• Tidak ada hasil yang ditemukan

minimum parameter hasil ekstraksi statistik orde pertama ini sehingga klasifikasi non linear yaitu dengan memakai bidang pemisah bukan garis lurus masih dapat dilakukan. Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada grafik Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Grafik range nilai fitur smoothness, third moment, dan uniformity. Grafik perbandingan tiga nilai fitur yaitu smoothness, third moment dan uniformity diperlihatkan pada Gambar 4.3. Ada perbedaan nilai yang cukup signifikan pada parameter third moment yaitu antara -0,0334 dan -0,6272. Demikian juga pada parameter uniformity yaitu antara 0,1246 dan 0,4602. Walaupun pada parameter smoothness tidak terjadi perbedaan signifikan yaitu antara 0,8377 dan 0,8142 serta 0,9709 dan 0,9735. Dengan demikian klasifikasi tetap dapat dilakukan karena ada nilai nilai parameter (third moment dan uniformity) yang perbedaannya cukup signifikan.

4.2. Ekstraksi Statistik Orde Kedua (GLCM)

Ciri ekstraksi statistik orde dua ini adalah menghitung probabilitas hubungan ketetanggaan antara dua piksel pada jarak dan orientasi sudut tertentu, sehingga metode ini disebut juga dengan Gray Level Co-occurence Matrix (GLCM). Pada penelitian ini dibentuk matriks kookurensi dengan ukuran 88, jarak d=1 piksel, sudut orientasi  = 0, 45, 90, 135 dan dengan menggunakan persamaan (2.21) sampai dengan persamaan (2.26) dihitung nilai-nilai fitur dari lesi kista dan tumor

Perbedaan nilai sedikit

Perbedaan nilai cukup signifikan

50

citra panoramik gigi manusia. Dua puluh nilai fitur terbentuk dari hasil perhitungan ini, yaitu contrast, correlation, energy, homogeneity, entropy masing-masing dengan sudut orientasi  = 0, 45, 90, 135 dan jarak d=1.

Tahapan proses ekstraksi dengan metode GLCM adalah sebagai berikut: 1. Buat matriks kookurensi.

2. Normalisasi nilai tiap elemen pada matriks kookurensi dengan menggunakan Persamaan (2.21) sehingga nilai hasil normalisasi dapat diperlakukan sebagai fungsi probabilitas karena jumlah seluruh elemen menjadi bernilai satu.

3. Menghitung sifat-sifat tekstur yaitu contrast, correlation, energy, homogeneity dan entropy menggunakan persamaan (2.22) sampai dengan persamaan (2.26) berdasarkan hasil normalisasi nilai pada matriks kookurensi tersebut.

Untuk menghindari pembentukan matriks kookurensi yang terlalu besar dan dapat menyebabkan proses perhitungan menjadi lambat, biasanya ukuran matriks kookurensi dibatasi. Untuk mendapatkan ukuran matriks kookurensi yang efisien (tidak kehilangan informasi tetapi tidak memperlambat proses) maka pada penelitian ini dicari ukuran matriks kookurensi yang cocok. Percobaan dilakukan dengan ukuran 44, 88, 1616, 3232, 6464, 128128 dan 256256 hanya untuk satu citra dengan jarak d=1 piksel dan arah 0. Hasil pembentukan matriks kookurensi untuk ukuran (a) 44; (b) 88; (c) 1616 diperlihatkan pada Gambar 4.4. Untuk ukuran matriks 44, banyak informasi yang hilang, walaupun sedikit elemen matriks yang nilainya 0. Terlihat pada Gambar 4.4(a), untuk pasangan intensitas tingkat keabuan 3 dan 3 mencapai nilai sampai dengan 1266. Nilai ini terlalu besar untuk suatu informasi yang seharusnya mengandung 256 tingkat keabuan. Untuk ukuran matriks 1616 terlihat bahwa banyak elemen matriks yang nilainya 0 yaitu sebanyak 141 elemen matriks. Untuk ukuran matriks 88, ada sebanyak 42 elemen matriks yang nilainya 0. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan bertambahnya ukuran matriks kookurensi, maka makin banyak elemen matriks yang bernilai 0 (tidak mengandung informasi) padahal ukuran

51

matriks ini tidak mempengaruhi nilai akurasi pada saat klasifikasi. Dari segi waktu, makin besar ukuran matriks maka makin lama prosesnya padahal banyak elemen yang bernilai 0. Dengan demikian dipilih ukuran matriks 88 piksel untuk ke 133 citra yang ada.

Gray-level 1 2 3 4 1 76 20 0 0 2 20 694 59 0 3 0 59 1266 104 4 0 0 104 718 (a) Gray-level 1 2 3 4 5 6 7 8 1 8 13 0 0 0 0 0 0 2 13 94 34 0 0 0 0 0 3 0 34 198 60 0 0 0 0 4 0 0 60 296 59 0 0 0 5 0 0 0 59 438 86 0 0 6 0 0 0 0 86 454 92 0 7 0 0 0 0 0 92 616 85 8 0 0 0 0 0 0 85 158 (b) Gray-level 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 5 14 11 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 11 26 12 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 3 12 38 29 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 4 29 56 31 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 1 4 31 72 43 7 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 1 7 43 92 54 10 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 7 54 84 44 5 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 10 44 94 63 6 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 5 63 174 71 12 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 6 71 126 62 10 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 62 130 72 15 1 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 72 150 73 15 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 73 182 89 10 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15 89 168 50 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 50 70 (c)

Gambar 4.4 (a) Pembentukan matriks kookurensi dengan ukuran 44 piksel (b) Pembentukan matriks kookurensi dengan ukuran 88 piksel (c) Pembentukan matriks kookurensi dengan ukuran 1616 piksel

52

Selain ukuran matriks, arah vektor pembentukan matriks juga dapat mempengaruhi hasil ekstraksi. Dalam penelitian ini dipakai keseluruhan arah yang ada pada metode GLCM ini, yaitu 0, 45, 90 dan 135. Setelah matriks kookurensi terbentuk maka langkah selanjutnya adalah menormalisasi nilai-nilai elemen matriks tersebut dengan persamaan (2.21) menjadi fungsi probabilitas sehingga jumlah nilai semua elemen matriks sama dengan 1. Contoh hasil normalisasi matriks kookurensi dengan ukuran 88 piksel, d=1 dan arah = 0

diperlihatkan pada Gambar 4.5.

Gray-level 1 2 3 4 5 6 7 8 1 0.0026 0.0042 0 0 0 0 0 0 2 0.0042 0.0301 0.0109 0 0 0 0 0 3 0 0.0109 0.0635 0.0192 0 0 0 0 4 0 0 0.0192 0.0949 0.0189 0 0 0 5 0 0 0 0.0189 0.1404 0.0276 0 0 6 0 0 0 0 0.0276 0.1455 0.0295 0 7 0 0 0 0 0 0.0295 0.1974 0.0272 8 0 0 0 0 0 0 0.0272 0.0506

Gambar 4.5 Hasil normalisasi matriks kookurensi dengan ukuran 88 piksel

Normalisasi nilai pada elemen matriks diperlukan untuk menghindari nilai yang terlalu besar atau terlalu kecil. Terlihat pada Gambar 4.5, nilai semua elemen matriksnya menjadi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Berdasarkan hasil normalisasi, dihitung fitur contrast, correlation, energy, homogeneity dan entropy masing-masing dengan sudut orientasi 0, 45, 90 dan 135. Hasil ekstraksi GLCM ini secara lengkap diberikan pada lampiran laporan disertasi ini.

Tabel 4.3 menunjukkan sampel data hasil ekstraksi fitur GLCM lesi kista dan tumor citra panoramik gigi manusia. Nilai nilai dari Tabel 4.3 dirangkum menjadi nilai-nilai minimum dan nilai-nilai maksimum pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 menunjukkan nilai minimum dan nilai maksimum fitur hasil ekstraksi GLCM untuk lesi kista dan tumor. Terlihat dari Tabel 4.4 bahwa semua nilai fitur yang dihasilkan GLCM antara lesi kista dan lesi tumor terjadi tumpang tindih, dan perbedaan nilai yang kecil terjadi pada fitur contrast, correlation, homogeneity dan entropy, sedang perbedaan nilai yang cukup signifikan terjadi pada fitur energy.

53

Tabel 4.3 Sampel Data Hasil Ekstraksi Fitur dengan metode GLCM

Citra Sudut Contrast Correlation Energy Homogeneity Entropy

Kista-1 0 0.1205 0.9649 0.1706 0.9397 1.6517 Kista-2 0 2.5917 -0.2779 0.1006 0.6214 0.6704 Kista-3 0 2.8718 -0.1313 0.0717 0.5811 0.3948 Kista-4 0 2.1058 -0.1302 0.1002 0.6419 0.0000 Tumor-1 0 0.9147 0.5098 0.1753 0.7838 1.3601 Tumor-2 0 0.8853 0.3403 0.2428 0.8146 0.0000 Tumor-3 0 0.1365 0.9653 0.5141 0.9377 0.2825 Tumor-4 0 2.8603 0.2307 0.0802 0.6799 0.1005 Tumor-5 0 0.3487 0.7632 0.7107 0.9300 0.0780 Kista-1 45 0.2249 0.9312 0.1403 0.8876 1.8616 Kista-2 45 1.1749 0.4247 0.0996 0.6803 1.0018 Kista-3 45 1.5858 0.3769 0.0735 0.6269 0.6726 Kista-4 45 0.9816 0.4760 0.1070 0.7003 0.0687 Tumor-1 45 0.5904 0.6801 0.1615 0.7762 1.4700 Tumor-2 45 0.7712 0.4212 0.2324 0.7886 0.0048 Tumor-3 45 0.2807 0.9204 0.4988 0.9021 0.2517 Tumor-4 45 1.6252 0.5535 0.0776 0.6677 0.1878 Tumor-5 45 0.1644 0.8790 0.7251 0.9424 0.0928 Kista-1 90 0.2103 0.9361 0.1459 0.8949 1.8318 Kista-2 90 2.4949 -0.2247 0.0983 0.6262 0.6991 Kista-3 90 2.6532 -0.0548 0.0727 0.5922 0.4587 Kista-4 90 2.0962 -0.1240 0.1019 0.6462 0.0000 Tumor-1 90 0.9179 0.5114 0.1762 0.7886 1.3485 Tumor-2 90 0.8974 0.3667 0.2541 0.8189 0.0047 Tumor-3 90 0.1929 0.9455 0.5084 0.9198 0.2665 Tumor-4 90 2.5038 0.3171 0.0898 0.7064 0.1009 Tumor-5 90 0.3083 0.7954 0.7085 0.9364 0.0792 Kista-1 135 0.2571 0.9217 0.1339 0.8723 1.8878 Kista-2 135 1.0362 0.4928 0.1040 0.6954 1.0033 Kista-3 135 1.5799 0.3796 0.0736 0.6298 0.6784 Kista-4 135 1.0480 0.4403 0.1049 0.6941 0.0583 Tumor-1 135 0.5753 0.6896 0.1633 0.7773 1.4630 Tumor-2 135 0.7009 0.4725 0.2386 0.8034 0.0202 Tumor-3 135 0.2485 0.9292 0.5018 0.9077 0.2535 Tumor-4 135 1.6088 0.5574 0.0769 0.6652 0.2007 Tumor-5 135 0.2163 0.8419 0.7185 0.9349 0.0806

54

Tabel 4.4 Nilai minimum dan nilai maksimum fitur hasil ekstraksi dengan GLCM

Fitur

Lesi Kista Lesi Tumor

Min. Max. Min. Max.

Sudut orientasi  = 00, jarak d = 1

Contrast 0.1205 2.8718 0.1365 2.8603 Correlation -0.2779 0.9888 -0.2903 0.9653 Energy 0.0527 0.4895 0.0706 0.7107 Homogeneity 0.5730 0.9397 0.6090 0.9377 Entropy 0.0000 1.8815 0.0000 1.7850 Sudut orientasi  = 450, jarak d = 1

Contrast 0.2249 2.2715 0.1644 1.9244 Correlation 0.2610 0.9741 0.2457 0.9391 Energy 0.0498 0.4670 0.0616 0.7251 Homogeneity 0.5518 0.8927 0.6037 0.9424 Entropy 0.0687 2.0012 0.0048 1.8431 Sudut orientasi  = 900, jarak d = 1

Contrast 0.1673 2.6532 0.1353 2.6551 Correlation -0.2247 0.9842 -0.2566 0.9550 Energy 0.0602 0.4771 0.0714 0.7085 Homogeneity 0.5922 0.9181 0.6177 0.9450 Entropy 0.0000 1.9115 0.0047 1.6324 Sudut orientasi  = 1350, jarak d = 1

Contrast 0.1795 2.3064 0.2163 1.8725 Correlation 0.2499 0.9860 0.2186 0.9464 Energy 0.0491 0.4632 0.0626 0.7185 Homogeneity 0.5573 0.9103 0.6085 0.9349 Entropy 0.0583 1.9983 0.0202 1.8378

55

Kisaran nilai untuk fitur contrast (=0) dari lesi kista adalah dari 0,1205 sampai dengan 2,8718 sedang dari lesi tumor adalah dari 0,1365 sampai dengan 2,8603. Tidak ada perbedaan nilai yang besar antara lesi kista dan lesi tumor ini untuk

=0 dan =90, tetapi ada perbedaan nilai untuk =45 dan =135. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Grafik range nilai fitur contrast untuk lesi kista dan tumor Gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai contrast antara lesi kista dan tumor hampir sama pada sudut orientasi 0 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,121 sampai dengan 2,872 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,137 sampai dengan 2,860) dan 90 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,167 sampai dengan 2,653 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,135 sampai dengan 2,655). Ini berarti secara kasat mata lesi kista dan lesi tumor sulit dibedakan. Tetapi pada sudut orientasi 45 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,225 sampai dengan 2,272 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,164 sampai dengan 1,924) dan 135 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,179 sampai dengan 2,306 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,216 sampai dengan 1,872) masih ada perbedaan sehingga lesi kista dan lesi tumor masih dapat di klasifikasikan secara non-linear.

Demikian pula untuk fitur correlation, tidak ada perbedaan nilai yang besar. Secara lebih jelas diperlihatkan pada Gambar 4.7.

Nilai hampir sama

Ada perbedaan

56

Gambar 4.7 Grafik range nilai fitur Correlation untuk lesi kista dan tumor Gambar 4.7 menunjukkan tingkat korelasi yang hampir mendekati nilai positif 1. Hal ini menunjukkan bahwa lesi kista dan tumor memiliki tingkat korelasi positif antar piksel tetangga dengan keseluruhan piksel dalam citra. Dari nilai korelasi ini terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan data yang signifikan antara lesi kista dan lesi tumor baik pada sudut orientasi 0 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari -0,278 sampai dengan 0,989 dan untuk lesi tumor adalah dari -0,290 sampai dengan 0,965), 45 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,261 sampai dengan 0,974 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,246 sampai dengan 0,935), 90

(kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari -0,225 sampai dengan 0,984 dan untuk lesi tumor adalah dari -0,257 sampai dengan 0,955) maupun 135 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,250 sampai dengan 0,986 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,219 sampai dengan 0,946) yang menjadikan nilai akurasi hasil klasifikasi untuk metode GLCM ini hanya 61,54%.

Untuk fitur energy terdapat perbedaan nilai kisaran antara lesi kista dan lesi tumor yang cukup besar untuk semua sudut orientasi sehingga klasifikasi dapat dilakukan. Secara lebih jelas, perbedaan kisaran nilai-nilai ini diperlihatkan pada grafik Gambar 4.8.

57

Gambar 4.8 Grafik range nilai fitur Energy untuk lesi kista dan tumor Gambar 4.8 menunjukkan energy yang diperoleh nilainya lebih kecil dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas piksel bertetangga pada citra mempunyai tingkat keseragaman yang dipastikan tidak konstan. Terdapat perbedaan data antara lesi kista dan lesi tumor baik untuk sudut orientasi 0 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,053 sampai dengan 0,490 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,071 sampai dengan 0,711), 45 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,050 sampai dengan 0,467 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,062 sampai dengan 0,725), 90 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,060 sampai dengan 0,477 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,071 sampai dengan 0,708) maupun 135

(kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,049 sampai dengan 0,463 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,063 sampai dengan 0,719) sehingga klasifikasi dapat dilakukan.

Gambar 4.9 menunjukkan rata-rata nilai fitur homogeneity mendekati nilai satu. Hal ini berarti bahwa lesi kista dan tumor sama-sama memiliki distribusi piksel yang mendekati distribusi elemen piksel pada posisi diagonalnya dengan nilai yang hampir sama yang menyebabkan nilai akurasi hasil klasifikasi hanya 61,54%.

58

Gambar 4.9 Grafik range nilai fitur Homogeneity untuk lesi kista dan tumor Dari nilai fitur homogeneity ini terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan data yang signifikan antara lesi kista dan lesi tumor baik pada sudut orientasi 0 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,573 sampai dengan 0,940 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,605 sampai dengan 0,938), 45 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,552 sampai dengan 0,893 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,604 sampai dengan 0,942), 90 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,592 sampai dengan 0,918 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,618 sampai dengan 0,945) maupun 135

(kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,557 sampai dengan 0,910 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,609 sampai dengan 0,935) yang menjadikan nilai akurasi hasil klasifikasi untuk metode GLCM ini hanya 61,54%.

Gambar 4.10 menunjukkan nilai entropy antara lesi kista dan tumor hampir sama. Ini berarti lesi kista dan tumor memiliki variasi struktur ketidakaturan yang sama, bahkan ada lesi yang nilai entropynya adalah 0 untuk sudut orientasi =0 (lesi kista dan lesi tumor) dan =90 (untuk lesi tumor). Dari nilai fitur entropy ini terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan data yang signifikan antara lesi kista dan lesi tumor baik pada sudut orientasi 0 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,000 sampai dengan 1,882 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,000 sampai dengan

59

1,785), 45 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,069 sampai dengan 2,001 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,005 sampai dengan 1,843), 90 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,000 sampai dengan 1,912 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,005 sampai dengan 1,632) maupun 135 (kisaran nilai untuk lesi kista adalah dari 0,058 sampai dengan 1,998 dan untuk lesi tumor adalah dari 0,020 sampai dengan 1,838) yang menjadikan nilai akurasi hasil klasifikasi untuk metode GLCM ini hanya 61,54%.

Gambar 4.10 Grafik range nilai fitur Entropy untuk lesi kista dan tumor Secara keseluruhan nilai fitur yang dapat di ekstraksi dari metode GLCM ini tidak mencerminkan adanya perbedaan data yang signifikan terutama untuk fitur correlation, homogeneity dan entropy yang menjadikan nilai akurasi hasil klasifikasi hanya mencapai 61,54%.

Dokumen terkait