• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

EFISIENSI DALAM ANGGARAN

Dalam pembangunan nasional, perkembangan kesehatan sangat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi. Berkaitan dengan hal tersebut, besarnya alokasi dana merupakan salah satu unsur strategis dalam pembangunan kesehatan. Tersedianya alokasi dana yang memadai dan pemanfaatan yang efisien, serta pemerataan akan mendukung suksesnya pembangunan kesehatan.

Ada dua kemungkinan yang menyebabkan rendahnya biaya kesehatan umumnya di Indonesia yaitu keuangan negara yang memang minim untuk membiayai pelayanan kesehatan dan kesehatan tidak termasuk dalam prioritas pembangunan. Untuk itu, kebijakan yang pernah disepakati oleh para Bupati dan Walikota dalam era desentralisasi adalah alokasi dana APBD sebesar 15%, namun persentase anggaran kesehatan di banyak daerah hanya berkisar antara 2,5% - 4% dan maksimal 7%. 2,3 kenyataan tersebut menunjukkan bahwa besarnya pembiayaan kesehatan dalam era desentralisasi tergantung pada daerah. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan dinas kesehatan (dinkes) agar dapat menetapkan prioritas program kesehatan, serta memiliki kemampuan advokasi kepada pemerintah daerah dan lembaga legislatif dalam upaya mendapatkan

political commitment peningkatan alokasi anggaran. Diperlukan juga kemampuan

tenaga kesehatan untuk melakukan perencanaan program dan anggaran, implementasi, dan evaluasi program.

Salah satu risiko desentralisasi, khususnya dari sudut pandang pembiayaan kesehatan terletak pada kemungkinan bahwa pemerintah daerah tidak akan memprioritaskan sektor kesehatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan kemampuan

dari Dinas Kesehatan untuk dapat menetapkan prioritas program kesehatan, serta kemampuan advokasi kepada eksekutif dan legislatif untuk mendapatkan peningkatan alokasi dana yang sesuai kebutuhan. Usulan. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah informan yang menjabat sebagai Kasubdin Binram , Dr. Ellen H. Nasution Mkes, yang mengatakan :

“Proses alokasi anggaran pemerintah daerah sangat penting, sehingga kepala Dinkes harus dilatih dalam hal perencanaan dan pembuatan anggaran, serta dalam hal lobi dalam proses alokasi dana di pemerintah daerah. Kemampuan lobi anggaran kepala Dinkes masih sangat kurang, sehingga belum berpengaruh terhadap peningkatan alokasi anggaran kesehatan.”

:

Dalam sistem perencanaan penganggaran Dinkes Kota Medan sudah menggunakan sumber data dalam melakukan perencanaan dan argumentasi anggaran yang dimana jumlah anggaran tersebut didasarkan pada kinerja dinas tersebut. Sumber data yang dipergunakan Dinkes dalam data ini dibutuhkan oleh teknik alokasi anggaran yang menggunakan formula. Tanpa dukungan data yang baik, maka kecenderungan alokasi anggaran akan berdasarkan negosiasi dan pengaruh politik. Tanpa adanya data, maka sangat sulit untuk meyakinkan eksekutif maupun legislative tentang perlunya alokasi anggaran kesehatan. Dengan demikian, saat ini Dinkes Kota Medan telah menekankan prinsip alokasi anggaran kesehatan yang berbasis pada data kesehatan wilayah.

Dalam hal ini pihak Dinas Kesehatan dapat dikategorikan telah berhasil menunjukkan komitmen mereka terhadap pencapaian masyarakat sehat dengan kemampuan mereka menjebolkan usulan peningkatan alokasi dana untuk sektor kesehatan. Kondisi ini dapat kita lihat dari fenomena peningkatan alokasi pendanaan sector kesehatan Kota Medan dimana pada tahun 2005 anggaran kesehatan yang bersumber dari APBD Kota Medan sebesar Rp. 15.470.000 maka

pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 29.000.000.000. Selain anggaran yang bersumber dari pemerintah , terdapat juga pembiayaan kesehatan yang bersumberdaya masyarakat. Untuk tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp. 20.000.000.000. (Dikes Medan 2007).

Penerapan pelayanan yang high quality standard of care, yang mengisyaratkan agar setiap upaya medis selalu didasarkan pada standard tertinggi yang diakui secara profesional; dmana memfasilitasi dan menciptakan lingkungan yang menjamin terlaksananya pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu. Kegiatan untuk menerapkan konsep dasar pengukuran kinerja terdiri dari kegiatan: audit, menyediakan data dengan mutu yang baik, pengukuran outcome, manajemen risiko , manajemen kinerja yang buruk, dan mekanisme untuk memonitor outcome pelayanan kebijakan dan prosedur yang mendukung penerapan pilar ini antara lain: prosedur penyusunan standar pelayanan kesehatan yang telah mempertimbangkan adanya standar pelayanan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi dalam hal ini IDI (Ikatan Dokter Indonesia).

Dalam hal pengukuran kinerja unit-unit pelayanan kesehatan terdapat sebuah standar yang berlaku secara nasional di kalangan dunia kesehatan. Adapun point-point penting yang menjadi indikator dalam mengukur kinerja tersebut meliputi beberapa indikator yang digunakan seperti: angka kematian, waktu tunggu ( respon time) di instalasi gawat darurat, ketepatan hasil pemeriksaan di laboratorium, dan angka infeksi nasokomial di rawat inap. Sasaran mutu pelayanan tersebut telah ditentukan targetnya dan diukur pencapaiannya secara berkala. Hasil pencapaian dianalisis untuk kemudian disusun rencana tindak lanjut, sehingga proses countinuous improvement berjalan. Hasil dari pencapaian

kinerja klinik ini telah dimasukkan ke dalam laporan tahunan kegiatan unit-unit pelayanan yang ada.. Dalam pelaksanaan di lapangan Dinas Kesehatan Kota Medan masih sulit untuk menggunakan keseluruhan indikator-indikator tersebut sehingga dalam melakukan pengukuran kinerja pihak Dinas Kesehatan masih menggunakan beberapa point saja dari ketentuan yang ada.

Berbicara mengenai kinerja, sektor kesehatan tidak dapat dipungkiri tenaga-tenaga medis yang ada merupakan nyawa dari kegiatan ini. Jadi dalam hal ini sesuai dengan konsep dan nilai-nilai entrepreneur ditekankan bahwa perlunya insentif maupun penghargaan pada kinerja dinas ataupun pegawai yang mengabdikan dirinya dalam pelaksnaaan pelayanan di bidang kesehatan ini. Tingginya kebutuhan akan pelayanan kesehatan pada saat ini telah memberikan peluang pada tenaga kesehatan untuk memperoleh status profesional dengan cara proaktif merespon terhadap kebutuhan perubahan dan harapan masyarakat. Sebagai kelompok pemberi pelayanan kesehatan terbesar, profesi ini telah diposisikan untuk mempengaruhi bukan hanya perkembangan sistem tetapi juga bagaimana praktik harus dibentuk dengan mengubah tatanan lapangan pelayanan kesehatan. Proses yang timbal balik ini tentu saja akan mempengaruhi setiap aspek praktik professional dan sangat tergantung dari proses kepemimpinan keperawatan yang terjadi.

Perihal insentif dan penghargaan terhadap pelaku kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Medan sangat memperhatikan kesejahteraan pegawainya. Salah satu fungsi Dinas Kesehatan adalah bertujuan untuk membantu mengorganisasikan berbagai kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan insititusi dimana struktur organisasinya diterapkan. Fungsi organisasi pelayanan

kesehatan ini adalah selain untuk mengakomodasi berbagai kegiatan, namun juga untuk mengorganisasikan para pelaku organisasi didalamnya termasuk tenaga medis agar bekerja secara sinergis mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya Dan hal ini diimbangi dengan perhatian dan penghargaan terhadap kinerja mereka. Pihak Dinas selalu melaksanakan pemantauan intensif terhadap perkembangan prestasi capaian dan hasil kinerja dari berbagai unit dan pelaku kesehatan yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Medan. Pelaksanaaan insentif ini merupakan salah satu strategi dalam peningkatann mutu dan kualitas kesehatan dengan menggunakan suatu logika sederhana bahwa seseorang yang dihargai dengan sepantasnya akan merasa nyaman dalam bekerja dan lebih memiliki potensi untuk melakukan tanggungjawabnya secara baik dan benar. Jadi dalam hal ini pihak Dinas Kesehatan untuk lingkunga kerjanya sendiri telah melaksanakan sistem insentif kepada para pelaku kesehatan yang biasanya dilakukan dengan cara pemberian penghargaan kepada pegawai atau petugas yang berprestasi di lingkungan kerjanya. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang informan yaitu Kasubdin pelayanan Kesehatann , Bapak Drg. Usma Polita yang mengatakan :

Keberadaan organisasi dalam tatanan pelayanan kesehatan akan berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja terutama tenaga keperawatan yang sebaliknya juga dipengaruhi oleh ada-tidaknya suatu penghargaan terhadap eksistensi para tenaga ini dari penanggung jawab sistem atau pimpinan institusi yang dituangkan kedalam struktur organisasi. Organisasi itu sendiri mengatur atau menyusun mereka dalam rangka mengkordinasikan kegiatan dan mengendalikan kinerja karyawan atau stafnya

Inovasi dan kreativitas

Mengingat tingginya tuntutan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan maka sangat perlu Penyelenggaraan pelayanan kesehatan berdasarkan pada prinsip kemitraan . Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta , dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta serta kerjasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan diwujudkan dalam suatu jejaring yang berhasil-guna dan berdaya- guna, agar diperoleh sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya .

Adapun dasar pemikiran dari hal ini adalah mengingat keterbatasan kapasitas pemerintah di satu pihak dalam memperluas akses pelayanan kesehatan dan pesatnya perkembangan sektor swasta di lain pihak, salah satu isu kebijakan reformasi kesehatan yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini adalah model penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang disebut contracting out. Dengan contracting out, pihak pemerintah tidak menyediakan sendiri pelayanan kesehatan, melainkan melakukan kontrak dengan agen luar yang disebut kontraktor untuk menyediakan barang atau pelayanan kesehatan kepada penerima pelayanan Akan tetapi dalam hal tersebut masih sebatas konsep, saat ini Dinas Kesehatan Kota Medan belum menerapkan pola tersebut karena konsep tersebut masih baru dan masih dalam tahap pengkajian.

BAB V

Dokumen terkait