• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Ekstraksi sampel

Ekstraksi yang dipilih untuk penelitian ini adalah maserasi. Metode

maserasi memiliki beberapa kelebihan di antara metode ekstraksi lainnya. Selain

dapat menjaga stabilitas senyawa fenolik yang terekstraksi dari sampel, metode

ini juga menguntungkan karena sederhana dan mudah dilakukan. Proses maserasi

dilakukan dengan melarutkan sampel ke dalam cairan penyari. Larutan penyari

yang digunakan yaitu etanol 70 %. Cairan penyari etanol 70% ini dipilih karena

senyawa-senyawa flavonoid mudah larut di dalam pelarut metanol maupun etanol

yang mengandung air 20-50 % (Bruneton, 1999) dan proses maserasi ini dibantu

dengan alat shaker. Penggunaan shaker pada proses maserasi bertujuan untuk

membantu agar hasil ekstraksi lebih maksimal dan efektif. Adanya bantuan

berpenetrasi ke dalam sel-sel tanaman. Proses maserasi ini dilakukan selama tiga

hari. Selanjutnya cairan penyari dipisahkan dari ampas serbuk kulit jeruk dengan

disaring. Penyaringan ini menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas

saring dan dibantu dengan pompa vakum. Pompa vakum digunakan untuk

membantu mempercepat proses penyaringan. Ampas hasil penyarian kemudian

diremaserasi lagi dengan menambahkan penyari etanol yang baru dengan volume

yang sama selama tiga hari seperti sebelumnya. Dan hasil remaserasi dipisahkan

dengan penyarinya dengan disaring menggunakan corong Buchner. Tujuan dari

remaserasi ini yaitu untuk menyari senyawa-senyawa yang mungkin belum

sempat terekstraksi karena penyari yang sudah jenuh.

Hasil maserasi dan remaserasi digabung menjadi satu dan diuapkan

pelarutnya menggunakan vacuum rotary evaporator. Prinsip dari alat ini yaitu

penguapan dengan penurunan tekanan. Jika tekanan uap suatu cairan sama dengan

tekanan atmosfer, maka cairan akan mendidih dan menguap pada titik didih

normalnya. Oleh sebab itu, dengan adanya vakum akan menurunkan tekanan pada

alat di bawah tekanan atmosfer sehingga menyebabkan suatu cairan mendidih di

bawah titik didih normalnya. Penguapan pelarut dengan menggunakan rotary

evaporator direkomendasikan untuk residu yang tidak tahan panas karena

temperatur pada penangas air pada rotary evaporator lebih rendah jika dibanding

pada penangas air biasa (Patiram, Brajendra Azad Thakur dan Ramesh, 2007).

Setelah itu, proses penguapan pelarut ini dilanjutkan dengan menggunakan oven

pada suhu 50oC untuk menghilangkan sisa-sisa penyari sampai diperoleh ekstrak

Ekstrak etanol kulit jeruk yang didapat kemudian dilarutkan dalam air

hangat karena ekstrak sulit untuk dilarutkan dalam air dingin. Ekstrak yang telah

larut kemudian diektraksi cair-cair dengan wash bensin dengan perbandingan

wash bensin : air (1:1 v/v) menggunakan corong pisah. Ekstraksi cair-cair

digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk

memisahkan analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin mengganggu

pada saat kuantifikasi atau deteksi analit (Gandjar, 2007). Prinsip dari ekstraksi

cair-cair merupakan pemisahan dua atau lebih senyawa yang saling campur

berdasarkan perbedaan polaritas dengan menggunakan dua pelarut yang memiliki

perbedaan polaritas yang tidak saling campur. Analit-analit yang mudah

terekstraksi ke pelarut organik adalah molekul-molekul netral yang bersifat

non-polar atau agak non-polar. Sementara itu, senyawa non-polar dan juga senyawa-senyawa

yang mudah mengalami ionisasi akan tertahan dalam fase air. Pada partisi ini,

fraksi air akan berada di bagian bawah dan wash bensin di atas. Hal ini

dikarenakan bobot jenis air (0,996 g/ml) lebih besar jika dibandingkan dengan

wash bensin (0,730 g/ml). Bagian yang polar seperti polifenol dan flavonoid akan

terlarut ke dalam air, sedangkan bagian non polar seperti klorofil dan lipid akan

terlarut ke dalam wash bensin. Proses ekstraksi ini dilakukan berulang sampai tiga

kali sampai pelarut wash bensin menjadi bening yang menandakan bahwa tidak

ada lagi senyawa-senyawa yang tidak diinginkan yang terlarut di dalam fraksi air.

Fraksi yang diambil pada partisi ini adalah fraksi air yang mengandung polifenol

senyawa-senyawa yang terlarut bukan merupakan senyawa-senyawa yang ingin diuji dalam

penelitian ini.

Setelah itu, proses partisi dilanjutkan kembali menggunakan pelarut yang

berbeda, yaitu etil asetat yang berbobot jenis 0,898 g/ml dengan perbandingan

volume 1:1 v/v. Pada partisi ini, etil asetat berada di atas karena bobot jenis air

lebih besar (0,996 g/ml) dibandingkan etil asetat. Proses ekstraksi ini juga

dilakukan berulang, yakni tiga kali sampai pelarut etil asetat menjadi bening. Hal

ini menandakan bahwa tidak ada lagi senyawa yang larut dalam pelarut etil asetat.

Pada proses partisi ini, fraksi yang diambil adalah fraksi etil asetat karena

sebagian besar senyawa-senyawa flavonoid larut dalam fraksi etil asetat.

Fraksi etil asetat yang didapat, dievaporasi menggunakan vacuum rotary

evaporator untuk menghilangkan pelarut. Kemudian dioven untuk menguapkan

sisa-sisa etil asetat sampai didapat bobot tetap fraksi etil asetat ekstrak etanolik.

Fraksi etil asetat ini yang akan digunakan untuk uji aktivitas antioksidan dan

ditetapkan kandungan fenolik total yang dinyatakan sebagai ekivalen asam galat.

Berat fraksi etil asetat yang didapat yaitu 245 mg dan disimpan dalam eksikator

untuk menjaga stabilitas senyawa dari pengaruh cahaya maupun kelembaban

lingkungan.

E. Uji Pendahuluan 1. Uji pendahuluan fenolik total

Uji pendahuluan fenolik total ini bertujuan untuk mengetahui adanya

kualitatif. Prinsip dari uji ini adalah reaksi oksidasi-reduksi pada suasana basa.

Penambahan natrium karbonat akan memberikan suasana basa yang akan

mengubah senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Ion fenolat yang terbentuk akan

dioksidasi oleh asam fosfomolibdab-fosfotungstat dalam reagen Folin-Ciocalteu

yang menyebabkan larutan berubah menjadi warna biru. Keberadaan senyawa

fenolik dalam sampel positif apabila terjadi perubahan warna pada reagen

Folin-Ciocalteu yang berwarna kuning menjadi biru. Pada uji pendahuluan ini, fraksi

etil asetat ekstrak etanolik kulit jeruk nipis menunjukkan hasil positif dengan

adanya perubahan larutan menjadi berwarna biru, sehingga dapat dikatakan bahwa

mengandung senyawa fenolik.

Gambar 3. Hasil uji pendahuluan fenolik (A = reagen Folin-Ciocalteu + larutan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis, B = kontrol positif [reagen Ciocalteu + asam galat], C = blanko [reagen

Folin-Ciocalteu + natrium karbonat) 2. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

Uji pendahuluan merupakan langkah awal dalam penentuan aktivitas

antioksidan yang bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan dari

fraksi etil asetat ekstrak etanolik kulit jeruk nipis secara kualitatif. Uji ini

dilakukan dengan mereaksikan DPPH 0,4 mM dengan larutan sampel uji yang

dibandingkan dengan kontrol negatif (hanya larutan DPPH) dan kontrol positif

(larutan DPPH yang direaksikan dengan larutan baku pembanding, yaitu rutin).

Apabila senyawa uji memiliki aktivitas antioksidan, ketika direaksikan dengan

DPPH maka radikal DPPH akan menangkap elektron yang menyebabkan

berkurangnya ikatan rangkap konjugasi karena tidak adanya kesempatan elektron

untuk beresonansi. Reaksi ini ditandai dengan adanya perubahan warna larutan

DPPH yang berwarna ungu menjadi kuning. Pada hasil uji pendahuluan (Gambar

4) ini menunjukkan hasil positif untuk larutan rutin yang ditandai dengan

perubahan warna ungu menjadi kuning, sedangkan untuk larutan sampel uji juga

menunjukkan hasil positif dengan ditandai dengan adanya penurunan intensitas

warna ungu. Walaupun tidak terjadi perubahan warna manjadi kuning dan hanya

penurunan intensitas warna, tetap ada kemungkinan aktivitas antioksidan.

Gambar 4. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = larutan DPPH + larutan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis, B =

kontrol negatif [larutan DPPH], C = kontrol positif [larutan DPPH + larutan rutin])

Gambar 5. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = larutan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis + metanol, B = larutan

rutin + metanol)

F. Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan

Dokumen terkait