• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja

BAB II LANDASAN TEOR

2.4. Aspek-Aspek Pendekatan Ergonomi

2.4.3 Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja

Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur- prosedur untuk membuat gerakan kerja yang memenuhi prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Gerakan kerja yang memenuhi prinsip ekonomi gerakan dapat memperbaiki efisiensi kerja dan mengurangi kelelahan kerja. Adapun ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip ekonomi gerakan, yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja :

a. Tempat-tempat tertentu yang tidak sering dipindahkan harus disediakan untuk semua alat dan bahan, sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap atau gerakan rutin.

b. Meletakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dijangkau oleh pekerja, sehingga mengurangi usaha mencari-cari.

c. Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan urutan-urutan gerakan kerja yang terbaik. d. Tinggi tempat kerja seperti mesin, meja kerja dan lain-lain harus

sesuai dengan ukuran tubuh manusia, sehingga pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan nyaman.

e. Kondisi ruangan kerja seperti penerangan, temperatur, ventilasi udara dan yang lainnya, yang berkaitan dengan persyaratan

ergonomis harus diperhatikan. Sehingga diperoleh kondisi kerja yang nyaman.

2.5. Anthropometri dan Aplikasi dalam Perancangan Fasilitas Kerja

Istilah antropometri berasal dari kata “anthro”yang berarti manusia

dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri adalah studi

yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran, berat yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ukuran tubuh manusia antara lain adalah.

1. Keacakan (Random)

Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat. 2. Jenis Kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki pada umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan sebagainya.

3. Suku Bangsa

Setiap suku bangsa atau kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Usia

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Variansi ini digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu balita, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk antropometri anak-anak. Antropometrinya akan terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun, setelah dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun. 5. Jenis Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

6. Pakaian

Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lainnya. 7. Faktor Kehamilan

Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan

perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.

8. Cacat Tubuh

Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.

Permasalahan perancangan produk menjadi lebih rumit apabila lebih banyak lagi produk standar yang harus dibuat untuk memenuhi atau dioperasikan oleh banyak orang. Tingkat kesulitan dalam penetapan data antropometri terletak pada kemampuan kita dalam menentukan besarnya sampel yang akan diambil, perlu atau tidaknya setiap sampel dibatasi perkelompok, tersedianya data antropometri untuk populasi tertentu dan pemberian toleransi perbedaan yang mungkin dijumpai dari data yang tersedia dengan populasi yang akan dihadapi.

Antropometri dengan karateristik fisik tubuh manusia, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai rata-rata dan standar deviasi dari suatu distribusi normal.

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai yang menayatakan sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95% populasi berada dengan atau lebih rendah dari 95 persentil, 5% populasi berada sama dengan atau lebih 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal

X 2,5-th persentil 97,5-th persentil 2,5% 9,5% 2,5% 1,96X 1,96X N(X,X)

Gambar 1. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th Persentil (Sumber : Stevenson,1989; Nurmianto, 1991)

Untuk menempatkan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata dan simpangan standarnya dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka persentil dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan persentil, maka yang dimaksudkan disini adalah suatu nilai yang menunjukan prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, 95-th persentil akan menunjukan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th persentil akan menunjukan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang

“terbesar” dan 5-th persentil menunjukan ukuran “terkecil”. Bila mana

diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka disini diambil rentang 2,5-th dan 95-th persentil sebagai batas-batasannya.

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2. Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil Percentile Perhitungan 1-st X2,325 2,5-th X1,96 5-th X1,64 10-th X1,28 50-th X 90-th X1,28 95-th X1,64 97-th X1,96 99-th X2,325

(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2000)

Untuk memperjelas mengenai data antropometri agar bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka gambar 2 dan 3 akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang diukur, sebagai berikut :

Gambar 2. Antropometri Dimensi Tubuh Manusia (Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2000)

Gambar 3. Antropometri Tinggi Badan Berdiri dan Duduk (Sumber : Sritomo Wigjosoebroto, 2000)

Keterangan :

1 = Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak. 2 = Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3 = Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4 = Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 = Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar)

6 = Tinggi tubuh dalam posisi duduk. 7 = Tinggi mata dalam posisi duduk 8 = Tinggi bahu dalam posisi duduk. 9 = Tinggi siku dalam posisi duduk 10 = Tebal atau lebar paha.

11 = Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut. 12 = Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian

13 = Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14 = Tinggi tubuh dalam posisi duduk diukur dari lantai sampai pantat 15 = Lebar bahu.

16 = Lebar pinggul atau pantat.

17 = Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak terlihat dalam gambar).

18 = Lebar perut.

19 = Panjang siku yang diukur dari siku sampai ujung jari. 20 = Lebar kepala

21 = Panjang tangan yang diukur dari pergelangan tangan sampai ujung jari.

22 = Lebar telapak tangan.

23 = Panjang rentangan tangan (tidak ditunjukkan dalam gambar). 24 = Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25 = Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar).

26 = Jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai jari

Dokumen terkait