kemudian yang menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Semakin banyaknya peserta didik yang dimiliki suatu sekolah, maka dana yang dimiliki sekolah akan semakin banyak untuk mencukupi upaya peningkatan kualitas dan kuantitas dari Guru, karyawan serta sarana prasarana demi menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berbeda dengan sekolah yang pada umumnya tidak populer, kualitas yang dimiliki sekolah tersebut cenderung rendah baik dari segi prestasi maupun sarana dan prasarana hingga sumber daya manusia yang dimiliki.65

Sedangkan mengenai kelas belajar homogen, banyak presepsi negatif masyarakat tentang ini.Mereka beranggapan bahwa kelas belajar homogen kurang menarik karena tak ada lawan jenis di wilayah sekolah.Akibatnya, yang menjadi perhatian adalah hanya teman-teman satu sekolah dan guru yang rata-rata adalah bukan lawan jenis.Hal ini berdampak buruk pada perkembangan jiwa remaja. Secara perlahan, ia cenderung lebih menyukai kawan sesama jenis dan tak dapat mengekspresikan bentuk perasaaannya kepada lawan jenis yang juga menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok tersendiri dalam sekolah.

Menyikapi permasalahan tersebut, sebenarnya kelas belajar homogen mempunyai banyak kelebihan yang dapat membentuk karakter siswa, antara lain adalah terciptanya kebebasan berpendapat dan berekspresi pada diri

65 Bernadetha Desi Ardiyanti, Eksistensi Sekolah Homogen, (Program Studi Sosiologi Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Semester Genap/Tahun 2013/2014), h. 3

53

remaja yang membuat mereka lebih aktif. Peserta didik adalah sesama jenis, dengan begitu tak ada batasan dan penghalang bagi mereka untuk berekspresi, sehingga interaksi antar siswa lebih terbuka.Jika di kelas belajar heterogen, kebanyakan siswa merasa malu jika ingin bertanya tentang pelajaran atau bertingkah lainnya.dalam pembelajaran PAI yang membahas tentang masalah haid bagi wanita. Campur baur antara murid laki-laki dan murid perempuan menyebabkan siswa terhalang untuk bertanya.

Selain itu, pergaulan di kelas belajar homogen lebih terjaga dibanding kelas belajar heterogen, karena tak ada lawan jenis dalam kelas tersebut. Dalam kelas belajar heterogen kemungkinan terjadinya free sex, berpacaran, kenakalan remaja, tawuran, dan lain sebagainya lebih besar, karena banyaknya kebebasan yang tercipta di sana.

Menurut Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan bahwasanya kelas yang ditempati oleh jenis kelamin yang berbeda/ heterogen, kelas menjadi kurang kohesif. Maka dapat disimpulkan apabila kelas ditempati oleh satu jenis kelamin/ homogen, kelas belajar akan terasa kohesif.66

Dengan teman yang semuanya adalah sesama jenis, maka bagi peserta didik di kelas belajar homogen dapat membuatnya terlatih bertindak mandiri dan tidak bergantung kepada lawan jenis.Selain itu, kefokusan siswa dalam belajar juga lebih tinggi karena tak terganggu oleh lawan jenis.Sehingga,

66

54

persaingan yang tercipta pun semakin kuat antara siswa satu dan siswa lainnya.

Di Indonesia, sebagian besar sekolah merupakan bentuk sekolah ko-edukasi (heterogen), dan penelitian Trickett, et al. (1982), menunjukkan bahwa perasaan teribat (involvement), kecenderungan berafiliasi (affiliation), dan pengawasan guru (teacher control) pada sekolah heterogen lebih rendah dari pada sekolah homogen (non-koedukasional). Iklim di sekolah ko-edukasional lebih santai dari pada di sekolah non-etukasional.Sekolah heterogen kurang menekankan faktor kontrol dan disiplin, sehingga prestasi sekolah para siswa cenderung lebih rendah dari pada di sekolah non-edukasional (homogen).67

Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam kelas belajar homogen, ini menunjukkan bahwa pendidikan sekolah kelas belajar homogen perlu untuk dikembangkan. Sedangkan pengaruh-pengaruh buruk di dalamnya dapat tertutupi dengan banyaknya kelebihan dan tidak akan timbul jika siswa mempunyai niat, tekad, dan usaha yang kuat dan baik dalam belajar. Namun, semuanya tergantung pada pribadi masing-masing.

67

55

BAB III

Dokumen terkait