• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Efisiensi Pengelolaan Obyek Wisata Kabupaten Wonogir

Sampai saat ini hanya ada 7 obyek wisata di Kabupaten Wonogiri yang dikelola, yaitu Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur, Karamba Apung Cakaran, Kawasan Setren Girimanik, Khayangan Dlepih, Goa Putri Kencono, Kawasan Museum Karst dan Pantai Sembukan. Tingkat efisiensi ketujuh obyek wisata tersebut dapat dievaluasi dengan analisis DEA melalui software WinDEAP. Pada perhitungan analisis ini digunakan 1 variabel output yaitu setoran pendapatan, dan 3 variabel input yaitu Jumlah Tenaga Kerja, Harga Tiket dan Banyaknya Jumlah Pengunjung (Lampiran 5).

Nilai DMU (pengelolaan obyek wisata) dikatakan efisien bila nilainya sama dengan 1 (100%). Sebaliknya bila nilainya kurang dari 1 maka dikatakan kurang efisien. Perhitungan dengan DEA dengan orientasi Input dan asumsi Constant Return to Scale yang terlihat pada Summary of Peers menunjukkan pengelolaan obyek wisata yang efisien yaitu Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur dengan nilai 100%. Dengan efisiensi yang mencapai 100% maka Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur tersebut menjadi tolak ukur (benchmark) terhadap obyek wisata lain.

Perhitungan dengan DEA dengan orientasi Input dan asumsi Variabel Return to Scale menunjukkan : (1) pendapatan yang diterima Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur, Kawasan Setren Girimanik dan Kawasan Museum Karst sudah maksimal sedangkan obyek wisata lain belum maksimal. Untuk Karamba Apung Cakaran dengan pendapatan riil Rp. 2.579.000,- perhitungan maksimalnya adalah Rp. 9.007.650,-; Untuk Khayangan Dlepih dengan pendapatan riil Rp. 19.510.000,- perhitungan maksimalnya adalah Rp. 82.451.525,-; Untuk Goa Putri Kencono dengan pendapatan riil Rp. 3.385.000,- perhitungan maksimalnya adalah Rp. 12.879.350,-; Untuk Pantai Sembukan dengan pendapatan riil Rp. 18.911.000,- perhitungan maksimalnya adalah Rp. 79.915.150,-. (2) memperhitungkan jumlah pengunjung serta pendapatan yang diterima maka jumlah tenaga kerja yang efisien hanya pada obyek wisata Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur. Untuk Karamba Apung Cakaran dan Goa Putri Kencono tenaga kerja lebih tepat diberikan kepada masyarakat setempat. Untuk Kawasan Setren Girimanik dari 3 tenaga kerja dikurangi menjadi 2 tenaga kerja; Khayangan Dlepih dari 3 tenaga kerja dikurangi menjadi 1 tenaga kerja; Kawasan Museum Karst dari 7 tenaga kerja dikurangi menjadi 4 tenaga kerja; Pantai Sembukan dari 3 tenaga kerja dikurangi menjadi 1 tenaga kerja.

Perhitungan dengan DEA dengan orientasi Output dan asumsi Constant Return to Scale maupun orientasi Output dan asumsi Variabel Return to Scale menunjukkan kecuali obyek wisata Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur apabila dilakukan penambahan terhadap input akan memberikan pengaruh terhadap output yang akan dihasilkannya.

4.4 Perbandingan Pengelolaan Kepariwisataan Kabupaten Wonogiri dengan

Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Pacitan

Kabupaten Gunungkidul mengembangkan berbagai potensi obyek wisata yang dimilikinyaberupa obyek wisata pantai, goa, gunung, hutan, museum, candi,

petilasan maupun desa wisata. Kondisi pesisir laut yang landai memanjang menjadikan banyak obyek wisata pantai yang tersaji seperti : Pantai Baron, Krakal, Kukup, Sundak, Drini, Indrayanti, Wediombo dan Sadeng. Adapun obyek wisata goa yang paling terkenal adalah Goa Pindul dan Goa Bribin.

Obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Pacitan sebenarnya relatif tidak terlalu banyak. Obyek wisata yang terkenal antara lain Pantai Teleng Ria, Pantai Srahu, Pantai Klayar, Goa Gong, Goa Tabuhan serta Pemandian Air Hangat Arjosari. Kondisi tersebut tidak menyurutkan jumlah wisatawan jumlah wisatawan yang berkunjung. Dalam beberapa aspek, kebijakan kepariwisataan Kabupaten Pacitan mungkin berbeda dengan yang dilakukan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Wonogiri sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Pengelolaan kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten

Pacitan dan Kabupaten Wonogiri No Keterangan Kabupaten

Gunungkidul

Kabupaten Pacitan Kabupaten Wonogiri 1 Aksesibilitas menuju obyek wisata Aksesibilitas sangat baik. Penataan akses jalan sangat memudahkan perjalanan wisatawan Aksesibilitas sebenarnya sangat baik. Akan tetapi strategi penataan akses jalan kurang maksimal sehingga menurunkan mood wisatawan Aksesibilitas kurang baik. Kondisi jaringan jalan banyak yang sudah rusak 2 Keberadaan sarana prasarana pelengkap dan pendukung obyek wisata Terpenuhi secara maksimal Memadai Kebanyakan kurang memadai 3 Kealamian obyek wisata yang dimiliki Selalu berusaha untuk dipertahankan kealamiannya Penambahan fasilitas yang justru mengurangi kealamian obyek wisata Penambahan fasilitas yang justru mengurangi kealamian obyek wisata 4 Partisipasi Masyarakat

Aktif Pasif Pasif

5 Tiket masuk Terjangkau Terjangkau Terjangkau 6 Promosi Melalui Media Sosial Dilakukan secara maksimal Mulai dilakukan secara maksimal Belum dilakukan secara maksimal

Hal menarik yang ditemukan di Kabupaten Gunungkidul adalah partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan pariwisata suatu kawasan obyek. Hal ini menimbulkan respon balik positif dari masyarakat yang mendukung kepariwisataan. Partisipasi masyarakat sangat menentukan karena merekalah yang secara langsung melekat terhadap dinamika kepariwisataan baik berhubungan dengan obyek wisata maupun wisatawannya; Tiket masuk obyek wisata dalam satu kawasan diupayakan terintegrasi dalam satu pintu masuk dan pintu keluar. Wisatawan hanya membayar tiket satu kali untuk dapat menikmati obyek dalam satu kawasan. Pemerintah daerah lebih membidik pendapatan diluar tiket masuk hasil dari multiplier efek sektor lain yang terkait pariwisata, misalnya dari parkir, retribusi warung atau rumah makan yang dikelola masyarakat, penginapan/hotel dan sebagainya.

Dari tabel di atas yang terlihat bahwa pengelolaan kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul lebih ideal untuk digunakan sebagai bahan bagi arahan pengembangan kawasan wisata berkelanjutan di Kabupaten Wonogiri untuk menyempurnakan Kebijakan Pengembangan Pariwisata yang telah digunakan pada saat ini.

4.5 Strategi Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Wonogiri

Strategi pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Wonogiri dapat diperoleh melalui penggunaan beberapa metode analisis, meliputi Metode AHP, Metode IFAS, Metode EFAS, Metode Matriks IE dan Metode Matriks Space. Adapun langkah-langkah yang diperlukan adalah sebagai berikut.

4.5.1 AHP Faktor Strategi Internal dan Eksternal A. Faktor Strategi Internal

a. Kekuatan

1. Harga Tiket

Pengunjung obyek wisata di Kabupaten Wonogiri masih didominasi wisatawan lokal. Bagi wisatawan lokal faktor harga tiket suatu obyek menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan ke lokasi untuk melakukan kegiatan wisata.

2. Potensi Sumberdaya Alam (SDA)

Wilayah Kabupaten Wonogiri masih didominasi hamparan persawahan, perkebunan, perbukitan, lembah maupun kawasan berhutan yang menciptakan keindahan alam yang alami.

3. Fisiografis Wilayah

Fisiografis wilayah Kabupaten Wonogiri terbentuk mulai dari lereng Volkan, perbukitan karst dan wilayah pantai. Dengan kondisi fisiografis tersebut maka Kabupaten Wonogiri memiliki obyek wisata alam yang beragam dan menarik baik secara artistic maupun edukasi.

4. Adat Istiadat (Keramahan Masyarakat)

Sebagaimana umumnya Masyarakat Jawa yang masih dipengaruhi kebudayaan kerajaan, keramahan masyarakat Wonogiri masih sangat terjaga. Kondisi ini sangat mendukung suasana yang nyaman bagi kegiatan kepariwisataan yang ada.

5. Dukungan Masyarakat

Masyarakat umumnya menyambut baik dikembangkannya Kabupaten Wonogiri sebagai daerah tujuan wisata. Masyarakat mengharapkan adanya penggalian semua potensi yang dimiliki baik atas dasar usaha sendiri maupun campur tangan pemerintah, swasta maupun lembaga independen yang ada.

b. Kelemahan

1. Kondisi Sumberdaya Manusia (SDM)

Tingkat pendidikan masyarakat secara umum cukup rendah yang berpengaruh pada sumberdaya manusia yang ada. Terkait dengan kondisi birokrasi pengelola potensi pariwisata umumnya disebabkan kurang sinkronnya latar belakang keahlian yang dimiliki dengan tanggung jawab yang dijalankan. 2. Akses Permodalan

Masyarakat masih kesulitan memperoleh pendanaan yang mencukupi dalam mengembangkan usaha-usaha terutama yang memiliki keterkaitan dengan sektor pariwisata.

3. Promosi Belum Optimal

Promosi yang dilakukan secara konvensional sehingga dirasakan kurang maksimal dalam mempromosikan potensi-potensi obyek wisata yang ada. 4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana meliputi sarana yang melekat pada obyek wisata maupun sarana penunjang seperti keberadaan tempat penginapan, ketersediaan jaringan jalan maupun jaringan listrik.

5. Aksesibilitas

Aksesibilitas menitikberatkan pada kemudahan wisatawan untuk mencapai suatu obyek wisata yang dipengaruhi kondisi jaringan jalan, penunjuk jalan, transportasi umum yang melayani mobilisasi orang maupun barang antar obyek wisata yang ada.

B. Faktor Strategi Eksternal

Dokumen terkait