• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Sejarah Perkembangan Adat dan Hukum Adat

2. Eksistensi Hukum Adat Setelah Kemerdekaan

a. Sociological Jurisprudence

Untuk menganalisa kedudukan hukum adat dalam sistem hukum perlu kiranya diperhatikan salah satu aliran dalam ilmu hukum yaitu, Sociological Jurisprudence yang disampaikan oleh Eugen Ehrlich.

Yang menjadi konsepsi dasar dari pemikiran Ehrlich tentang hukum adalah apa yang dinamakan dengan living law. Hukum positif yang baik dan efektif adalah hukum yag sesuai dengan living law dari masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalamnya.23

Eugen Ehrlich memberikan pandangannya mengenai hukum positif yang baik. Gagasan tersebut menjelaskan bahwa hukum yang dapat melindungi dan memenuhi kepentingan masyarakat adalah hukum yang hidup didalamnya.

b. Dasar filosofis

Adapun yang dimaksud dasar filosofis dari Hukum Adat adalah sebenarnya nilai-nilai dan sifat Hukum Adat itu sangat

23 Mahdi Syahbandir. 2010. Kedudukan Hukum Adat dalam Sistem Hukum. Kanun No.50 Edisi April 2010.hlm.11

identik dan bahkan sudah terkandung dalam butir-butir Pancasila. Sebagai contoh, religio magis, gotong royong, musyawarah mufakat dan keadilan. Dengan demikian Pancasila merupakan kristalisasi dari Hukum Adat.24

Keberadaan Pancasila sebagai dasar filosofis, pada masyarakat adat, sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Nilai -nilai dari butir-butir Pancasila adalah perbuatan yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian dirumuskan pada Pancasila. Dengan demikian maka nilai-nilai pada butir Pancasila adalah hukum adat sebelum mengkristal pada Pancasila dan menjadi konsep pembuatan Undang-undang sesuai kesepakatan para sarjana.

c. Dasar Sosiologis

Secara empiris berlakunya Hukum Adat di masyarakat te lah diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat secara sukarela tanpa ada paksaan. Jadi Hukum Adat merupakan hukum yang hidup (the living law)25

Hukum kebiasaan yang menjadi norma-norma secara turun temurun yang disebut hukum masyarakat adat, dimana norma -norma itu tersosialisasi tanpa ada perintah secara khusus.

Norma-norma yang dilakukan sehari-hari secara sukarela

24 Ahdiana Yuni Lestari. 2017. Bahan Ajar Hukum Adat. UMY, Yogyakarta. Hlm.11

25Ibid. Hlm.11

menjadi budaya adalah hukum yang hidup sehingga orang asing menyebut the living law.

d. Pelopor berlakunya hukum adat

Pada awal-awal kemerdekaan muncul paham yang hendak memperjuangkan terwujudnya hukum nasional dengan cara mengangkat hukum rakyat, yaitu hukum adat, menjadi hukum nasional.26 Pelopor dari ide tersebut mayoritas adalah golongan tua, suatu ide yang sejak awal dikemukakan oleh nasionalis-nasionalis generasi sebelumnya, yang menyatakan bahwa hukum adat layak diangkat sebagai hukum nasional yang modern.27 Hal itu juga ditegaskan Ilham Bisri bahwa: Masa ini adalah masa penting bagi hukum adat, karena peradilan adat (Adat Kamer) dibuka pada tanggal 1 Januari 1938 pada Raad van Justitie di Batavia, yang memiliki tingkat kewenangan mengadili perkara-perkara hukum perdata adat pada tingkat banding untuk daerah: Jawa, Palembang, Jambi, Bangka, Belitung, Bali, dan Kalimantan.28

Kesimpulan bahwa, Peradilan adat (Adat Kamer) sudah ada sejak tahun 1938, untuk itu golongan nasionalis tua mempelopori supaya hukum adat diangkat menjadi hukum nasional pada waktu itu. Sekalipun pada akhirnya usulan itu belum terealisasi, yang pasti

26 Soetandyo Wignjosoebroto, 1995. Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional . RajaGrafindo Persada, Jakarta. hlm. 240.

27 R. Soepomo, 2000. Bab-Bab Tentang Hukum Adat Pradya Paramita, Jakarta. Hlm.3.

28 Ilham Bisri. 2012. Sistem Hukum Indonesia. PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hlm. 121

bahwa gerakan untuk memperjuangkan hukum asli Indonesia sudah digagas oleh golongan nasionalis.

e. Berlakunya hukum adat (18 Agustus 1945)

Dasar hukum berlakunya hukum adat ketika jaman penjajahan masuk ke wilayah setelah Indonesia merdeka melalui pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada masih berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut undang- Undang Dasar.29 Sigit Sapto Nugroho juga mengatakan bahwa: Sekarang yang menjadi dasar perundang-undang berlakunya Hukum Adat sebagai hukum yang tidak tertulis adalah : Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 (setelah Amandemen).30.

Setelah Indonesia merdeka, ternyata para penjajah masih berusaha untuk mengacaukan kemerdekaan Indonesia. Untuk melawan

pergerakan musuh maka setelah ditetapkannya UUD 1945 yaitu pada tanggal 18 Agusutus tahun 1945,dikuatkan dengan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 adalah masa berlakunya hukum adat untuk menghadapi keberadaan penjajah. Artinya bahwa peranan hukum adat sangat berjasa untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Menimbang peranan hukum ada pada masa itu, maka

29 Eka Susylawati. 2009. Eksistensi Hukum Adat Dalam Sistem Hukum Di Indonesia. Jurnal vol.IV No.1 Juni 2009. Hlm.133

30 Sigit Sapto Nugroho.2016. PENGANTAR HUKUM ADAT INDONESIA. Pustaka Iltizam,Solo.hlm.49

undang Dasar 1945, sampai hari masih belum menghapus sama sekali keberadaan hukum adat.

f. Pandangan sebagian sarjana Indonesia.

Setelah kemerdekaan, masalah eksistensi hukum adat menjadi persoalan yang mencuat ke permukaan dan tidak sedikit sarjana Indonesia melihat sebagai hukum inferior (menurunkan) Akibatnya, sejak kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai sekarang ini material struktur hukum Indonesia tidak jelas.31

Kesimpulan:

1. Pada zaman Belanda, sumber hukumnya adalah pasal 75 Regerings Reglement baru (yang disingkat R.R baru), yang berlaku pada tanggal 1 Januari 1920. Penegasan mengenai keberadaan hukum adat pada pasal 130 IS yang menyatakan bahwa daerah-daerah diberi kebebasan untuk menganut hukumnya sendiri.

2. Keberadaan hukum adat menurut pandangan para sarjana Indonesia tidak memberikan kepastian hukum akibatnya sampai hari ini struktur hukum Indonesia tidak jelas sebab para sarjana tidak memperhatikan pada zaman Belanda.

g.Dasar hukum peradilan adat

Pasal 281 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, "identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati.

31 Djamanat Samosir.2014. Hukum Adat Indonesia. Nuansa Aulia, Bandung. Hlm.3

Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia bahwa, hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat dan pemerintah"32

Keterkaitan pasal 281 Ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, membuktikan bahwa identitas budaya dan hak tradisional serta kebutuhan masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, termasuk masyarakat dan pemerintah.Artinya Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia, sangat peduli dengan keberadaan masyarakat adat yang masih memelihara tradisinya.

1. Pada tahun 1999

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, menurut Pasal 101 undang-undang tersebut, salah satu tugas kepala desa adalah: "mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa.

Segala perselisihan yang didamaikan oleh Kepala Desa bersifat mengikat pihak-pihakyang berselisih".33

Pada tahun 1999, perkara di desa dapat diselesaikan oleh kepala berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Hal itu juga berkaitan dengan keberadaan masyarakat adat yang bernaung didesa tersebut. Artinya apabila di desa tersebut ada pemangku adat,

32 Yulia.2016. Buku Ajar Hukum Adat. Unimal Press, Aceh. Hlm.103

33 Ibid. Hlm.104

maka merekalah bersama pemerintah desa yang menyelesaikan perkara masyarakat.

2. Pada tahun 2004

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyerahkan pengaturan tugas kepala desa berdasarkan Peraturan Daerah, sehingga satu-satunya landasan hukum bagi hakim perdamaian desa adalah Undang-undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951.34

Setelah diterbitkannya Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, maka pengaturan tugas kepala desa diatur oleh peraturan daerah. Artinya bahwa selama ada masyarakat adat didesa tersebut, hukum adat yang masih aktif didesa itu tetap diakui oleh Negara sebab sampai hari ini balum ada undang-undang yang diterbitkan oleh Negara yang menghapus keberadaan hukum adat.

3. Kesimpulan:

Dasar huku keberadaan peradilan adat pada masyarakat adat yang masih diakui oleh Negara adalah Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951Pasal 1 ayat (2)b dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Dokumen terkait