• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini akan menguraikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai landasan teoritis penelitian. Tinjauan pustaka dibagi menjadi enam bagian yang terdiri dari sistem informasi, sistem informasi perpustakaan, kualitas perangkat lunak, pengujian perangkat lunak, sistem informasi perpustakaan INLIS, dan kepustakawanan.

Sistem Informasi

Pengertian sistem menurut Murdick (1993) adalah seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainya untuk suatu tujuan bersama. Sedangkan definis i sistem menurut Jogiyanto (2000) sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan. Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud dan tujuan yang sama.

Kamus Webster’s Unbriged dalam Al Fatta (2007) mendefinisikan sistem sebagai elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan atau organisasi. Definisi sistem informasi menurut Mukhtar (1999), adalah suatu pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, menginput, memproses, menyimpan, mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan. Ciri pokok sistem menurut Gapspert dalam Al Fatta (2007) ada empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur-unsur, ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama. Empat komponen, yakni masukan, pengolahan, keluaran dan balikan atau control ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah.

Masukan / Input Pengolahan / Processing Keluaran / Output

Sementara Mc. Leod (1996) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sumber daya mengalir dari elemen output dan untuk menjamin prosesnya berjalan dengan baik maka dihubungkan mekanisme kontrol. Untuk lebih jelasnya elemen sistem tersebut ditunjukkan pada Gambar 2 sebagai berikut:

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling teroganisasi, saling berinteraksi dan saling bergantung sama lain. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebuah sistem harus memiliki masukan (input), proses dan keluaran (output).

Informasi menurut Davis (2002) adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Mc Leod (1996) juga mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti.

Informasi menurut Mc Fadden (1999) adalah data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakannya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang masih mentah yang belum dapat berbicara banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna untuk membuat suatu keputusan atau melakukan suatu tindakan.

Data yang ditangkap dianggap sebagai input, diproses kembali melalui model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Menurut Burch dan Grudnitski

Input Transformasi g Output Mekanisme Kontrol Tujuan

(1986), siklus ini disebut dengan Siklus Informasi (Information Cycle) atau Siklus Pengolahan Data ( Data Processing Cycle) (Gambar 3.).

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa informasi adalah data-data suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling teroganisasi, saling berinteraksi dan saling bergantung sama lain.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut definisi Kertahadi (1995) adalah suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan dan menyajikan sinergi organisasi pada proses. Sistem informasi berdasarkan konsep masukan, proses dan keluaran (input, processing, output – IPO) dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. Proses (Model) Input (Data) Output (information ) Data ditangkap Penerima Hasil Tindakan Keputusan tindakan Dasar Data

Gambar 3 Siklus Informasi. (Burch dan Grudnitski, 1986)

Input Data Pengolahan / Processing Output Data

Leitch dan Davis (1983) mengemukakan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sedangkan definisi sistem informasi menurut Sutabri (2005), adalah proses komunikasi dimana informasi masukan (input) direkam, disimpan dan diproses untuk menghasilkan informasi keluaran (output) yang berupa keputusan tentang perencanaan, pengoperasian dan pengawasan.

Sistem informasi menurut Burch dan Grudnitski (1986) terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan, yaitu:

1. Blok masukan

Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

2. Blok model

Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematika yang akan memanipulasi data dan data yang tersimpan di basisdata dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3. Blok keluaran

Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan menajemen serta semua pemakai sistem.

4. Blok teknologi

Teknologi merupakan alat dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan data dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi (human atau brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Teknisi dapat berupa orang-orang yang mengetahui teknologi dan membuatnya dapat beroperasi. Misalnya teknisi adalah operator komputer, pemprograman,

operator pengolahan kata, spesialis telekomunikasi, analisis sistem, penyimpanan data dan lain sebagainya.

5. Blok Basisdata

Basisdata (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memenipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basisdata untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basisdata perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Operasi data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpananya. Basisdata diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database

Management Sistem).

6. Blok kendali

Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti misalnya bencana alam, api, debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancangdan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi

Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasaran.

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem informasi secara umum adalah suatu susunan yang sistematik dan teratur dari jaringan-jaringan aliran informasi yang saling berhubungan dalam prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi dengan maksud memberikan data kepada pengguna, baik data yang bersifat internal maupun data yang bersifat eksternal untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Sistem Informasi Perpustakaan

Sistem Informasi Perpustakaan dikembangkan dari pemikiran dasar bagaimana melakukan otomatisasi terhadap berbagai proses bisnis dalam suatu perpustakaan. Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan sebuah sistem yang terintegrasi untuk menyediakan informasi guna mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan dalam Perpustakaan.

Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan perangkat lunak yang didesain khusus untuk mempermudah pendataan koleksi perpustakaan, katalog, data anggota/peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan. Keseluruhannya administrasi dan operasional perpustakaan serta dapat menghasilkan bentuk- bentuk laporan yang efektif dan berguna bagi manajemen perpustakaan (Lutfian, 2009).

Sistem informasi perpustakaan menurut Siregar (2007) adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi pelayanan publik yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan buku dan pembuatan laporan harian, bulanan ataupun tahunan guna mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

Sistem informasi perpustakaan menurut Harmawan (2009) merupakan sistem automasi perpustakaan. Sistem perpustakaan memiliki modul-modul yang terintegrasi dari sistem yang satu ke sistem yang lain. Modul-modul yang dapat terintegrasi yaitu:

1. Modul Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan pokok dari perpustakaan atau pusat dokumentasi karena kegiatan ini mengusahakan buku-buku yang dibutuhkan bekerja secara sistematis sehingga dapat ada dalam koleksi. Modul pengadaan ini berfungsi untuk membuat daftar usulan buku dan daftar pengadaan buku.

2. Modul Pengkatalogan

Katalog adalah daftar barang yang berada pada suatu tempat, sedangkan katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam perpustakaan,

yang tujuannya adalah untuk memudahkan para anggota perpustakaan untuk mengetahui koleksi perpustakaan dengan cepat. Adapun fungsi modul pengatalogan adalah untuk mengelola data koleksi buku maupun koleksi berkala. 3. Modul keanggotaan

Keanggotaan perpustakaan sagat perlu untuk mempermudah pengguna dalam meminjam koleksi perpustakaan. Pengurusan keanggotaan setiap perpustakaan memiliki kebijakan sendiri. Modul keanggotaan berfungsi untuk mengelola data anggota seperti penambahan, pengeditan dan penghapusan data anggota.

4. Modul sirkulasi

Sirkulasi adalah proses transaksi keluar dan masuknya koleksi perpustakaan yang melibatkan anggota perpustakaan. Pamuntjak (2000) mengemukakan: “Peminjaman buku atau sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun untuk keluar perpustakaan. Pelayanan dapat diberikan dengan sistem pelayanan terbuka dan dengan sistem pelayanan tertutup”.

5. OPAC

Otomasi perpustakaan akan memudahkan pengguna/pustakawan dalam menelusur informasi khususnya katalog melalui OPAC (Online Public Access

Catalog). Pengguna/ pustakawan dapat menelusur suatu judul buku secara

bersamaan. Disamping itu, mereka juga dapat menelusur buku dari berbagai pendekatan, misalnya melalui judul, kata kunci, pengarang, kata kunci pengarang, subyek, kata kunci subyek, dan sebagainya, sedangkan apabila menggunakan katalog manual, pengguna/pustakawan hanya dapat akses melalui tiga pendekatan yaitu judul, pengarang, dan subyek (Harmawan, 2009).

Sistem informasi perpustakaan digunakan untuk memudahkan para pustakawan dalam mengorganisir dan memberikan layanan bahan pustaka yang dimilikinya serta memudahkan pengguna untuk mencari bahan pustaka dibutuhkan. Pembuatan sistem informasi perpustakaan sangat diperlukan pada semua perpustakaan baik yang menggunakan pelayanan tertutup, maupun

pelayanan terbuka. Sekalipun dalam sistem pelayanan terbuka pengguna dapat masuk ke ruang penyimpanan koleksi untuk mencari dan menemukan sendiri bahan pustaka yang di butuhkan, namun keberadaan sebuah sistem informasi perpustakaan sangat diperlukan karena pengguna perpustakaan dapat langsung mengetahui status keberadaan bahan pustaka yang diinginkan.

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem informasi perpustakaan adalah sistem yang digunakan dalam perpustakaan untuk menjembatani proses-proses yang ada dalam perpustakaan baik itu yang bersifat manajerial maupun operasional, serta menjembatani antara pustakawan sebagai pengelola perpustakaan dengan pengguna. Sistem informasi perpustakaan harus mampu menyediakan setidaknya 4 modul utama yaitu modul keanggotaan, modul katalogisasi, modul sirkulasi dan modul OPAC.

Kualitas Perangkat Lunak

Definisi kualitas, di antaranya menurut Armand Vallin Feigenbaum dalam Berander dkk (2005), menjelaskan bahwa kualitas ditentukan oleh pelanggan, tidak ditentukan oleh pembuatnya, tidak oleh penjualnya, juga tidak oleh manajemen. Kualitas didasarkan atas pengalaman nyata pelanggan dengan suatu produk atau jasa, diukur menurut kebutuhannya, dinyatakan eksplisit atau implisit, disadari atau hanya dirasakan, keseluruhannya subyektif.

The Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) dalam

Simarmarta (2010) mendefinisikan kualitas sebagai “the degree to which a system,

component or process meets customer or user needs or expectations”, ini

diartikan bahwa kualitas adalah tingkatan pada sistem, komponen, atau proses yang sesuai kebutuhan atau harapan dari pelanggan atau pengguna. Menurut definisi Steve McConnell’s dalam Simarmata (2010) kualitas perangkat lunak dibagi dalam dua hal yaitu: kualitas internal dan kualitas eksternal. Karakteristik kualitas eksternal merupakan bagian-bagian dari suatu produk yang berhubungan dengan para pemakainya, sedangkan karakteristik kualitas internal tidak secara langsung berhubungan dengan pemakai.

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa untuk menilai kualitas perangkat lunak dapat didasarkan pada karakteristik perangkat lunak itu sendiri dan berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan pengguna perangkat lunak tersebut. Dari pemahaman tersebut maka dapat dipahami bahwa untuk menentukan kualitas perangkat lunak haru melakukan pengujian terhadap perangkat lunak tersebut serta melakukan pengujian terhadap penggunanya.

Definisi kualitas menurut The International Standards Organization (ISO) mendefinisikannya sebagai: “the totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy specified or implied needs”, yang diartikan bahwa kualitas adalah totalitas fitur-fitur dan

karakteristik-karakteristik dari produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan tersirat. ISO menyoroti pada fitur-fitur dan karakteristik dari produk atau layanan dalam kemampuannya memenuhi kebutuhan yang ditentukan. menyediakan model yang berbasikan obyek dalam 3 konteks dasar yaitu: quality, requirements dan

characteristics.

Kualitas perangkat lunak adalah keberadaan karakteristik dari suatu produk yang dijabarkan dalam kebutuhannya, artinya kita harus melihat terlebih dahulu karakteristik apa yang berhubungan atau tidak dengan kebutuhan yang diiinginkan oleh pemakai. Mengetahui karakteristik tersebut diperlukan untuk mengurangi kontra produktif dari kualitas perangkat lunak yang dimaksud dan relevan atau tidak perangkat lunak tersebut untuk kebutuhan suatu organisasi. Pada Gambar 5 di bawah menunjukkan hubungan antara perangkat lunak, dimana untuk memenuhi suatu kebutuhan diperlukan karakteristik yang sesuai. Keberadaan hubungan antara kebutuhan dan karakteristik menjadikan dimungkinkannya statemen yang jelas tentang kualitas suatu produk.

Gambar 5 Hubungan Kualitas, Perangkat Lunak dan Karakteristik. (Simarmata, 2010)

Berander dkk (2005) selanjutnya menyebutkan terdapat beberapa model kualitas secara terstruktur dan kuantitatif, di antaranya menurut International

Organization for Standardization (ISO) 9126 yang berisi mengenai standar

evaluasi kualitas perangkat lunak dan merupakan pengembangan dari ISO 90001. Ada enam ukuran kualitas yang ditetapkan oleh ISO 9126, yaitu fungsionalitas, kehandalan (reliability), kebergunaan (usability), efisiensi, portabilitas, serta keterpeliharaan (maintainability). Penelitian ini menggunakan beberapa faktor model kualitas ISO 9126, karena model tersebut memiliki seperangkat kriteria yang relevan untuk menguji aplikasi INLIS. Model kualitas tersebut dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut:

ISO 9126 mengidentifikasi enam karakteristik kualitas perangkat lunak utama serta sub-karakteristiknya untuk melengkapi enam karakteristik tersebut, yaitu:

1. Functionality: kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi fungsi produk perangkat lunak yang menyediakan kepuasan kebutuhan pengguna. Fungsionalitas perangkat lunak mempunyai 5 sub-karakteristik, yaitu :

a. Suitability: Kemampuan perangkat lunak untuk menyediakan serangkaian fungsi yang sesuai untuk tugas-tugas tertentu dan tujuan pengguna;

b. Accuracy: Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan hasil yang presisi dan benar sesuai dengan kebutuhan;

c. Security: Kemampuan perangkat lunak untuk mencegah akses yang tidak diinginkan, menghadapi penyusup (hacker) maupun otorisasi dalam modifikasi data;

d. Interoperabilitas: Kemampuan perangkat lunak untuk berinteraksi dengan satu atau lebih sistem tertentu;

e. Compliance: Kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi standar dan kebutuhan sesuai peraturan yang berlaku.

2. Reliability: kemampuan perangkat lunak untuk perawatan dengan level performansi. Reliability atau keandalan perangkat lunak mempunyai 3 sub-karakteristik, yaitu :

a. Maturity: Kemampuan perangkat lunak untuk menghindari kegagalan sebagai akibat dari kesalahan dalam perangkat lunak;

b. Fault tolerance: Kemampuan perangkat lunak untuk mempertahankan kinerjanya jika terjadi kesalahan perangkat lunak;

c. Recoverability: Kemampuan perangkat lunak untuk membangun kembali tingkat kinerja dan memulihkan data yang rusak.

3. Efficiency: kemampuan yang berhubungan dengan sumber daya fisik yang digunakan ketika perangkat lunak dijalankan. Efesiensi perangkat lunak memiliki 2 sub-karakteristik, yaitu :

a. Time behavior: Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan respon dan waktu pengolahan yang sesuai saat melakukan fungsinya;

b. Resource behavior: Kemampuan perangkat lunak dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya ketika melakukan fungsi yang ditentukan 4. Maintainability: kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat perubahan

perangkat lunak. Maintanability memiliki 4 sub-karakteristik, yaitu :

a. Analyzability: Kemampuan perangkat lunak dalam mendiagnosis kekurangan atau penyebab kegagalan;

b. Changeability: Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi tertentu; c. Stability: Kemampuan perangkat lunak untuk meminimalkan efek tak

terduga dari modifikasi perangkat lunak;

d. Testability: Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi dan divalidasi perangkat lunak lain

5. Portability: kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan perangkat lunak yang dikirim ke lingkungan berbeda. Portability memiliki 4 sub-karakteristik, yaitu :

a. Adaptability: Kemampuan perangkat lunak untuk diadaptasikan pada lingkungan yang berbeda-beda;

b. Instalability: Kemampuan perangkat lunak untuk diinstal dalam lingkungan yang berbeda-beda;

c. Co-existence: Kemampuan perangkat lunak untuk berdampingan dengan perangkat lunak lainnya dalam satu lingkungan dengan berbagi sumber daya

d. Replaceability: Kemampuan perangkat lunak untuk digunakan sebagai sebagai pengganti perangkat lunak lainnya

6. Usability: kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan perangkat lunak. Usability perangkat lunak memiliki 3 sub-karakteristik, yaitu :

a. Understandibility: Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk dipahami;

b. Operabilitas: Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk dioperasikan;

c. Attractiveness: Kemampuan perangkat lunak dalam menarik pengguna ISO 9126 adalah standar terhadap kualitas perangkat lunak yang diakui secara internasional. Terpenuhinya item-item pada ISO 9126 pada sebuah perangkat lunak tidak serta merta memberikan sertifikat ISO terhadap perangkat lunak tersebut karena standar ISO juga harus dipenuhi dari sisi manajemen pembuat perangkat lunak tersebut, dengan kata lain jika manajemennya tidak memenuhi standar ISO maka hasil kerjanyapun tidak dapat diberikan sertifikat standar ISO.

Penelitian menggunakan standar ISO 9126 sebagai pengujian terhadap kualitas perangkat lunak INLIS. Penelitian ini hanya meneliti tiga karakteristik yang terdapat pada ISO 9126, yaitu fungsionalitas, portabilitas dan usability.

Pengujian Perangkat Lunak

Pengujian merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perangkat lunak. Proses pengujian juga mempengaruhi masa penggunaan suatu perangkat lunak. Semakin rinci proses pengujian yang dilakukan, akan semakin lama rentang waktu yang diperlukan antara maintenance satu dan selanjutnya.

Definisi pengujian perangkat lunak menurut Myers (2004) adalah proses menjalankan program dengan maksud menemukan kesalahan. Sedangkan menurut IEEE (1990) pengujian perangkat lunak adalah sebuah proses yang dijalankan pada sebuah sistem operasi atau komponennya pada kondisi tertentu, dengan pengamatan atau pencatatan hasil yang kemudian dievaluasi dari beberapa aspek sistem dan komponen. Pengujian perangkat lunak ini juga merupakan proses analisis item perangkat lunak untuk mendeteksi perbedaan antara kondisi yang ada dengan yang diinginkan dan mengevaluasi fitur item perangkat lunak.

Pengujian perangkat lunak adalah proses untuk memberikan informasi tentang kualitas produk yang diuji. Pengujian tidak terbatas pada proses eksekusi sebuah program atau aplikasi dengan tujuan menemukan kesalahan namun dapat juga untuk mengetahui sejauhmana kualitas perangkat lunak yang dibuat.

Dalam penelitian ini pengujian perangkat lunak digunakan untuk menganalisa sejauhmana perangkat lunak INLIS mampu memenuhi item-item yang menjadi penilaian ISO 9126. Sudut pandang pengujian ini dilakukan untuk mencegah subjektivitas responden jika dilakukan analisa sistem dengan melakukan survey terhadap pengguna INLIS.

Pengujian sistem dapat digunakan berbagai metode, diantaranya pengujian

black box dan pengujian white box. Dalam penelitian ini, pendekatan yang

digunakan dalam pengujian sistem menggunakan metode black box, metode ini digunakan dengan asumsi tidak mengenal struktur internal dari program.

Pengujian black box berkonsentrasi untuk menemukan kondisi dimana program tidak berjalan sesuai dengan spesifikasi (fungsional), berusaha menemukan kesalahan fungsi yang tidak benar atau tidak ada, kesalahan interface, kesalahan pada struktur data atau akses database, serta kesalahan perilaku atau performa. Menurut Myers (2004) Pengujian black box testing digunakan untuk menguji fungsi-fungsi khusus dari perangkat lunak. Kebenaran perangkat lunak yang diuji hanya dilihat berdasarkan keluaran yang dihasilkan dari data atau kondisi masukan yang diberikan untuk fungsi yang ada tanpa melihat bagaimana proses untuk mendapatkan keluaran tersebut. Dari keluaran yang dihasilkan, kemampuan program dalam memenuhi kebutuhan pemakai dapat diukur sekaligus dapat diiketahui kesalahan-kesalahannya.

Menurut Beizer (1995) pada pengujian dengan black box testing, seorang penguji tidak akan secara langsung berhubungan dengan control flow, data flow, dan code program. Seorang penguji memperhatikan kesesuaian antara output dari input yang diberikan. Untuk bisa menemukan semua kesalahan menggunakan strategi ini, diperlukan exhaustive input testing (menggunakan segala macam kemungkinan sebagai input). Input tidak hanya valid input, tetapi juga kombinasi yang mungkin dimasukkan.

Sistem Informasi Perpustakaan INLIS

Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu (INtegrated LIbrary System/INLIS), yaitu sebuah sistem berbasis teknologi informasi yang didesain dan dikembangkan

untuk mendukung pelaksanaan tugas subtantif dan administratif perpustakaan, khususnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Nasional sebelum mengembangkan INLIS telah menerapkan otomasi perpustakaan dengan menggunakan Virtua yaitu aplikasi sistem informasi perpustakaan versi web dari

The Virginia Tech Library System (VTLS), sebuah perangkat lunak perpustakaan

produk Amerika Serikat untuk mendukung pekerjaan pengkatalogan dan penelusuran informasi. Fasilitas Virtua yang dioperasikan di Perpustakaan Nasional RI saat itu terbatas pada modul pengkatalogan (cataloging) dan OPAC (Online Public Access Catalog). Virtua merupakan sistem perpustakaan dengan basisdata Oracle 8i, yang sudah memenuhi standar INDOMARC (INDOnesian format for MAchine Readable Catalog) dan MARC (Machine Readable Catalog) pada umumnya.

Dinamika perkembangan bisnis proses perpustakaan berubah sedemikian rupa sehingga Perpustakaan Nasional RI merasa Virtua tidak dapat lagi mengakomodir seluruh proses bisnis yang terjadi. Perpustakaan Nasional RI juga merasa perlu adanya suatu sistem informasi terpadu sebagai pendukung seluruh

Dokumen terkait