• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ELABORASI TEMA

3.2 Tinjauan Umum

3.2.3 Ekspresionisme secara umum

Bruno Taut , pencetus teori Eksprsionisme berpendapat bahwa masyarakat yang baru hanya akan dapat dicapai melalui kebangkitan kembali arsitektur dan seni bangunan yang menawarkan sintesis kebudayaan dari setiap ilmu yang terlibat didalamnya.

Visi Taut tentang reunifikasi seni dan arsitektur ini dilatar belakangi oleh Deutscher Werkbund pada tahun 1907 yang dibawah komando pendirinya Herman Muthesius, berupaya untuk mendekatkan seni di Jerman dengan industri yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas desain dan fabrikasi Jerman.

Visi Taut ini diwujudkan melalui sebuah kelompok yang disebut Arbeitsratfur Kunst (or soviet for art). Ide-ide kelompok ini diwujudkan melalui sebuah jaringan surat menyurat diantara anggota-anggotanya yang disebut Dieglaserne Kette atau Glass Chain. Diantaranya termasuk Bruno taut, Walter Gpropius dan Han Scharoun.

Arsitek lainnya seperti Hans Poelzig melalui Grosse Schauspielhaus di Berlin, 1919, dan Erich Mendelsohn melalui Einstein Tower di Postdam 1917-1921 secara tepat mewujudkan ide ini ke prakteknya.

Arsitektur ekspresionis mencapai puncaknya pada tahun 1918-1921, yaitu pada masa Jerman mengalami kesulitan ekonomi yang sangat parah yang merupakan akibat dari kekalahan Jerman pada perang dunia I. Pada saat itu nyaris tidak ada bangunan baru sehingga para arsitek hanya bebas menciptakan dan memabangun dalam alam khayal.

Arsitektur ekspresionis dipengaruhi oleh isu-isu pokok yaitu biomorphic, geomorphic, yang terpenting yaitu makhluk (the creatur), seperti yang terlihat pada karya Erich Mendelsohn (Einsten Tower), Gua (the Cave), seperti yang terlihat pada karya Poelzig (Grass Schauspielhaus) dan Kristal (the crystal) yang terlihat pada karya Bruno taut (Glass Pavilion).

Aliran ini perlahan mulai menghilang akibat gempuran-gempuran dari ide-ide lain yang lebih dekat dengan realita kehidupan modern. Puncak kekalahan ekspresionisme terjadi pada tahun 1928, pada Congres Internationaus d’ Architecture Moderne (CIAM) di La Sarraz, Switzerland. Salah seorang arsitek Ekspresionis Hugo Haring yang konsern terhadap bentuk non-normative mengalami kekalahan dari Le Corbusier yang pada saat itu memproklamasikan arsitektur yang fungsinal dan bentuk-bentuk murni geometris sebagai dasar dari arsitektur modern.

3.2.3 Ekspresionisme secara umum

Seni dimana emosi merupakan pertimbangan yang dominan diklasifikasikan kedalam ekspresionisme. Ekspresionisme memandang sesuatu kepada dunia yang mengungkapkan emosi dan pernyataan-pernyataan secara psikologi dari pada memandang dunia sebagai refleksi dari warna.

33 Para ekspresionis sadar sepenuhnya terhadap dunia nyata, tetapi menolak ide klasik yang menganggap seni sebagai imitasi dari alam, mereka menggali kedalam alam pikiran, spirit dan imajinasi.

Para ekspresionis sadar sepenuhnya terhadap dunia nyata, tetapi menolak ide klasik yang menganggap seni sebagai imitasi dari alam, mereka menggali kedalam alam pikiran, spirit dan imajinasi.

Ekspresionis, melukiskan perasaan yang paling dalam, emosi, sedih, marah dan sebagianya. Ekspresi merupakan cabang dari Analogi Linguistik yang pada dasarnya adalah satu cara untuk menjelaskan bagaimana ungkapan-ungkapan dapat dicapai dengan membatasi komponen-komponen pada elemen-elemen yang bermanfaat, yang kemudian dapat diperhalus atau diperindah sesuai dengan kepantasan tuntutan.

Arsitek-arsitek yang menganut aliran ekspresionis diantaranya adalah Bruno Taut, Eric Mendelsohn, Walter Gropius, Mies Van der Rohe, Hans Poelzig dan lain-lain. Contoh bangunan ekspresionis adalah Erich Mendelsohn’s Einstein Tower, The Amsterdam School dan lain-lain.

Ekspresionisme dalam desain arsitektur adalah :

 Aliran yang lebih menekankan sisi spiritual dan emosi daripada aspek fungsional

bangunan. Bangunan dipandang sebagai wadah pengungkapan pikiran arsitek.

 Menempatkan emosi sebagai pertimbangan yang dominan dalam merancang suatu

arsitektur.

Ciri-ciri ekspresionisme berdasarkan buku “Ruang dalam Arsitektur” oleh Cornelis van De Ven adalah sebagai berikut :

Irasional, merupakan pembelokan dari fisafata objetif dan konsep-konsep statis mengenai ruanganyang lebihmengarah ke subjektifitas.

Emosional, dimana emosi ebih diutamakan daripada nalar.

Antopometrik, merupakan proyeksi simbol-simbol organisme ke dalam masa asitektural. Bangunan dianggap sebagai makhluk yang hidup yang menghasikan bentuk-bentuk organik dengan garis melengkung dan kurva-kurva.

Kristalin, merupakan perwujudan artistik kristal yang angular. Wujud-wujud angular tersebut merupakan pembagian secara sadar atas geometri sederhana dari kubus, prisma, dan sebgainya.

Utopian, diakibatkan oleh tendensi yang pada saat itu merupakan keputusasaan akibat perang. Banyak bangunan yang tidak dapat diwujudkan sehingga para arsitek membangun dalam alam khayalnya.

Monumental, menempatkan bagian utama dari komposisi arsitektural yang terdiri dari sebuah masa yang sentral, dominan, dan menjulang.

34 Tabel 3.1 Karateristik Ekspresionisme Melalui Karya

Masa Arsitek Karya Ciri-ciri

Mchael de Klerk EigenHaard haousing , 1913-1920, Amsterdam Menciptakan mbentuk-bentuk kurva dengan menggunakan bata untuk menciptakan sudut-sudut yang dibulatkan

Bruno Taut Glass Pavilion,

1914 Cologne, Jerman

Penggunaan bahan kaca. Atapnya berupa kubah persegi yang terbuat dari kaca sehingga befungsi untuk memasukkan cahaya kedalam ruangan. Dinding terbuat dari glass block, denah berbentuk bulat

Erich

Mendelsohn

Einstein Tower, 1917-1921,

Postdam

Menonjolkan efek platis dari beton untuk menciptakan bentuk sclupture yang berbentuk mahkluk yang berotot dalam posisi yang siap menerkam. Atap kubah dipuncak diasosiakan sebagai kepala dan bukaan jendela ditarik kedalam diasosiasikan sebagai mata. Bangunan ini juga menggunakan susdut-sudut yang dibulatkan.

Ekspresionis Awal

Hans Poelzig Grosse

Schauspielhaus, 1919, Berlin

Menonjolkan interior dalam bertujuan membawa orang kealam mimpi. Berusaha menggambarkan gua tempat hidupnya Zarathystranya Nietzche yang dipercaya tempat lahirnya agama dan seni.

Foyernya berbentuk sirkulasi mengelilingi kolam. Puncaknya raungan teater yang langit-langitnya penuh dengan barisan stalagnit-stalagnit ayng tebal yang dicat merah menggantung

35 dengan ratusan lampu warna-warni yang disembunyikan disuatu kedalman, memberi kesan berkilau Walter Gropius Monumen buat pekerja yang tewas, 1921

Monumen ini terbuat dari beton yang dibentuk bergerigi

Fritz Hoger Chilehaus, 1923,

Hanburg

Dibangun di site yang berbentuk segitiga dipusat kota Hanburg. Atap pada salah satu sudut dilancipkan keatas seolah-olah menggambarkan bubungan kapal, menyimpulkan Hanburg sebagai kota pelabuhan

Ekspresionis Akhir

Hugo Haring Cow Shed on the

Garkau farm, 1924-1925,

Lubeck, Jerman

Penggunaaan atap dan sudut yang dibulatkan. Dinding bata yanghorizontal kontras dengan papan-papan vertikal pada loteng jerami dan gudang di cat hijau pada akhir 1930-an

Hans Scharoun

Berlin

philharmonic, 1956-1963

Berbentuk seperti gelombang dengna dinding bertekstur berwarna kuning dan ujng atapnya yang dilancipkan

Jorn Utzon Sydney Opera

haouse, 1956-1973, Sydney

Menggunakan efek plastis dari beton. Mengibaratkan kapal yang sedang berlabuh

Awal

kebangkitan Ekspresionisme

Eero Saarinen TWA JFK Airport,

1956-1962, AS

Menggunakan efek plastis dari beton untuk menggambarkan burung raksasa yang siap terbang. Dengan ruang – ruang yang mengalir yang diibaratkan sebagai urat nadi dari burung tersebut

Dokumen terkait