• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Pemasaran

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 28-42)

Efisiensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional diukur dari margin pemasaran. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen terakhir dengan harga yang diterima oleh lembaga pemasaran sebelumnya, yang meliputi biaya dan keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengalirkan barang dari satu lembaga ke lembaga pemasaran lainnya diluar keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran tersebut (Hanafiah dan Saefuddin 1983).

Selain dari analisis margin pemasaran yang menekankan pada keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran tiap saluran dengan menggunakan perhitungan. Kita juga dapat mengetahui apakah suatu usaha

tersebut dapat dikatakan menguntungkan atau mungkin sebaliknya.

Efisiensi juga akan diukur dari market share, fisherman share dan BCR.

Semakin besar persentase market share maka semakin efisien, artinya penerimaan pelaku pemasaran semakin besar. Berikut perhitungan market share pada pemasaran ikan di PPN Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Market Share Ikan Di PPN Pekalongan Pelaku

Pasar

Harga Jual (Rp.)/ Market Share (%)

Saluran I Saluran II Saluran III 1. Nelayan

Saluran I dengan lembaga pemasaran nelayan jenis ikan yang mempunyai market share terbesar adalah ikan tongkol dengan MS 19,6%. Market share terendah pada nelayan adalah jenis ikan kembung dengan MS 18,6%. Pedagang pengumpul market share terbesar adalah jenis ikan kembung dengan MS 23,2%.

Market share terendah adalah jenis ikan tongkol dengan MS 22,8%. Pedagang besar market share terbesar adalah ikan kembung dengan MS 27,1%. Market share terendah adalah jenis ikan bentong dengan MS 26,4%. Pedagang pengecer market share terbesar adalah jenis ikan bentong dengan MS 31,6%. Market share terendah adalah jenis ikan tongkol dengan MS 30,7%.

Saluran I market share terbesar ada pada pedagang pengecer dengan MS ikan tongkol 30,7%, ikan kembung 31%, ikan bentong 31,6%. Market share terendah ada pada nelayan dengan MS ikan tongkol 19,6%, ikan kembung 18,6%, ikan bentong 18,8%. Dari keempat lembaga pemasaraan yang memiliki market share tertinggi adalah jenis ikan bentong dengan MS 31,6% pada pedagang pengecer. MS terendah ada pada jenis ikan kembung dengan MS 18,6%.

Saluran II dengan lembaga pemasaran nelayan jenis ikan yang mempunyai nilai market share terbesar adalah ikan kembung dengan MS 27,5%. Market share terendah adalah jenis ikan bentong dengan MS 26,5%. Pada pedagang pengumpul market share terbesar adalah jenis ikan bentong dengan MS 32,9%. Market share terendah adalah jenis ikan tongkol dengan MS 31,7%. Market share terbesar pada pedagang adalah pada jenis ikan tongkol dengan MS 41,4%. Market share terendah yaitu jenis ikan kembung dengan MS 40,2%.

Saluran II market share terbesar adalah pada sapedagang pengecer dengan MS ikan tongkol 41,4%, ikan kembung 40,2%, ikan bentong 40,5%. Market share terendah adalah pada nelayan dengan MS ikan tongkol 26,8%, ikan bentong 27,5%, ikan kembung 26,5%. Dari keempat lembaga pemasran yang memiliki market share tertinggi adalah jenis ikan tongkol dengan MS 41,4% pada pedagang pengecer. MS terendah adalah jenis ikan bentong dengan MS 26,5%.

Saluran III dengan lembaga pemasaran nelayan MS terbesar adalah jenis ikan kembung dengan MS 26,3%. Market share terendah pada ikan tongkol dengan MS 25%. Market share terbesar pada pedagang besar adalah jenis ikan tongkol dengan MS 34,1%. Market share terendah adalah jenis ikan kembung dengan MS 33,6%. market share terbesar pada pedagang pengecer adalah pada jenis ikan tongkol dengan MS 40,9%. Market share terendah yaitu pada jenis ikan kembung dan bentong dengan MS 40%.

Saluran III market share terbesar adalah pada pedagang pengecer dengan MS ikan tongkol 40,9%, ikan kembung 40%, ikan bentong 40%. Market share terendah adalah pada nelayan dengan MS ikan tongkol 25%, ikan kembung 26,3%, ikan bentong 25,8%. Dari keempat lembaga pemasaran yang memiliki market share tertinggi adalah jenis ikan tongkol dengan MS 40,9% pada pedagang pengecer. Market share terendah adalah pada jenis ikan tongkol dengan MS 25%

pada nelayan. Untuk melihat rincian nilai market share lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Nilai Market Share Pada Lembaga Pemasaran

Lembaga Saluran Pemasaran

Pemasaran saluran I saluran II saluran III Nelayan ikan tongkol (Rp.) 12.500 11.000 11.000

ikan kembung (Rp.) 12.000 12.000 12.500

ikan bentong (Rp.) 11.000 10.500 11.000

Jumlah 35.500 33.500 34.500

MS (%) 19 27 25,7

p.pengumpul Tongkol (Rp.) 14.500 13.000

Kembung(Rp.) 15.000 14.000

Bentong (Rp.) 13.500 13.000

Jumlah 43.000 40.000

MS (%) 23 32,2

Besar Tongkol (Rp.) 17.000 15.000

Kembung (Rp.) 17.500 16.000

Bentong (Rp.) 15.500 14.500

Jumlah 50.000 45.500

MS (%) 26,8 33,9

Pengecer Tongkol (Rp.) 19.500 17.000 18.000

Kembung (Rp.) 20.000 17.500 19.000

Bentong (Rp.) 18.500 16.000 17.000

Jumlah 58.000 50.500 54.000

MS (%) 31,1 40,7 40,2

Sumber: Data Olahan (2013)

Jika dilihat dari Ketiga saluran pemasaran yang mempunyai nilai market share tertinggi adalah saluran II, maka berdasarkan nilai market share saluran II merupakan saluran yang paling efisien. Saluran II MS nelayan 27%, MS pedagang pengumpul 32,2%, MS pedagang pengecer 40,7%. Market share terendah adalah

saluran I dengan MS nelayan 19%, MS pedagang pengumpul 23%, MS pedagang besar 26,8%, MS pedagang pengecer 31,1%. Margin Pemasaran dan Fisherman Share Pada Saluran I, II dan III dapat dilihat padah Tabel 22.

Tabel 22. Margin Pemasaran dan Fisherman Share Pada Saluran I,II dan III.

Uraian Saluran pemasaran

Saluran I Saluran II Saluran III

Nelayan

Nelayan pada saluran I menjual ikan tongkol, ikan kembung dan ikan bentong kepada pedagang pengumpul dengan harga jual masing-masing ikan yaitu Rp12.500/kg, Rp12.000/kg, dan Rp11.000/kg. Pedagang pengumpul menjual kepada pedagang besar dengan harga ikan tongkol yaitu Rp14.500/kg, ikan kembung Rp15.000/kg, ikan bentong Rp13.500/kg sehingga pedagang pengumpul mendapatkan margin pemasaran untuk ikan tongkol Rp2.000/kg, ikan kembung Rp3.000/kg , ikan bentong Rp2.500/kg. Pedagang besar menjual kepada pedagang pengecer dengan harga jual ikan tongkol yaitu Rp17.000/kg, ikan kembung Rp17.500/kg, ikan bentong Rp15.500/kg, sehingga pedagang besar mendapatkan margin ikan tongkol Rp2.500/kg, ikan kembung Rp2.500/kg, ikan bentong Rp2.000/kg. Pedagang pengecer menjual kepada konsumen dengan harga jual ikan tongkol yaitu Rp19.500/kg, ikan kembung Rp20.000/kg, ikan bentong Rp18.500/kg, sehingga pedagang pengecer mendapatkan margin ikan tongkol Rp2.500/kg, ikan kembung Rp2.500/kg, ikan bentong Rp3.000/kg. Uraian tersebut menunjukkan bahwa pada saluran I pelaku pemasaran yang terlibat adalah nelayanpedagang pengumpulpedagang besarpedagang pengecer, dengan margin pemasaran rata-rata Rp2.000/kg- Rp3.000/kg untuk masing-masing pelaku pemasaran dari jenis ikan tongkol, ikan kembung dan ikan bentong. Semakin panjang saluran pemasaran maka semakin besar margin antara nelayan dan konsumen, sehingga harga beli konsumen semakin besar. Fisherman share pada saluran I untuk ikan tongkol adalah 64%, ikan kembung 60% dan ikan bentong 59%.

Saluran II nelayan menjual ikan tongkol, ikan kembung dan ikan bentong kepada pedagang pengumpul dengan harga jual masing-masing ikan yaitu Rp11.000/kg, Rp12.000/kg dan Rp10.500/kg. Pedagang pengumpul menjual langsung kepada pedagang pengecer dengan harga jual ikan tongkol yaitu Rp13.000/kg, ikan kembung Rp14.000/kg, ikan bentong Rp13.000/kg sehingga pedagang pengumpul mendapatkan margin ikan tongkol Rp2.000/kg, ikan kembung Rp2.000/kg, ikan bentong Rp2.500/kg. Pedagang pengecer menjual kepada konsumen dengan harga jual ikan tongkol yaitu Rp17.000/kg, ikan kembung Rp17.500/kg, ikan bentong Rp16.000/kg, sehingga pedagang pengecer

mendapatkan margin ikan tongkol Rp4.000/kg, ikan kembung Rp3.500/kg, ikan bentong Rp3.000/kg. Uraian tersebut menunjukkan bahwa pedagang pengumpul mendapatkan margin antara Rp2.000/kg-Rp.2500/kg dari jenis ikan tongkol, ikan kembung dan ikan bentong. Pedagang pengecer mendapatkan margin antara Rp3.000/kg-Rp4.000/kg untuk jenis ikan tongkol, ikan kembung dan ikan bentong. Margin pemasaran yang diterima pedagang pengecer pada saluran II cukup besar karena pedagang pengecer membeli langsung pada pedagang pengumpul. Besarnya margin pemasaran pedagang pengecer dikarenakan pelaku pemasaran yang terlibat pada saluran II hanya meliputi nelayan, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Fisherman share pada saluran II untuk ikan tongkol adalah 65%, ikan kembung 69% dan ikan bentong 66%.

Nelayan pada saluran III menjual ikan tongkol, ikan kembung dan ikan bentong kepada pedagang besar dengan harga jual masing-masing ikan yaitu Rp11.000/kg, Rp12.500/kg, dan Rp11.000/kg. Pedagang besar menjual kepada pedagang pengecer dengan harga jual ikan tongkol yaitu Rp15.000/kg, ikan kembung Rp16.000/kg, ikan bentong Rp14.500/kg, sehingga pedagang besar mendapatkan margin ikan tongkol Rp4.000/kg, ikan kembung Rp3.500/kg, ikan bentong Rp3.500/kg. Pedagang pengecer menjual kepada konsumen dengan harga jual ikan tongkol yaitu Rp18.000/kg, ikan kembung Rp19.000/kg, ikan bentong Rp17.000/kg, sehingga pedagang pengecer mendapatkan margin ikan tongkol Rp3.000/kg, ikan kembung Rp3.000/kg, ikan bentong Rp2.500/kg. Uraian tersebut menunjukkan bahwa pedagang besar mendapatkan margin antara Rp3.500/kg-Rp4.000/kg untuk jenis ikan tongkol, ikan kembung dan ikan bentong. Pedagang pengecer mendapatkan margin antara Rp2.500/kg-Rp3.000/kg untuk jenis ikan tongkol, ikan kembung dan ikan bentong. Saluran III margin pemasaran pedagang besar lebih besar daripada margin pemasaran pedagang pengecer. Hal ini dikarenakan pedagang besar membeli langsung ikan dari nelayan, sehingga pedagang besar mendapatkan harga yang rendah kemudian menjualnya lagi kepada pedagang pengecer dengan harga yang tinggi. Fisherman share pada saluran II untuk ikan tongkol adalah 61%, ikan kembung 66% dan ikan bentong 65%.

Besarnya bagian harga (fisherman share) yang diterima oleh nelayan sebagai balas jasa atas kegiatan yang dilakukan dalam produksi ikan, dihitung dengan cara membagi harga ditingkat nelayan dengan harga ditingkat konsumen yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Fisherman share tertinggi untuk ikan tongkol, ikan kembung dan ikan bentong terdapat pada saluran II, untuk ikan tongkol yaitu sebesar 65%, ikan kembung sebesar 69% dan ikan bentong sebesar 66%, hal ini dikarenakan selisih harga jual yang lebih besar dibandingkan dengan saluran lainnya. Fisherman share terendah untuk ikan tongkol terdapat pada saluran III yaitu sebesar 61%, hal ini dikarenakan selisih harga jual yang lebih rendah dibandingkan saluran lainnya. Fisherman share terendah untuk ikan kembung dan ikan bentong terdapat pada saluran I, untuk ikan kembung yaitu sebesar 60% dan ikan bentong sebesar 59%. hal ini dikarenakan selisih harga jual yang lebih rendah dibandingkan saluran lainnya.

Pelaku pemasaran yang mempunyai nilai margin rendah merupakan pelaku pemasaran yang memiliki nilai efisiensi tinggi. Pedagang pengumpul yang mempunyai nilai efisiensi tinggi untuk ikan tongkol adalah saluran I dan II dengan margin yang sama yaitu Rp2.000. Pedagang pengumpul untuk ikan kembung yang paling efisien adalah saluran II dengan margin Rp2.000. Pedagang pengumpul untuk ikan bentong memiliki nilai margin yang sama yaitu Rp2.500. Jika di bandingkan nilai margin jenis ikan lainnya maka nilai tersebut bisa dikatakan efisien. Pedagang pengumpul ikan kembung yang mempunyai nilai efisiensi terendah yaitu saluran I dengan margin Rp3.000.

Pedagang besar ikan tongkol yang mempunyai nilai efisiensi tinggi adalah saluran I dengan nilai margin Rp2.500. Pedagang besar untuk ikan kembung yang paling efisien adalah saluran I dengan margin Rp2.500. Pedagang besar untuk ikan bentong yang paling efisien adalah saluran I dengan margin Rp2.000.

Pedagang besar ikan tongkol yang mempunyai nilai efisiensi rendah adalah saluran III dengan margin Rp4.000. Pedagang besar untuk ikan kembung yang memiliki nilai efisiensi rendah yaitu saluran III dengan margin Rp3.500.

Pedagang besar untuk ikan bentong yang memiliki nilai efisiensi rendah yaitu pada saluran III dengan margin Rp2.500.

Pedagang pengecer ikan tongkol yang mempunyai nilai efisiensi tinggi adalah saluran I dengan margin Rp2.500. Pedagang pengecer untuk ikan kembung yang paling efisien adalah saluran I dengan margin Rp2.500. Pedagang pengecer untuk ikan bentong yang paling efisien adalah saluran III dengan margin Rp3.000.

Pedagang pengecer ikan tongkol yang mempunyai nilai efisiensi rendah adalah saluran II dengan margin Rp4.000. Pedagang pengecer ikan kembung yang mempunyai nilai efisiensi rendah adalah saluran II dengan margin Rp3.500.

Pedagang pengecer ikan bentong yang mempunyai nilai efisiensi rendah adalah saluran I dan II dengan margin yang sama yaitu Rp3.000. Rincian jumlah margin pemasaran saluran I dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Rincian Jumlah Margin Pemasaran Saluran I

Lembaga Jenis Ikan

Pemasaran Ikan Tongkol Ikan Kembung Ikan Bentong Jumlah Margin

P. Pengumpul 2000 3000 2500 7500

P.Besar 2500 2500 2000 7000

P.Pengecer 2500 2500 3000 8000

Jumlah Margin 7000 8000 7500 22500

Sumber: Data Olahan (2013)

Berdasarkan Tabel 23 jika dilihat dari jumlah margin keseluruhan lembaga pemasaran dapat dilihat bahwa ikan tongkol merupakan jenis ikan yang paling efisien dengan jumlah margin Rp7.000, sedangkan ikan kembung merupakan jenis ikan yang memiliki efisiensi rendah dengan margin Rp8.000. Pedagang besar merupakan pelaku pemasaran yang paling efisien dengan jumlah margin dari keseluruhan jenis ikan sebesar Rp7.000. Pelaku pemasaran yang memiliki nilai efisiensi rendah yaitu pedagang pengecer dengan margin Rp8.000. Untuk mengetahui rincian jumlah margin pada saluran II dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Rincian Jumlah Margin Pemasaran Saluran II

Berdasarkan Tabel 24 jika dilihat dari jumlah margin keseluruhan lembaga pemasaran dapat dilihat bahwa ikan kembung dan ikan bentong merupakan jenis ikan yang paling efisien dengan jumlah margin yang sama yaitu Rp5.500. Jenis ikan dengan nilai efisiensi rendah yaitu pada jenis ikan tongkol dengan jumlah margin Rp6.000. Pedagang pengumpul merupakan pelaku pemasaran yang paling efisien dengan jumlah margin dari keseluruhan jenis ikan sebesar Rp6.500. Pelaku pemasaran yang memiliki nilai efisiensi rendah yaitu pedagang pengecer dengan jumlah margin Rp10.500. Rincian jumlah margin pada saluran III dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Rincian Jumlah Margin Pemasaran Saluran III

Lembaga Jenis Ikan

Berdasarkan Tabel 25 jika dilihat dari jumlah margin keseluruhan lembaga pemasaran dapat dilihat bahwa ikan bentong merupakan jenis ikan yang paling efisien dengan jumlah margin Rp6.000. Jenis ikan dengan nilai efisiensi rendah yaitu ikan tongkol dengan jumlah margin Rp7.000. Pedagang pengecer merupakan pelaku pemasaran yang paling efisien dengan jumlah margin dari keseluruhan jenis ikan sebesar Rp8.500. Pelaku pemasaran yang memiliki nilai

efisiensi rendah yaitu pedagang besar dengan margin Rp11.000.

Berdasarkan Tabel (23,24,25) jika dilihat dari lembaga pemasaran ketiga saluran pemasaran dengan jenis ikan tongkol, kembung dan bentong pedagang pengumpul yang paling efisien adalah saluran II dengan jumlah margin Rp6.500.

Pedagang besar yang paling efisien adalah saluran I dengan jumlah margin Rp7.000. Pedagang pengecer yang paling efisien adalah saluran I dengan jumlah margin Rp8.000. Pedagang pengumpul dengan nilai efisiensi rendah adalah saluran I dengan jumlah margin Rp7.500. Pedagang besar dengan nilai efisiensi rendah adalah saluran III dengan jumlah margin Rp11.000. Pedagang pengecer dengan nilai efisiensi rendah adalah saluran II dengan jumlah margin Rp10.500.

Jumlah margin tiap jenis ikan per semua saluran dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Jumlah Margin Tiap Jenis Ikan Semua Saluran Pemasaran

Saluran Pemasaran

Berdasarkan Tabel 26 dapat dilihat bahwa dari ketiga saluran pemasaran jenis ikan yang paling efisien adalah ikan bentong dengan jumlah margin Rp19.000. Jenis ikan yang mempunyai nilai efisiensi rendah adalah ikan tongkol dan kembung dengan nilai margin yang sama yaitu Rp20.000.

Keseluruhan saluran pemasaran jika dilihat dari nilai margin maka saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran II karena memiliki nilai margin yang rendah. Nilai margin pada saluran II untuk ikan tongkol yaitu Rp6.000, ikan kembung Rp5.500, ikan bentong Rp5.500 serta memiliki jumlah margin yang rendah yaitu Rp17.000. Saluran pemasaran dengan nilai efisiensi rendah yaitu pada saluran I. nilai margin pada saluran I ikan tongkol yaitu Rp7.000, ikan kembung Rp8.000, ikan bentong Rp7.500. Pada saluran III ikan tongkol juga mempunyai nilai margin yang sama dengan saluran I yaitu Rp7.000 sehingga pada

saluran III ikan tongkol juga mempunyai nilai efisiensi yang rendah. (Limbong dan Sitorus 1987) menyatakan bahwa rendahnya nilai margin pemasaran suatu komoditas belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi, untuk itu salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan pemasaran adalah dengan membandingkan harga yang diterima nelayan terhadap harga yang dibayar konsumen akhir (Fisherman share) dalam bentuk persentase.

Jika dilihat dari nilai fisherman sharenya, saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran dengan nilai fisherman share yang tinggi.

Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran II untuk masing masing jenis ikan, yaitu ikan tongkol sebesar 65%, ikan kembung sebesar 69%, ikan bentong sebesar 66%. Saluran pemasaran dengan nilai efisiensi rendah pada jenis ikan tongkol yaitu pada saluran III sebesar 61%, ikan kembung pada saluran I sebesar 60%, ikan bentong pada salauran I sebesar 59%.

Uraian di atas menunjukkan bahwa untuk masing-masing jenis ikan tongkol, kembung dan bentong yang mempunyai nilai efisiensi tertinggi berdasarkan margin pemasaran maupun fisherman share adalah pada saluran II.

Saluran pemasaran yang mempunyai nilai efisiensi rendah untuk jenis ikan tongkol berdasarkan margin dan fisherman share adalah pada saluran III, ikan kembung dan ikan bentong pada saluran I.

Pengukuran efisiensi dapat juga dilakukan dengan cara mengetahui BCR para pelaku pemasaran. Bila BCR ≥ 1 maka usaha tersebut dikatakan efisien, dan bila BCR < 1 maka usaha tersebut dikatakan tidak efisien (mursid, 2004). Untuk mengetahui efisiensi para pelaku pemasaran produksi perikanan tangkapp di PPN Pekalongan dapat di lihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Pengukuran Efisiensi Pada Pelaku Pemasaran

Saluran Pelaku BCR Rata-Rata

BCR pemasaran, memiliki nilai BCR di atas 1. Artinya seluruh pelaku pemasaran yaitu nelayan, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer memiliki status efisiensi pemasaran yang efisien. Tiap saluran memiliki BCR di atas 1.

Artinya dari seluruh saluran pemasaran yang ada di PPN Pekalongan statusnya efisien.

Berdasarkan nilai BCR saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran III dengan nilai BCR 1,29. Saluran pemasaran dengan nilai efisiensi terendah adalah saluran I. hal ini disebabkan karena saluran pemasaran III lebih pendek daripada saluran I yang rantai pemasarannya panjang.

Tingkat efisiensi saluran pemasaran berdasarkan market share, nilai margin dan fisherman share adalah pada saluran II dan pada nilai BCR saluran pemasaran yang efisien adalah pada saluran III. Tingkat efisiensi berdasarkan market share dihitung berdasarkan perbandingan harga jual dipelaku pemasaran dengan harga total saluran yang dinyatakan dalam persentase. Tingkat efisiensi nilai margin dilihat berdasarkan selisih harga jual dengan harga beli. Tingkat efisiensi fisherman share dilihat berdasarkan perbandingan antara harga ditingkat nelayan dengan harga ditingkat konsumen yang dinyatakan dalam persentase.

Tingkat efisiensi BCR dilihat berdasarkan perbandingan antara total keuntungan dengan total biaya. Perbedaan tingkat efisiensi saluran pemasaran pada market share, margin dan fisherman share dengan BCR disebabkan karena pada market share, margin dan fisherman share perhitungan dilakukan dengan melihat harga tanpa melihat total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan, sedangkan pada nilai BCR tingkat efisiensi dilihat berdasarkan perbandingan antara nilai penerimaan dengan total biaya. Hal tersebut yang membedakan tingkat efisiensi pada market share, margin dan fisherman share dengan BCR.

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 28-42)

Dokumen terkait