• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejadian Dermatitis Atopik Total P value OR (95%CI) DA Tidak DA Pemberian ASI Eksklusif ASI Eksklusif 11 17 28 0,102 OR 0,404 (0,135-1,209) 40,70% 63% 51,90% Tidak ASI Eksklusif 16 10 26 59,30% 37% 48,10% Total 27 27 54 100% 100% 100%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa secara keseuruhan terdapat 27 orang yang menderita dermatitis atopik dan 27 orang yang tidak menderita dermatitis atopik. Dari 27 orang yang menderita dermatitis atopik didapat 11 orang (40,7%) yang mendapatkan ASI Eksklusif dan 16 orang (59,3%) yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sedangkan dari 27 orang yang tidak menderta dermatitis atopik didapat 17 orang(63%) yang mendapatkan ASI Eksklusif dan 10 orang (37%) yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.

5.2 Hasil Analisis Statistik

Penelitian ini ingin melihat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian dermatitis atopik. Berdasarkan penelitian, didapatkan nilai Odds Ratio 0,404 (95% CI=0,135-1,209) yang berarti pemberian ASI Eksklusif merupakan faktor protektif. Namun, setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode chi square

dengan tingkat kemaknaan 0,05(α=5%) diperoleh nilai p (p value) sebesar 0,102 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Oleh karena itu, hipotesis ditolak Ho diterima, yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara pemberian ASI

33

eksklusif dengan kejadian dermatitis atopik pada anak Playgroup dan TK Happy Holy Kids, Medan.

5.3 Pembahasan

Jumlah responden pada penelitian ini adalah 54 orang dimana 27 orang (50%) menderita dermatitis atopik dan diantaranya ada 11 orang (40,7%) yang mendapatkan ASI Eksklusif sedangkan 27 orang (50%) lagi tidak menderita dermatitis atopik dan diantaranya ada 17 orang (63%) yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal yang sama terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Anita (2014) dengan responden berjumlah 108 dimana 54 orang (50%) menjadi kelompok penderita dermatitis atopik dan diantaranya ada 20 orang yang mendapatkan ASI eksklusif sedangkan 54 orang (50%) lainnya menjadi kelompok yang tidak penderia dermatitis atopik dan diantaranya 22 orang yang mendapatkan ASI eksklusif. Berdasarkan penelitian, diperoleh dermatitis atopik lebih sering terjadi pada perempuan (59,3%) dibandingkan dengan laki-laki (40,7%). Hal ini sejalan dengan pendapat Djuanda (2011) yang menyatakan bahwa rasio kejadian dermatitis atopik antara wanita dengan laki-laki adalah 1,3 :1. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiastuti tahun 2007 yang menunjukkan bahwa dermatitis atopik lebih sering pada laki-laki. Dermatitis Atopik 80 % terjadi pada anak-anak usia dibawah 5 tahun (Bieber, 2008). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kejadian dermatitis atopik banyak terjadi pada usia 4 tahun (48,1%).

Berdasarkan lama pemberian ASI Eksklusif responden dibagi atas 3 kelompok dimana ada kelompok responden yang mendapat ASI kurang dari 6 bulan, lebih dari 6 bulan dan dalam waktu 6 bulan. Dari hasil penelitian diperoleh dermatitis atopik sering pada anak-anak yang mendapatkan ASI lebih dari 6 bulan (48,1%). Namun, bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, anak-anak yang mendapatkan ASI lebih dari 6 bulan dengan tidak menderita dermatitis atopik lebih banyak jumlahnya (63%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Farazjadeeh tahun 2011 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemberian ASI dengan kejadian dermatitis

atopik sehingga dengan melebihkan waktu pemberian asi, risiko dermatitis atopik menurun (OR=0.93, 95% CI=0.90-0.96). Namun, penelitian ini belum dapat membuktikannya secara statistik, dimana diperoleh nilai p>0,05. Penelitian ini tidak sejalan penelitian yang dilakukan pesonen tahun 2006. Dari penelitian ini didapatkan bayi diberi ASI eksklusif lebih dari 9 bulan beresiko lebih besar terkena alergi dari pada bayi yang diberi ASI eksklusif kurang dari 9 bulan.

Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis atopik. Dari penelitian ini didapatkan nilai Odds Ratio 0,404 (95% CI=0,135-1,209) yang berarti pemberian ASI eksklusif merupakan faktor protektif. Namun, secara statistik hasilnya tidak bermakna karena nilai p yang didapatkan dari penelitian ini sebesar 0,102 (p>0,05). Ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis atopik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anita tahun 2014 dimana dari penilitian ini didapatkan nilai Odds Ratio 0,867 (95%CI=0,512-2,635) dan nilai p (p value) sebesar 0,508 (p>0,05). Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Kusunoki tahun 2010 bahwa penelitiannya tidak dapat membuktikan secara signifikan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis atopi dimana nilai p (p value) sebesar 0,14 (p>0,05) dan nilai Odds Ratio 1,30 (95%CI=0,91-1,86). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Budiastuti tahun 2007 dimana dari penelitiannya didapatkan nilai Odds Ratio 3,72 (95%CI=1,40-9,90) dan nilai p (p value) sebesar 0.02 (p<0.05) yang berarti bahwa terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis atopik. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Arini tahun 2014 bahwa penelitiannya dapat membuktikan secara signifikan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis atopi dimana nilai p (p value) sebesar 0,000 dan didapatkan bahwa bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif 4,030 kali menderita dermmatitis atopi.

Pemberian ASI eksklusif sewaktu bayi memberikan banyak manfaat, karena ASI merupakan makanan terbaik pada bayi yang mengandung faktor protektif dan nutrien yang dapat menjamin status gizi bayi baik serta angka kesakitan dan kematian anak menurun (Kemenkes, 2014). ASI mengandung faktor proktektif

35

yaitu antibodi, lisozim, laktoferin, komplemen, laktoperoksidase, immunoglobulin dan lainnya (Soetjiningsih, 1997). Oleh karena itu, salah satu manfaat dari pemberian ASI eksklusif adalah sebagai faktor proteksi terhadap berbagai penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan manfat pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian dermatitis atopik. Berdasarkan nilai Odd Ratio penelitian ini, didapatkan bahwa pemberian ASI eksklusif mrupakan faktor protektif. ASI Eksklusif dapat menjadi faktor proteksi dermatitis atopik karena adanya mekanisme toleransi oral dan penundaan sensitisasi dini. Dalam mekanisme tersebut yang berperan adalah antibodi spesifik dan SIgA yang terdapat di dalam ASI (Kalliomaki, 2001).

Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian ini. Namun, hasilnya masih kontroversi. Penelitian ini masih belum dapat membuktikan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis atopik. Hal tersebut dapat terjadi, karena masih ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian dermatitis atopik misalnya genetik atau riwayat atopi, usia, polusi udara seperti polusi pada daerah industri, pajanan asap rokok, pajanan tungau debu rumah serta sosio ekonomi. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor perancu pada penelitian ini.

BAB 6

Dokumen terkait