• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elaborasi Tema

Dalam dokumen TA TB 1105155 Chapter3 (Halaman 57-87)

3. SWK Tegalega

3.5 Elaborasi Tema

3.5.1 Latar Belakang Pemilihan Tema

Kota Bandung secara geografis terletak diantara 107o32’38,91” Bujur Timur dan 6o55’19,94” Lintang Selatan, sehingga iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Temperatur rata-rata 23,4oC, dengan rata-rata temperatur maksimal 28,7oC dan minimal 19,8oC dengan lamanya penyinaran matahari sebesar 56%.

Gambar 3.24 Trayek Angkutan Umum Sumber: Analisa Pribadi 2015

Gambar 3.25 Skema Peta Pencapain Lokasi Bandung Sports Club Sumber: Analisa Pribadi 2015

p e r

bulannya, serta kelembapan nisbi sebesar 77%. Suhu udara rata-rata di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.23 dan Tabel 3.24 untuk curah hujan, kelembapan dan penyinaran matahari di Kota Bandung.

Bulan Temperatur (

o

C)

Rata-Rata Maks. Min.

Januari 23,3 28,0 20,4 Februari 23,1 28,5 20,2 Maret 23,6 28,8 20,3 April 23,7 29,2 20,0 Mei 23,8 29,3 19,8 Juni 23,4 28,5 20,0 Juli 22,8 28,5 18,7 Agustus 23,4 29,0 19,1 September 23,6 29,3 19,3 Oktober 23,5 29,2 19,6 November 23,5 28,6 20,0 Desember 23,2 27,9 20,1 Rata-rata 2013 23,4 28,7 19,8

Bulan Curah Hujan

(mm) Kelembapan Nisbi (%) Penyinaran, LPM (%) Januari 168,2 83,0 49 Tabel 3.23

Suhu Udara Rata-Rata di Kota Bandung

Sumber: Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung, 2013 Tabel 3.24

Februari 416,7 85,0 54 Maret 307,7 84,0 57 April 166,9 83,0 60 Mei 190,6 82,0 68 Juni 201,6 85,0 60 Juli 76,3 80,0 71 Agustus 64,2 77,0 75 September 145,3 79,0 64 Oktober 114,9 81,0 57 November 225,8 81,0 53 Desember 204,7 84,0 35 Rata-rata 2013 190,2 82,0 59

Berdasarkan pertimbangan diatas, untuk itu diperlukan bangunan yang dapat menyikapi kondisi iklim kota Bandung yang sedemikian rupa, sehingga dapat terwujud kenyamanan bagi penggunanya. Oleh karena itu, tema yang digunakan pada perancangan Bandung Sports Club ini adalah Arsitektur Tropis. Kelebihan dari tema Arsitektur Tropis adalah sebuah konsep perancangan yang memanfaatkan potensi alam dengan optimal, sehingga tercipta sebuah bangunan yang ramah terhadap lingkungan dan dapat menciptakan bangunan yang nyaman bagi penggunanya.

3.5.2 Pengertian Tema a. Arsitektur Tropis

Tropis merupakan kata yang berasal dari bahasa yunani, yaitu tropikos yang berarti garis balik yang meliputi sekitar 40% dari luas seluruh permukaan bumi. Garis-garis balik ini adalah garis lintang 23o27’ utara dan selatan. Daerah tropis di definisikan sebagai daerah yang terletak diantara garis isotherm 20o di sebelah bumi utara dan selatan (Lippsmeier, 1994). Dengan kata lain, Arsitektur Tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah beriklim tropis.

Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah yang dominan pada hampir keseluruhan waktu dengan suhu rata-rata per tahunnya tidak kurang dari 20oC (Koenigsberger,1975:3). Secara umum iklim tropis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu tropis basah dan tropis kering, Indonesia tergolong memiliki iklim tropis basah. Menurut Lippsmeier (1994), ciri-ciri daerah beriklim tropis basah adalah sebagai berikut :

landscape, rain forest (hutan hujan) terdapat di sepanjang pesisir pantai dan dataran rendah daerah ekuator

 kondisi tanah, merupakan tanah merah atau coklat yang tertutup rumput

 tumbuhan sangat bervariasi dan lebat sepanjang tahun. tumbuhan dapat tumbuh dengan cepat karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu udara yang panas

 terjadi sedikit perubahan musim

 kondisi langit hampir sepanjang tahun dalam kondisi berawan. lingkungan awan berkisar 60%-90%. luminance (luminansi) maksimal bisa mencapai 7000 cd/m2 sedangkan luminasi minimal 850 cd/m2

 radiasi dan panas matahari tinggi, yakni berkisar 1500-2500 kwh/m2/tahun. sebagian radiasi matahari dipantulkan dan sebagian disebarkan oleh selimut awan, meski demikian radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi berdampak pada kenaikan suhu udara

 terjadi fluktuasi perbedaan temperatur udara harian dan tahunan. rata-rata temperatur maksimum tahunan adalah 30,5oC. temperatur rata-rata tahunan untuk malam hari berkisar 21oC - 27oC sedangkan selama siang hari berkisar 27oC - 32oC

 curah hujan tahunan tinggi. tinggi curah hujan tahunan berkisar 2000-5000 mm, yang bertambah pada musim hujan

 kelembapan rata-rata sekitar 55% hingga hampir 100% dengan absolute humidity 25 – 30 mb

Dengan demikian, Arsitektur Tropis adalah arsitektur yang dapat memberikan jawaban atau adaptasi bentuk bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter yang berhubungan dengan intensitas cahaya matahari tinggi, mendapat pengaruh radiasi matahari maksimal karena posisinya yang berada pada zona ekuator, memiliki kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan yang relatif tinggi, pergerakan dan kecepatan angin yang bervariasi, serta gangguan terhadap hewan pengerat dan serangga yang tinggi.

b. Kriteria Arsitektur Tropis

Ada beberapa kriteria perencanaan pada iklim tropis lembab yang perlu diperhatikan. Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat- syarat khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa faktor-faktor spesifikasi yang hanya dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetik bangunan yang berbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya.

Menurut Dr. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah sebagai berikut :

1. Kenyamanan Thermal

Arsitektur Tropis membahas mengenai bagaimana sebuah bangunan dapat mengambil keuntungan dari iklim lingkungan dan kondisi lingkungan sekitar untuk mencapai kenyamanan

dimana tubuh kita dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat memperoleh istirahat secukupnya untuk dapat bekerja kembali.

Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Kenyamanan thermal dapat diperoleh jika panas yang ditimbulkan oleh tubuh sama dengan

panas yang dilepas.

2. Sirkulasi Udara

Pada wilayah beriklim tropis lembab, kondisi angin mengalami beberapa siklus setiap tahunnya. Kecepatan rata-rata angin pada bulan Januari hingga Maret relatif sama, yaitu sekitar 3.05 hingga 3.2 m/s. Puncak kecepatan rata-rata tertinggi terjadi sekitar bulan Juni dengan kecepatan rata-rata 5.45 m/s. Menuju akhir tahun, kecepatan ini kembali mulai menurun, hingga pada bulan november kecepatan rata-ratanya adalah 2.2 m/s.

Sirkulasi udara berhubungan dengan penghawaan ruang, pengudaraan ruang dengan sistem ventilasi, pergerakan angin, orientasi fasad bangunan yang dapat mempengaruhi intensitas

Gambar 3.26 Ilustrasi Kenyamanan Thermal Ruangan

angin yang masuk ke dalam bangunan secara optimal, serta dapat mempengaruhi arah pergerakan angin yang masuk ke dalam bangunan dan peran vegetasi yang dapat mempengaruhi arah angin serta kecepatan angin yang masuk ke dalam bangunan.

Penghawaan merupakan salah satu unsur dari kenyamanan di dalam ruangan. Penghawaan ruang dihasilkan dari udara yang bergerak, dan penghawaan ruang yang baik dapat membantu menurunkan suhu tubuh melalui kulit dan berpengaruh terhadap kualitas udara di dalam ruangan. Penghawaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

 Penghawaan Alami

Penghawaan alami adalah penghawaan yang di dapat di dalam ruang dengan sumber energi alami. Penghawaan alami dapat dicapai dengan penggunaan sistem ventilasi pada bangunan.

Gambar 3.27 Macam-macam Aliran Udara

Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Gambar 3.28 Orientasi Bangunan Terhadap Arah Datang Aliran Udara Menyebabkan Daerah Tekanan Positif dan Negatif di Sekitar Bangunan Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Gambar 3.29 Kemiringan Atap Bangunan Mempengaruhi Aliran Udara Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Penghawaan buatan adalah penghawaan yang di dapat di dalam ruang dengan sumber energi listrik yang menggerakan mesin penghasil udara, seperti air conditioner (AC).

Pada sebuah perencanaan bangunan diperlukan adanya ventilasi atau bukaan-bukaan yang bisa mengontrol aliran udara, dimana aliran udara tersebut berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen untuk pernapasan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri, menghilangkan bau, dan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, dengan mengeluarkan panas dan uap air.

Syarat untuk mencapai ventilasi silang yang baik adalah angin mencapai bangunan dengan arah yang menguntungkan. Untuk mencapai arah angin yang menguntungkan dan efektif, lubang masuk udara harus dirancang dan ditempatkan berdasarkan arah arus udara di dalam lubang masuk keluarnya. Dibawah ini adalah beberapa gambar ilustrasi dari sistem ventilasi.

Gambar 3.31 Penempatan Ventilasi Pada Fasad Simetris Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Gambar 3.32 Penempatan Ventilasi yang Baik Pada Fasad Asimetris Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Gambar 3.33 Pengaruh Elemen Peneduh Terhadap Aliran Udara Sumber: Bangunan Tropis, Georg Lippsmeier

Gambar 3.34 Pengaruh Penggunaan Lamella Terhadap Aliran Udara Sumber: Bangunan Tropis, Georg Lippsmeier

Pada daerah tropis basah, diinginkan adanya pergerakan udara maksimum. Penanaman vegetasi yang terencana baik dapat mempengaruhi arah dan kekuatan angin yang masuk ke dalam bangunan, menyimpan cadangan air, menurunkan temperatur lingkungan, dan dapat menyamakan perbedaan temperatur.

Gambar 3.35 Sirkulasi Udara Mengalir di Dalam Bangunan Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Gambar 3.36 Pohon dan Semak Dapat Menyalurkan Angin Melalui Bangunan Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Gambar 3.37 Pohon dan Semak Dapat Meningkatkan Ventilasi Alami Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Gambar 3.38 Penggunaan Pohon Dengan Kanopi Tinggi Dapat Memaksimalkan Angin di Musim Panas ke Dalam Bangunnan Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

3. Orientasi Matahari

Gambar 3.39 Penempatan Pohon dan Semak Berhubungan Dengan Arah Aliran Udara Terhadap Bangunan

Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Gambar 3.40 Orientasi Pohon Terhadap Arah Matahari dan Angin Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects

Pada wilayah iklim tropis lembab, radiasi matahari relatif berubah-ubah setiap bulannya. Matahari terpendek terjadi sekitar bulan Desember pada tanggal 21, dengan sudut 1200 dari permukaan tanah selama 9 jam. Matahari terpanjang terjadi sekitar bulan Juni pada tanggal 21, dengan sudut 2400 dari permukaan tanah selama 15 jam. Pada masa inilah efek ketidaknyamanan sangat terasa ketika manusia beraktivitas di

Sudut pergerakan matahari pada saat musim panas sedikit lebih tinggi dari pada musim dingin, sehingga cahaya matahari di saat musim dingin lebih banyak kuantitas cahaya yang masuk. Sudut pergerakan matahari terhadap permukaan bumi akan berubah dalam waktu beberapa bulan dan kembali setelah beberapa bulan. Hal ini nantinya akan mempengaruhi jumlah sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan.

Menurut Lippsmeier (1994), orientasi bangunan yang dipengaruhi oleh matahari adalah menghadap utara dan selatan dengan sisi memanjang ke arah timur dan barat. Hal ini untuk meniadakan radiasi langsung dari matahari. Orientasi matahari pada arsitektur tropis berhubungan dengan sistem pencahayaan bangunan, penyerapan radiasi panas, dan bagaimana perlindungan bangunan terhadap cahaya dan radiasi matahari yang berlebih.

a) Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu unsur untuk mendapatkan suatu kenyamanan. Pencahayaan yang baik memungkinkan manusia untuk melihat objek sekitar secara jelas. Pada daerah yang memiliki iklim tropis, cahaya matahari dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk penerangan pada siang hari di dalam bangunan. Dengan menggunakan pencahayaan alami pada pagi dan siang hari,

Gambar 3.42 Orientasi Bangunan Terhadap Matahari Sumber: Analisis Pribadi 2015

Sistem pencahayaan secara umum di dalam suatu bangunan terbagi menjadi dua, yaitu :

1) Pencahayaan Alami (Natural Lighting)

Pencahayaan alami adalah penggunaan cahaya yang bersumber dari alam untuk penerangan, dengan matahari sebagai sumber utamanya. Pencahayaan alami memiliki kekurangan dan kelebihan, diantaranya :

 Kekurangan Pencahayaan Alami - intensitas cahaya yang tidak tetap

- pencahayaan alami tidak dapat diatur dan tergantung kondisi cuaca, musim dan waktu - cahaya matahari sulit menjangkau ruangan

tertentu karena sifatnya yang merambat lurus kecuali adanya pantulan dengan menggunakan bahan seperti cermin

 Kelebihan Pencahayaan Alami - hemat energi listrik

- biaya tergolong rendah

- membunuh virus, jamur serta kuman

- sehat bagi tubuh manusia karena mengandung vitamin D dan sinar ultraviolet (UV)

- pantulan cahaya matahari di dalam ruang yang berubah sesuai rotasi matahari, membuat efek dramatis didalam ruang

Cahaya matahari yang berlebihan masuk ke dalam bangunan dapat mengakibatkan silau terhadap pengguna yang ada di dalam bangunan. Untuk mengantisipasi silau dan energi panas yang masuk ke dalam bangunan secara berlebihan dapat menggunakan filter cahaya (kisi-kisi, secondary skin), shader cahaya (sirip), dan kaca khusus (absorbing glass, reflection glass).

Gambar 3.43 Filter Cahaya di Jalur Sirkulasi Penonton Sumber: Ferraris Stadium, Genoa. Sport Building

Gambar 3.44 Filter Cahaya Himeji Central Gymnasium Sumber: Himeji, Japan. Sport Building

Selain antisipasi terhadap silau dan energi panas matahari yang masuk ke dalam bangunan, terdapat beberapa alternatif sumber cahaya, diantaranya :

 Teknik Pasif

Teknik memanfaatkan cahaya alami untuk penerangan dalam ruang atau bangunan, dengan desain bukaan cahaya pada kulit atau selubung bangunan tersebut seperti, skylight, sawtooth (atap gergaji), dan lightwell (sumur cahaya).

Gambar 3.45 Shader Cahaya di Jalur Sirkulasi Sumber: Astana Arena, Kazakhstan. Sport Building

Gambar 3.46 Reflective Glass Shenzhen Bay Sports Center, China Sumber: Sport Building

 Teknik Aktif

Teknik memanfaatkan cahaya alami untuk penerangan dalam ruang atau bangunan, dengan bantuan sistem penerangan yang terpasang pada bangunan tersebut seperti, light shelf, prismatic skylight, fiber-optic, dan light tube (TTD).

2) Pencahayaan Buatan (Artificial Lighting)

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain matahari. Pencahayaan buatan diperlukan pada saat suatu ruang tidak mendapatkan cahaya matahari.

 Kekurangan Pencahayaan Buatan - biaya tergolong tinggi

- tidak menghemat energi listrik  Kelebihan Pencahayaan Buatan

- intensitas cahaya tetap

- cahaya dapat dengan mudah diatur untuk menerangi sudut ruang tertentu

Gambar 3.48

Cahaya Melalui Sawtooth, The Badalona Sports Palace, Barcelona

b) Radiasi Panas

Gambar 3.49 Sudut Penyinaran Matahari Sumber: Data Arsitek, Ernst Neufert

Gambar 3.50 Perubahan Sudut Azimut Penyinaran Matahari Sumber: Data Arsitek, Ernst Neufert

Pada iklim tropis, matahari tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk pencahayaan alami pada bangunan, tetapi dapat juga diserap panasnya sebagai sumber pembangkit tenaga listrik dengan penggunaan solar panel. Namun dengan banyaknya bukaan untuk pencahayaan alami, hal tersebut dapat memasukan hawa panas ke dalam ruangan. Panas matahari yang masuk berlebih ke dalam bangunan dapat menyebabkan suhu ruangan meningkat.

Perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana cara panas memasuki ruangan. Radiasi sinar matahari terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Radiasi langsung, yaitu radiasi sinar matahari secara langsung.

2) Radiasi difusi, yaitu radiasi sinar yang terdifusi oleh karena adanya atmosfir yang kekuatannya hanya 15% dari kekuatan radiasi sebenarnya.

3) Radiasi pantulan, yaitu radiasi hasil pantulan oleh permukaan bumi.

Gambar 3.52 Radiasi Matahari Langsung Melalui Bidang Kaca

Perlindungan dari radiasi matahari dapat dilakukan dengan cara :  Penggunaan sun shading dengan dimensi yang tepat,

sehingga dapat mengurangi penetrasi radiasi saat musim panas

 Penggunaan pergola dengan tanaman dapat mengurangi panas yang masuk ke dalam ruangan, karena tanaman dapat menahan radiasi matahari

 Penggunaan bukaan yang kecil pada daerah pergerakan matahari, yaitu bagian timur dan barat bangunan

 Penggunaan material dan warna cat yang tidak terlalu banyak menyerap matahari

Gambar 3.53 Radiasi Matahari Tidak Langsung Melalui Angin yang Berputar Mengelilingi Suatu

Sumbu Tegak Lurus Sumber: Data Arsitek, Ernst Neufert

Gambar 3.54 Keberadaan Tanaman Dapat Mengurangi Jumlah Panas yang Masuk ke Dalam Bangunan

4. Material

Penggunaan material pada bangunan yang berada di iklim tropis merupakan salah satu kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan. Hal ini dikarenakan material dapat menjadi perantara jalan masuknya udara ke dalam bangunan atau bahkan material dapat menjadi perantara penyerapan panas ke dalam bangunan, sehingga kenyamanan suhu di dalam ruangan bergantung pada pemilihan material yang tepat.

Penggunaan material dapat mempengaruhi kondisi kenyamanan thermal di dalam bangunan, seperti perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai daya tahan terhadap panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan atau material tersebut akan terhambat.

O l

e

h karena itu, pemilihan material yang baik adalah dengan menggunakan material yang memberikan ciri atau karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai daripada material import (fabrikasi). Setiap material bahan bangunan memiliki sifat tertentu terhadap perubahan musim pada iklim tropis, berikut dibawah ini adalah tabel nilai-nilai pemantulan dan penyerapan berbagai bahan dan jenis permukaan.

Gambar 3.55 Penggunaan Sun Shading Mengurangi Radiasi Matahari

Sumber: Analisis Pribadi 2015

Tabel 3.25

Bahan dan Kondisi Permukaan Penyerapan (%) Pemantulan (%) Aluminium Dipoles 10-30 90-70 Foil 35-40 65-60 Dioksida 40-65 60-35 Perunggu 50-55 50-45 Cat Aluminium 25-55 75-45 Kuning 50 50 Abu-Abu Muda 70-80 30-20 Hitam 85-95 15-5 Putih, Berkilat 20-30 80-70 Putih, Kapus 10-20 90-80 Semen Asbes

Baru atau Putih 40-60 60-40

Slate 80-95 20-5

Lama 70-85 30-15

Aspal atau Bitmen Felt 85-95 15-5

Beton 60-70 40-30

Genteng Merah 60-75 40-35

Tanah Ladang 70-85 30-15

Rumput 80 20

Kayu

Pinus atau Baru 40-60 60-40

Kayu Keras 85 15

Pudar 65 35 Marmer Putih 40-50 60-50 Besi Galvanisasi Baru 65-70 35-30 Pudar 90-95 10-5 Bata Merah 60-75 40-25 5. Sistem Struktur

Konstruksi yang digunakan untuk daerah tropis lembab mempunyai ciri-ciri khusus, yakni ringan dan terbuka.

a) Dinding

Dinding biasanya hanya berfungsi sebagai pencegah hujan dan angin. Pada iklim tropis, dinding akan menjadi panas bila tidak dilindungi dari radiasi matahari dan akan meneruskan panas ke dalam bangunan. Sehingga perlu adanya konstruksi rangka ringan dengan dinding tipis dan dilengkapi dengan bukaan yang diberi pelindung seperti tritisan atap dan jalusi. b) Atap

Berdasarkan bidang dan orientasinya, atap adalah bagian bangunan yang paling banyak mendapat radiasi panas matahari, dan merupakan bagian yang berpengaruh terhadap kenyamanan ruangan. Pada umumnya atap bangunan di daerah tropis lembab menggunakan atap miring berbentuk pelana dan limasan dengan sistem balok dan sistem rangka ruang.

c. RagamTeknologi Facade 1. Double-Skin Facade

Double skin facade atau secondary skin adalah sebuah lapisan yang dipasang pada bagian luar bangunan, memiliki rongga

thermal di dalam bangunan. Harvey Brian (1991) dalam bukunya yang berjudul "Le Corbusier and the “Mur Neutralisant”. An Early Experiment in Double Envelope Construction" mengatakan bahwa, lapisan ini juga dapat berfungsi sebagai shading pada bangunan yang berfungsi untuk membiaskan cahaya matahari yang masuk ke bangunan, sehingga intensitas cahaya menjadi cukup dan tidak menyilaukan.

Pemasangan double skin facade dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam material, seperti kaca, kayu, besi hollow, dan sebagainya. Pada sistem ini, disediakan rongga pada kedua lapisan dinding sekitar 20cm - 2m untuk mengalirkan udara. Dengan demikian, udara panas yang berada di bawah

bangunan akan dialirkan ke atas melalui rongga menuju luar bangunan.

2. Precast Facade System

Para arsitek memilih teknologi Precast Facade telah hampir setengah abad yang lalu. Hal ini dikarenakan teknologi ini menawarkan aspek estetika yang berbeda, fleksibilitas struktural, serta aspek daya tahan yang baik. Teknologi ini juga memiliki keistimewaan dalam ragam bentuk, warna dan tekstur, fireresistance, insulasi akustik, perlindungan terhadap cuaca, daya tahan yang lama dan perawatan yang mudah.

Teknologi Precast Facade dapat diaplikasikan dengan berbagai macam pengolahan material bangunan, dapat dikombinasikan dengan bata, keramik, batu, kaca, dan sebagainya. Teknologi ini juga merupakan suatu inovasi cerdas dalam mengatasi berbagai masalah dalam lingkup yang tepat, spesifikasi yang jelas, tepat waktu, dan pastinya sangat ekonomis.

Gambar 3.57 Detail Precast Facade System Sumber: papercrete.wordpress.com

3. Kinetic Facade

Menurut Moloney (2011), Kinetic Facade (Fasad Kinetik) merupakan suatu teknologi fasade dimana aspek struktur dirancang untuk menjadikan elemen fasade bangunan dapat bergerak dan berputar, tanpa merusak stabilitas struktur bangunan secara umum.

Kemampuan bangunan untuk bergerak ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas estetika bangunan, menanggapi kondisi lingkungan sekitar (iklim), dan memperlihatkan fungsi yang tentunya tidak memungkinkan digunakan pada sistem struktur statis.

4. Curtain Wall System

Gambar 3.58 Kinetic Facade Respon Terhadap Angin Sumber: Brisbane Airport hassellstudio.com

Curtain wall sebagai teknologi fasad mulai dikenal pada pertengahan abad ke-19. Sebelumnya struktur bangunan pada umumnya menggunakan material dinding beton sebagai penyangga beban bangunan secara keseluruhan. Dalam arsitektur, curtain wall merupakan teknologi fasad yang tidak memiliki fungsi struktur.

Menurut Compagno (1995), Curtain wall adalah teknologi dimana dinding sebagai elemen fasade bangunan yang memiliki fungsi sebagai filter untuk memisahkan elemen luar dan dalam bangunan. Teknologi ini juga berfungsi untuk memberikan ruang arsitektural untuk dihuni senyaman mungkin, membungkus bangunan dari elemen-elemen luar seperti matahari, hujan, suara bising, dan sebagainya.

3.5.3 Interpretasi Tema

Tema pada perancangan Bandung Sports Club ini adalah Arsitektur Tropis. Maksud penerapan tema Arsitektur Tropis pada perancangan Bandung Sports Club disini adalah karena pertama, Bandung Sports Club merupakan salah satu tipologi dari bangunan olahraga, dimana kegiatan yang ada di dalamnya adalah kegiatan yang banyak melakukan aktivitas atau gerakan-gerakan seperti lompat, lari, senam, dan lain-lain. Oleh karena itu, dibutuhkan ruang yang dinamis untuk dapat mewadahi aktivitas di dalamnya dengan menggunakan sistem struktur yang baik dan memperhatikan aspek kenyamanan pengguna dari pencahayaan dan penghawaan ruang untuk menciptakan kenyamanan termal.

Kedua, lokasi Bandung Sports Club berada di kota Bandung yang

Dalam dokumen TA TB 1105155 Chapter3 (Halaman 57-87)

Dokumen terkait