Ekhokardiografi M-mode diperkenalkan pertama kali pada tahun 1970-an. Gambaran satu dimensi dari struktur jantung dalam skala waktu terlihat lebih akurat pada sumbu x sedangkan kedalaman struktur jantung terlihat pada sumbu y (Reef 1998) sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3.
Ekhokardiografi M-mode bermanfaat untuk mengamati diameter lumen ventrikel kiri, ketebalan dinding ventrikel kiri, serta ketebalan katup interventrikular pada saat sistol dan diastol (Meral et al. 2007; Schwarzwald 2004). Pengukuran ventrikel kiri umumnya dilakukan di sisi kanan kuda dengan metode right parasternal short axis view di level chorda tendinae (Patteson 2002; Schwarzwald 2004).
Gambar 3a Gambaran ekhokardiografi M-mode kuda di level chorda tendinae. b Penjelasan struktur jantung kuda.
* IVS: Interventricular Septa, LVID: Left Ventricular Internal Dimension, LVW: Left Ventricular Wall, LV: left ventricle, RV: right ventricle
Sumber : Schwarzwald (2004)
Ekhokardiografi M-mode lebih unggul dibanding ekhokardiografi B-mode, karena dapat menunjukkan akhir sistol dan diastol dengan tepat (Patteson 2002) sehingga dapat menilai pergerakan struktur jantung dan mengukur jantung secara lebih akurat (Marr, 1994).
Ketebalan Otot Jantung (Miokardium)
Jantung kuda merupakan terdiri dari dua atrium dan dua ventrikel. Ventrikel kiri berbentuk kerucut memiliki otot dinding jantung yang disebut miokardium. Miokardium ventrikel terdiri dari lapisan otot yang memanjang dan spiral dan mendapat asupan darah dari arteri dan vena koroner (Marr dan Bowen 2010).
Gambar 4 Penampang struktur luar dan dalam jantung kuda.
*1. Brachiocephalic trunk, 2. cranial vena cava, 3. pulmonary trunk, 4. right ventricle, 5. Interventrikular groove, 6. Aorta, 7. cranial vena cava, 8. Papillary muscle, 9. left atrium, 10. right atrium, 11. Left ventricle, 12. Chorda tendinae, 13. Pulmonary veins, 14. Left atrium, 15. aortic valve, 16. Left ventricle, 17. Left ventricular wall, 18.Interventricular septal.
Sumber : Anonim 2009
Left ventricular wall (LVW) adalah miokardium bagian luar ventrikel kiri yang berhubungan langsung dengan perikardium. Left ventricular wall memiliki ketebalan 3 kali lipat miokardium ventrikel kanan (Marr dan Bowen 2010) karena harus memompa darah ke seluruh tubuh (Reece 2004).
Inter ventricular septal (IVS) adalah miokardium pembatas antara ventrikel kiri dan kanan jantung yang diukur dari batas terdalam ventrikel kanan sampai batas terdalam ventrikel kiri. Sebagian besar IVS tersusun oleh jaringan otot namun di bagian atasnya meluas menjadi sekat membran yang tidak berotot dan lebih tipis yang tersusun atas jaringan fibrin. Papilary muscle muncul secara simetris dari IVS ventrikel kiri dan kanan. Papilary muscle ventrikel kiri akan mengait ke chorda tendinae dari katup mitral (Marr dan Bowen 2010). Papilary muscle bergerak bersamaan dengan miokardium sehingga pergerakan chorda
6 1 7 13 2 9 8 15 14 3 10 17 18 16 4 11 5 12
tendinae menjadi teratur chorda tendinae berfungsi mencegah katup mital tertarik keluar ke arah aorta oleh tekanan balik dari ventrikel (Reece 2004).
Pengamatan Dimensi Intrakardial
Left ventricular internal dimension (LVID) adalah lebar lumen ventrikel kiri jantung yang dihitung dari batas luar IVS sampai batas dalam LVW. Nilai LVIDs dihitung pada saat sistol yaitu pada awal gelombang P sedangkan LVIDd dihitung pada saat diastol yaitu menjelang akhir gelombang T pada gambaran EKG.
Pengamatan Volume Jantung
Volume darah yang dipompa keluar dari ventrikel kiri jantung dalam sekali denyutan disebut stroke volume (SV). Nilai SV ditentukan oleh volume dan kekuatan pengisian ventrikel kanan (preload), tekanan di sirkulasi arteri sistemik (afterload), dan kekuatan kontraksi miokardium pada setiap denyutan (Patteson 2002; Marlin dan Nankervis 2004).
Volume darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri per menit disebut cardiac output (Q). Nilai Q akan meningkat karena kebutuhan oksigen pada saat latihan yang sebagian besar Q yang dihasilkan dikirim ke miokardium, sedangkan sisanya dikirim ke lambung, usus, ginjal serta kulit sebagai pengatur suhu/thermoregulator (Hinchcliff et al. 2008; Marlin dan Nankervis 2004).
Semakin besar volume darah yang mencapai ventrikel maka semakin besar volume darah yang dikeluarkan (SV). Upaya peningkatan SV ini yang membantu mengatur kestabilan Q pada berbagai kondisi pernafasan yang normal. Nilai Q dapat meningkat oleh peningkatan preload termasuk oleh peningkatan darah vena dan penurunan kemampuan resistensi pembuluh darah perifer seperti pada saat latihan, anemia, demam dan kebuntingan (Marr dan Bowen 2010).
Pada kuda THB seberat 450 kg terjadi sedikit peningkatan SV mencapai 1 hingga 1,5 liter per denyut pada saat berlatih. Peningkatan SV ini akan meningkatkan Q dari 40 liter per menit pada saat istirahat menjadi 240 sampai 350 liter per menit pada saat latihan maksimal (Rose dan Hudgson 2000).
Pengamatan Indeks Fungsi Jantung
Fractional shortening (FS) adalah indikator fungsi (kemampuan kontraksi) ventrikel kiri pada saat sistol yang dihitung dengan rumus = LVIDd-LVIDs/LVIDd x 100% (Schwarzwald 2004). Nilai FS merupakan persentasi pengurangan minor axis ventrikel kiri (Marr dan Bowen 2010).
Ejection Fraction (EF) adalah proporsi darah yang dikeluarkan oleh left ventrikel selama satu denyut dibagi dengan end diastolic volume. Nilai EF dihitung dengan rumus : SV/EDV x 100% (Schwarzwald 2004). Nilai EF adalah persentasi pengurangan EDV ventrikel kiri(Marr dan Bowen 2010)
Penghitungan Ukuran Jantung
Ukuran jantung kuda THB umumnya lebih besar daripada standarbred (Buhl 2008), Arab, dan warmblood (Hinchcliff et al. 2008). Gunn (1989) mengatakan bahwa ukuran jantung kuda THB lebih besar dibanding seluruh ras kuda lain.
Volume darah kuda juga dipengaruhi oleh ras. Kuda THB memiliki volume darah 68% lebih besar, plasma darah 46% lebih besar, dan volume sel darah merah 2 kali lebih besar dibanding kuda Parcheron dengan berat badan yang sama (Kline dan Foreman 1991). Ukuran jantung kuda THB yang belum dilatih diperkirakan mencapai 0,9-1% berat badannya, kuda Arab kurang dari 0,8% berat badannya, dan kuda beban kurang dari 0,65% berat badannya (Hinchcliff et al. 2008).
Left ventricular myocardial mass (LVMM) adalah persentasi berat jantung ventrikel kiri yang didapat dari pengamatan ekhokardiografi M-mode. Nilai LVMM dapat menunjukkan adanya hipertrofi otot jantung secara tepat dan dapat dipertangungjawabkan dibanding dengan nilai HS (Lightowler et al. 2004).
Penghitungan nilai LVMM secara akurat sangat penting dalam penilaian potensi performa kuda (Grundland dan Ohad 2010). Menurut Lighttowler et al. (2004), ukuran ventrikel kiri LVMM dihitung dengan rumus sebagai berikut : LVMM (gram) = 1,5 x (IVSd + LVWd + LVIDd)3- (LVIDd)3.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Pamulang stable Ciputat dan Aragon stable Lembang pada bulan November 2010 - Januari 2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 8 ekor KPI dengan rataan umur 26,5 bulan dan belum dilatih secara intensif untuk menghindari terjadi hipertrofi otot akibat latihan. Marlin dan Nankervis (2004) menyatakan latihan selama 2 bulan dapat mengakibatkan hipertrofi otot jantung sampai 0.4% dari berat badan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah gel ultrasound (USG), gel elektroda EKG dan perekat (rubber straps) EKG. Alat yang digunakan adalah pita pengukur berat badan dan tinggi badan kuda, stetoskop, pencukur rambut, EKG 4 lead (Cardisunny), USG (Sonoscape) dilengkapi EKG 3 lead, probe USG, printer USG, serta kamera digital.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini sebagai modifikasi penelitian yang dilakukan oleh Lightowler et al. (2004) dan Buhl (2008). Penelitian diawali dengan pengamatan umum KPI dilanjutkan pemeriksaan fisik KPI, dan pemeriksaan penunjang (Tabel 4).
a b c
Pengamatan umum KPI meliputi pengukuran tinggi dan berat badan (Gambar 5), jenis kelamin, serta penentuan umur. Delapan ekor KPI diukur berat dan tinggi badan dengan pita pengukur berat badan kemudian umur ditentukan dari paspor kuda-Biro Registrasi Kuda (BRK) dan pengamatan gigi.
Pemeriksaan fisik KPI meliputi pemeriksaan warna mukosa, skin recoil (SR), capilary refill time (CRT) serta pemeriksaan denyut jantung dengan stetoskop.
Tabel 4 Alur metode pengamatan umum dan pemeriksaan fisik KPI
Metode Sub Metode Alat dan Bahan
Pengamatan Umum - Pengukuran berat badan pita pengukur berat badan - Pengamatan tinggi badan pita pengukur berat badan - Penentuan umur paspor kuda – BRK
Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan warna mukosa - PemeriksaanSR
- PemeriksaanCRT
- Pemeriksaan denyut jantung Stetoskop
Pemeriksaan penunjang - Pemeriksaan EKG EKG, lead
- Pemeriksaan ekhokardiografi USG, probe, printer
*BRK: Biro Registrasi Kuda, CRT: capilary refill time, SR: skin recoil, EKG: elektrokardiografi, USG: ultrasonografi
Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan EKG dan ekhokardiografi. Perekaman EKG dilakukan dengan kecepatan kertas 25 mm/detik dengan standar defleksi/sensitivitas 1 mV = 10 mm atau 10 mm/mv (Picione 2003; Rose dan Hudgson 2000).
Pemeriksaan EKG diawali dengan pencukuran rambut dengan clipper dan pemberian gel EKG di area pemasangan lead elektroda. Lead merah dipasang di bahu kanan depan, lead kuning dipasang di bahu kiri depan, lead hitam dipasang di dada kanan dan lead hijau dipasang di dada kiri (Gambar 6).
Penilaian hasil EKG dilakukan dengan mengamati denyut jantung, irama/ritme gelombang, sumbu/axis, adanya tanda hipertrofi dan tanda iskemik/infark (Wijaya 1990; Rose dan Hudgson 2000). Evaluasi EKG diawali dengan pengamatan ada tidaknya kompleks QRS dan gelombang T yang mengikuti gelombang P kemudian dilanjutkan pada pengukuran
interval/durasi dan amplitudo setiap gelombang (Rose dan Hudgson 2000). Durasi dan amplitudo gelombang P, durasi interval P-Q, durasi dan amplitudo kompleks QRS, durasi gelombang T, serta durasi interval Q-T perlu diamati dan dibandingkan dengan pustaka (Picione 2003).
Gambar 6 Teknik pemasangan EKG 4 lead pada KPI
Pemeriksaan ekhokardiografi didahului dengan pencukuran rambut pada intercostae ke 3 dan 4 thorak kanan kuda untuk meningkatkan kualitas gambar. Posisi kuda berdiri di tempat pemeriksaan atau di dalam kandang untuk mengurangi stres sebelum dilakukan pemeriksaan.
Gambar 7 Lokasi penempatan probe untuk pengamatan ekhokardiografi right parasternal short axis view pada KPI.
Kaki kanan kuda ditarik cranial sedikit untuk membuka ruang jantung. Jenis probe yang dipilih untuk pengamatan jantung adalah konveks. Sector width diatur pada nilai maksimal, frekuensi probe berkisar 3-5,9 MHz, power diatur pada nilai 100, depth diperbesar hingga 24,1 cm, dan gain di atur pada nilai 110.
Awal pemeriksaan ekhokardiografi dengan standar pandang B-Mode dengan metode right parasternal short axis view (Gambar 7) di level chorda tendinae untuk menampilkan gambaran lumen ventrikel kiri yang bulat (Lightowler et al. 2004; Schwarzwald 2004) sebagaimana terlihat pada Gambar 2a. Kursor diarahkan tepat di antara kedua chorda tendinae kemudian ekhokardiografi M-mode diaktifkan (Gambar 3a).
Pengamatan ekhokardiografi M-mode meliputi pengukuran ketebalan interventrikular/Interventrikular Septa/IVS, diameter ventrikel kiri/Left Ventricular Internal Dimension/LVID, ketebalan dinding ventrikel kiri/Left Ventricular free Wall/LVW pada saat sistol dan diastol (Schwarzwald 2004).
Gambar 8 Teknik pemasangan EKG 3 lead pada KPI
Penentuan titik end sistole dan end diastole dibantu oleh EKG 3 lead yang terdapat pada alat USG sebagaimana yang terlihat pada Gambar 8. Lead berwarna merah (Lead LL) diletakkan di thorak kiri di belakang jantung, lead berwarna putih (lead RA) di kaki kanan depan dan lead berwarna hitam (lead LA) di kaki kiri depan. Rubber straps, gel elektroda dan isolasi digunakan untuk merekatkan elektroda pada kulit kuda.
Denyut jantung/heart rate/HR kuda pada saat pemeriksaan dihitung dari jarak antar gelombang yang sama. Nilai stroke volume/SV, cardiac output/Q, ejection fraction/EF, ejection time/ET, dan fractional shortening/FS, dihitung dengan rumus atau didapatkan dari kalkulasi alat USG secara otomatis. Perekaman USG untuk setiap kuda dilakukan sebanyak 3 kali. Nilai yang menyimpang terlalu jauh dibuang. Nilai tersebut kemudian di rata-rata dan dibandingkan dengan pustaka.
Analisa Data
Nilai IVS, LVID, LVW KPI akan dimasukkan ke dalam rumus untuk mendapatkan nilai LVMM KPI. Nilai LVMM KPI akan di rata-rata dan dibandingkan dengan kisaran kuda THB menurut pustaka. Analisa data dilakukan secara deskriptif untuk mengevaluasi potensi performa KPI di masa mendatang yang diharapkan dapat mengetahui nilai standar awal fungsi jantung KPI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuda Pacu Indonesia (KPI)
KPI didefinisikan sebagai hasil persilangan antara kuda betina G3 dan pejantan G3, betina G4 dan pejantan G4, atau betina G3 dan pejantan G4 (Soehadji 2008).
Tabel 5 Persentase genetik kuda generasi (G) dan KPI Jenis Kuda Kuda Lokal Indonesia (%) Kuda THB (%)
G0 (keturunan murni) 100 0 G1 (keturunan ke-1) 50 50 G2 (keturunan ke-2) 25 75 G3 (keturunan ke-3) 12,50 82,50 G4 (keturunan ke-4) 6,25 93,75 KPI (G3 x G3) 12,50 82,50 KPI (G3 x G4) 9,38 90,63 KPI (G4 x G4) 6,25 93,75
*G: Generasi ke-, KPI:Kuda Pacu Indonesia Sumber : Soehadji (2008)
Sistem persilangan KPI adalah lebih mengutamakan kuda pejantan THB unggul dengan harapan menurunkan potensi performa pacu yang baik. Haun (2009) lebih mengutamakan pemilihan betina berukuran jantung besar dalam sistem persilangan kuda pacu karena kromosom Y pada pejantan lebih kecil dibanding kromosom X pada betina sehingga hanya mampu membawa sedikit material turunan.
Ukuran jantung yang besar diwariskan melalui kromosom X. Pejantan yang berukuran jantung besar hanya mampu mewariskan satu kromosom X jantung besar yang didapat dari induknya sedangkan indukan dapat mewariskan 2 buah kromosom X. Indukan yang membawa genetik ukuran jantung yang besar pada 1 kromosom X saja akan memiliki peluang yang sama untuk mewariskan kromosom X ukuran jantung besar maupun ukuran jantung kecil. Indukan dengan 2 kromosom X ukuran jantung besar akan mewariskan salah satu kromosom ukuran jantung besar (Haun, 2009)
Peningkatan jumlah KPI di lapangan telah memacu peternak kuda untuk menyilangkan KPI dengan kuda G3, G4 atau sesama KPI untuk menghasilkan jenis KPI baru. Rata-rata persentasi genetik THB pada sampel KPI lebih dari 90 persen (tabel 6) sehingga bentuk tubuh dan konformasi KPI sudah mendekati kuda THB (Gambar 9).
Tabel 6 Tipe persilangan KPI dan persentasi gen kuda THB pada sampel KPI Nama Kuda Tipe Persilangan Persentase Gen THB (%)
Kuda 1 (G3) x (G4) 90,63 Kuda 2 (G4) x (G3) 90,63 Kuda 3 (G4) x (G3) 90,63 Kuda 4 (G4) x (G4) 93,75 Kuda 5 (G4) x (G4) 93,75 Kuda 6 (G3) x (G4) 90,63 Kuda 7 (G3) x (G4 x G4) 88,13 Kuda 8 (G4) x (G4) 93,75 Rata-Rata KPI 90,83
*G: Generasi ke-, KPI: Kuda Pacu Indonesia
Sumber : Aragon Stable (2010) dan Pamulang Stable 2010
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang pada KPI
Pemeriksaan fisik pada sampel KPI meliputi pemeriksaan denyut jantung (HR), skin recoil (SR), capillary refill time (CRT), warna mukosa, berat badan, tinggi badan dan umur. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan EKG dan USG.
Hasil pemeriksaan fisik sampel KPI disajikan dalam Tabel 7. Rata-rata berat badan sampel KPI yang berumur 26,5 bulan adalah 374,4 kg. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan referensi rata-rata berat badan kuda THB yang berumur 24 bulan yang mencapai 443,3 kg hingga 449,3 kg (Young et al. 2005). Berat badan kuda merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi ukuran ventrikel kiri (Hinchcliff et al. 2008; Collin 2010).
Tabel 7. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang KPI
Nama Kuda Berat (kg) Tinggi (cm) Umur (bln) Jenis Klmn HR (x/mnt) SR (dtk) CRT (dtk) Mukosa (warna) EKG USG
Kuda 1 380 156 28 Betina 54 1,5 2 Merah muda N N
Kuda 2 380 155 24 Jantan 48 1,5 2 Merah muda N N
Kuda 3 385 154 27 Jantan 60 1 2 Merah muda N N
Kuda 4 377 157 22 Jantan 44 2 2 Merah muda N N
Kuda 5 330 158 24 Betina 34 1 2 Merah muda N N
Kuda 6 391 160 28 Betina 39 1 2 Merah muda N N
Kuda 7 380 154 31 Betina 42 1 2 Merah muda N N
Kuda 8 372 154 28 Jantan 54 1 2 Merah muda N N
KPI 374,4 156 26,5 - 47 1,3 2 Merah muda N N
THB 443,3-449,3 3) 157 2) <36 4) - 38-44 1) 1-2 1-2 1) Merah muda 1) N N
*HR: Heart Rate, SR: Skin Recoil, EKG: Electrocardiography, USG: Ultrasound, N: Normal Sumber : 1) Reece 2004, 2) Edward 1994, 3) Young et al. 2005, 4) Hinchcliff et al. 2008
Rata-rata tinggi badan KPI adalah 156 cm, nilai ini cukup mendekati rata-rata tinggi THB pada umumnya yaitu 157 cm. Perbedaan berat dan tinggi badan KPI dari kuda THB disebabkan oleh perbedaan ras di samping faktor lain seperti: pemeliharaan (pakan, pemeliharaan, perawatan) dan atau pengaruh lingkungan.
Sampel KPI yang dipilih memiliki rata-rata umur 26,5 bulan. Umur ini dipilih untuk menghindari bias akibat latihan karena memasuki usia 30 bulan KPI sudah mulai dilatih. Pada umur 36 bulan, kemampuan kardiovaskuler dan enzim oksidatif otot kuda meningkat sehingga ukuran jantung menjadi lebih besar dengan HR yang lebih rendah (Hinchcliff et al. 2008). Buhl (2008) dan Collin (2010) juga membenarkan bahwa penambahan umur akan meningkatkan ukuran ventrikel kiri. Jantung dapat tumbuh kembang hingga umur kuda mencapai 4 tahun walaupun ukuran jantung masih dapat bertambah sedikit dengan latihan (Haunn, 2009).
Jenis kelamin sampel KPI terdiri dari 4 jantan dan 4 betina untuk menghindari bias ukuran jantung oleh jenis kelamin karena secara umum kuda betina memiliki ukuran jantung lebih kecil daripada pejantan akibat konsentrasi hormon anabolik endogen di pejantan lebih banyak yang akan memacu pertumbuhan otot termasuk otot jantung (Buhl 2008).
Pada tabel 7 terlihat bahwa rata-rata nilai SR KPI adalah 1,3 detik dengan CRT 2 detik menunjukkan kondisi normal. Warna mukosa KPI menunjukkan kondisi fisik yang normal.
Rata-rata HR KPI adalah 47 kali/menit sedikit di atas rata-rata HR kuda THB yakni antara 38–44 kali/menit (Reece 2004). Faktor penyebabnya diduga akibat perbedaan umur, berat dan tinggi badan, stres dan ketakutan, waktu pemeriksaan, HR, dan faktor latihan. Rata- rata umur KPI adalah 26,5 bulan sehingga masih tergolong kuda muda. Hinchcliff et al. (2008) mengatakan bahwa kemampuan kardiovaskuler dan enzim oksidatif otot kuda meningkat pada umur 36-48 bulan sehingga terjadi peningkatan ukuran jantung dan penurunan HR.
Kuda muda memiliki HR yang lebih tinggi karena ukuran tubuhnya lebih kecil dan kemampuan penghambatan tonus vagusnya belum berkembang (Reece 2004). Rata-rata berat dan tinggi badan KPI lebih rendah dari kuda THB. Reece (2004) mengatakan bahwa ukuran tubuh memiliki korelasi positif dengan HR. Kuda yang berukuran tubuh kecil memiliki HR yang lebih tinggi.
Kuda-kuda KPI belum terbiasa menjalani pemeriksaan dengan alat-alat medis seperti: stetoskop, pemeriksaan USG dan EKG sehingga mengalami peningkatan HR yang cukup tinggi. Peningkatan HR ini diduga akibat faktor fisiologis seperti: stres dan ketakutan (Marlin dan Nankervis 2004; Reece 2004). Pemeriksaan HR pada sampel KPI dilakukan pada siang hari juga dapat meningkatkan HR kuda (Marlin dan Nankervis 2004). Pemeriksaan sampel dilakukan pada KPI yang belum menjalani latihan intensif sehingga memiliki HR yang tinggi. Latihan dapat mengakibatkan hipertrofi miokardium dan peningkatan ukuran jantung. Kontraksi miokardium yang mengalami hipertrofi mampu memompa lebih banyak darah keluar jantung dalam setiap denyutan dengan sedikit HR (Marlin dan Nankervis 2004).
Berikut hasil gambaran EKG 4 lead pada salah satu sampel KPI :
Gambar 10 Gambaran EKG 4 lead pada sampel KPI.
S S T R Q P
Sebagian besar gambaran gelombang P sampel KPI di EKG 3 dan 4 lead menunjukkan defleksi positif dua puncak (bifase) dan hanya sebagian kecil memiliki satu puncak (difase). Variasi bentuk difase dan bifase pada gelombang P adalah normal pada kuda (Rose dan Hudgson 2000).
Gambar 11 Gambaran EKG 3 lead pada sampel KPI.
Interval PR sampel KPI terlihat sedikit memendek. Pemendekan interval PR ini disebabkan oleh nilai HR yang cukup tinggi dan umur KPI yang masih muda. Rose dan Hudgson (2000) menyatakan bahwa interval PR akan memanjang seiring dengan penambahan umur dan penurunan HR kuda.Setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS. Konfigurasi QRS dipengaruhi posisi kaki dan denyut jantung kuda sehingga pada saat EKG disarankan posisi kaki kiri depan kuda sedikit di depan kaki kanan depan dan dengan denyut jantung kuda sebaiknya kurang dari 42 kali per menit (Rose dan Hudgson 2000).
Gelombang Q pada beberapa sampel KPI tidak muncul pada gambaran EKG 3 dan 4 lead. Gelombang S kadang tidak muncul pada EKG 4 lead. Variasi bentuk ini masih dianggap normal karena gelombang Q pada kuda seringkali menghilang sedangkan gelombang S terkadang memiliki beberapa variasi bentuk (Rose dan Hudgson 2000.
Gelombang T sampel KPI pada EKG 4 lead mengalami defleksi positif sedangkan pada EKG 3 lead mengalami defleksi negatif. Hal ini diduga disebabkan oleh lokasi pemasangan lead. Bila arah impuls repolarisasi searah dengan impuls depolarisasi (impuls menjauhi elektroda) maka arah defleksi repolarisasi yang dihasilkan akan menjadi berlawanan dengan arah defleksi depolarisasi. Gelombang T juga dipengaruhi oleh posisi kaki dan denyut jantung (Rose dan Hudgson 2000).
Interval QT sampel KPI agak memendek diduga akibat peningkatan HR (Rose dan Hudgson 2000). Hasil gambaran umum EKG sampel KPI menunjukkan peningkatan HR melebihi rata-rata kuda THB, namun irama (ritme) dan sumbu (axis) gelombang EKG sampel
KPI menunjukkan gambaran normal dan tapak adanya tanda-tanda hipertrofi, iskemik atau infark.
Pemeriksaan EKG menunjukkan hasil yang normal. Gambaran EKG 3 lead maupun 4 lead pada sampel KPI tidak menunjukkan ada kelainan jantung. Gambaran EKG menunjukkan bahwa sampel KPI memiliki gelombang P, Q, R, S, T dengan irama/ritme defleksi, interval dan amplitudo yang sesuai dengan kisaran kuda THB (Tabel 3).
Pemeriksaan USG menunjukkan gambaran normal baik pada pengamatan B-Mode maupun M-Mode. Pada gambaran B-Mode terlihat bentuk lumen ventrikel kiri yang bulat dengan chorda tendinae yang muncul di kedua sisinya. Kontraksi ventrikel teramati dengan baik dan tidak terlihat adanya kelainan pada jantung KPI. Berikut gambaran ekhokardiografi B-Mode pada sampel KPI :
Gambar 12 Contoh gambaran ekhokardiografi B-Mode-short axis right parasternal view KPI.
Gambar 13 Contoh gambaran ekhokardiografi M-mode-short axis right parasternal view pada KPI.
Pada gambaran M-Mode setiap struktur jantung terlihat memiliki ekhogenitas yang baik dengan batas yang jelas. Sistol dan diastol terlihat memiliki irama yang teratur yang menunjukkan bahwa sampel KPI memiliki jantung yang sehat.
Pengamatan NilaiEkhokardiografiKPI