• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Elemen Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

2. 2.1 Pengertian Keluarga Berencana

Program keluarga berencana adalah bagian dari upaya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Pengertian secara umum KB adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayi dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. Pengertian khusus keluarga berencana dalam kehidupan sehari-hari yaitu pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita (BKKBN, 2007). Program KB bertujuan untuk mengendalikan fertilitas yang membutuhkan metode kontrasepsi yang berkualitas agar dapat meningkatkan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual. Pelaksanaannya dipengaruhi sumberdaya pelaksanaan program KB, cara pandang masyarakat terhadap kesehatan reproduksi dan pelayanan KB serta alat kontrasepsi (BKKBN, 2011). Tujuan umum Program KB menurut Anggraini dan Martini (2012), adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi satu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya

menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

2. 2.2 Elemen Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana

Menurut Lohr (1989) dalam BKKBN (2003) kualitas pelayanan adalah tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan pada individu atau masyarakat untuk meningkatkan keinginannya dalam menghasilkan status kesehatan dan pengetahuan yang professional. Bruce (1990), mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai pelayanan yang berorientasi pada klien dan pengguna pelayanan atau cara-cara klien diperlakukan oleh sistem pelayanan KB. Kualitas tersebut menunjukkan pada ciri-ciri yang melekat pada setiap pelayanan dan bukan standar pelayanan itu sendiri. Kualitas pelayanan sebagai faktor pasokan yang mengubah keinginan penggunaan kontrasepsi untuk mengadopsi metode tertentu merupakan kunci utama dari upaya program yang dapat disesuaikan untuk mengurangi penghentian dan kegagalan kontrasepsi yang berkontribusi pada penurunan kesuburan (Bruce, 1990).

Adanya hubungan teknis dan hubungan antar personal dari proses pemberian pelayanan dikembangkan sehingga pilihan kontrasepsi, kerahasiaan, kehormatan dan keberlanjutan pelayanan bisa diperoleh klien dan pengguna jasa di klinik dan non klinik. Menurut Bruce (1990). Pelayanan KB mempunyai kualitas apabila telah memenuhi enam unsur pelayanan yaitu:

a. Pilihan terhadap metode kontrasepsi

Pilihan terhadap metode kontrasepsi menunjukkan jumlah metode yang ditawarkan secara konsisten dan beragam jenis metode kontrasepsi. Pada dasarnya, program seharusnya menawarkan metode yang cukup untuk melayani seluruh kelompok masyarakat, artinya setiap layanan tersedia bagi pria dan wanita yang ingin merencanakan keluarganya. Hal ini dilakukan untuk mencapai metode yang minimum dan optimum yang mampu disediakan oleh program dan untuk mengembangkan kemampuan manajemen yang akan membantu dalam melakukan pertukaran/pergantian metode yang tersedia dengan mudah.

b. Informasi yang diberikan kepada klien

Informasi yang diberikan kepada klien terdiri dari paling sedikit 3 (tiga) elemen yang dapat membantu pemakai dalam memilih dan menggunakan alat kontrasepsi secara efektif. Adapun elemen informasi tersebut adalah:

1) Informasi tentang kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari metode kontrasepsi.

2) Informasi cara menggunakan alat kontrasepsi, potensi efek samping dan cara mengatasi efek samping tersebut.

3) Informasi yang di dapat dari penyedia pelayanan termasuk saran, dukungan, pasokan, dan rujukan untuk layanan lainnya, jika diperlukan.

c. Kemampuan petugas pelayanan

Kemampuan petugas pelayanan menunjukkan ketrampilan dan pengalaman provider (seperti dokter dan paramedis) sebagai contoh cara mereka menggunakan peralatan medis untuk metode klinis seperti IUD dan sterilisasi. d. Hubungan antara provide dan klien

Hubungan antar pribadi ialah hubungan antara masyarakat dengan petugas kesehatan. Petugas cukup simpatik dan cukup waktu untuk bertemu dengan kliennya atau tidak, merupakan tingkat kepercayaan oleh penyedia terhadap kebutuhan klien.

e. Mekanisme untuk mendorong kontinuitas

Hal ini mengacu kepada mekanisme pelayanan atau pelayanan yang berkesinambungan, klien bisa mendapatkan pengobatan untuk efek samping yang dialaminya atau ingin mengganti metode kontrasepsi dengan mudah.

f. Pelayanan yang terpadu/ kesesuaian pelayanan

Suatu pelayanan yang terorganisir dan nyaman bagi pasien, sejauh mana pelayanan KB dapat diterima oleh klien, aksesibilitas (waktu, harga, akses) dan tingkat integrasi dalam layanan (BKKBN, 2003).

Beberapa konsep tentang kualitas pelayanan KB pada intinya menekankan pada dua landasan pokok. Pertama, pelayanan berkualitas merupakan pelayanan yang memberikan kebebasan terhadap klien untuk menentukan dan memilih jenis pelayanan yang dikehendaki. Kebebasan memilih merupakan salah satu aspek

penting dari bagian hak-hak asasi yang sifatnya universal, sehingga meningkatnya kesadaran penduduk untuk menikmati hak-hak tersebut secara optimal harus semakin diperhitungkan dalam pelayanan KB. Kedua, pelayanan berkualitas tidak hanya sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan klien, tetapi juga memberikan dampak demografis yang lebih besar, karena pelayanan yang berkualitas akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan KB, misalnya salah satu alasan ketidaklangsungan pemakaian alat kontrasepsi karena adanya efek samping, pelayanan yang berkualitas akan memperhatikan secara seksama keluhan calon klien maupun klien, sehingga ketidakberlanjutan penggunaan kontrasepsi dapat ditampung dan diberikan layanan kontrasepsi yang sesuai kebutuhan (BKKBN, 2003).

Dalam praktik sehari-hari, pada dasarnya ukuran kualitas pelayanan KB merupakan hasil interaksi dari unsur masukan dengan unsur lingkungan dan proses. BKKBN (2007) telah menetapkan 4 indikator pokok pelayanan KB yang bermutu, yaitu sebagai berikut:

a. Indikator yang menunjuk pada pelayanan informasi

Indikator pelayanan informasi yang terpenting adalah tersedianya bahan- bahan informasi yang jelas, benar dan lengkap (indikator masukan), terselenggaranya pelayanan informasi oleh tenaga pelaksana yang terampil (indikator proses), kesediaan penyelenggara pelayanan menjawab semua pertanyaan klien (indikator proses), serta pemahaman klien terhadap metode kontrasepsi (indikator keluaran). Apabila semua indikator ini terpenuhi, maka pelayanan KB yang diselenggarakan adalah pelayanan yang bermutu.

b. Indikator yang menunjuk pada hubungan interpersonal

Indikator hubungan interpersonal yang terpenting adalah situasi dan kondisi klinik yang menyenangkan klien (indikator masukan), arus pelayanan yang lancar, mudah dan cepat (indikator proses), sarana dan tenaga yang tersedia dibandingkan jumlah klien yang dilayani (indikator masukan), privacy pelayanan (indikator proses), serta sikap yang bersahabat dari penyelenggara pada waktu menyelenggarakan pelayanan KB (indikator proses). Apabila semua indikator ini terpenuhi, maka pelayanan KB dikatakan bermutu.

c. Indikator yang menunjuk pada pilihan metode kontrasepsi

Indikator pilihan metode kontrasepsi yang terpenting adalah persediaan metode kontrasepsi (indikator masukan), penyelenggaraan pelayanan konseling yang benar (indikator proses), serta kepuasan klien terhadap metode yang dipergunakan (indikator keluaran). Pelayanan KB disebut bermutu, apabila semua indikator telah dipenuhi.

d. Indikator yang menunjuk pada pelayanan medis KB

Indikator pelayanan medis KB yang terpenting adalah ketrampilan petugas (indikator masukan), ketersediaan dan kelancaran pelayanan tindak lanjut (indikator masukan dan proses), kelengkapan rekam medis (indikator proses), angka komplikasi (indikator keluaran), kelangsungan penggunaan (indikator keluaran), serta kepuasan klien terhadap pelayanan yang diterima (indikator keluaran). Apabila semua indikator tersebut terpenuhi, maka pelayanan KB tersebut adalah bermutu (Iswarati, 2009).

Pencapaian peserta KB yang tinggi dan didukung oleh kepuasan yang tinggi akan meningkatkan angka kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Bahkan klien yang puas akan berfungsi sebagai sumber informasi yang positif sehingga pencapaian peserta KB dapat lebih meningkat lagi. Pencapaian peserta KB yang tinggi tanpa didukung kepuasan peserta KB, akan menyebabkan tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi yang rendah. Memberikan pelayanan dengan mempertimbangkan kebutuhan klien akan menjamin kepuasan klien, selanjutnya akan menjamin kedatangan klien kembali ke fasilitas tersebut untuk mendapatkan pelayanan tindak lanjut. Klien kemudian akan merekomendasikan pelayanan/fasilitas tersebut kepada calon peserta KB lainnya. Sebagai hasil akhir, penggunaan kontrasepsi akan menjadi lebih tinggi, lebih lama dan lebih efektif (Basuki, 2003).

Dokumen terkait