• Tidak ada hasil yang ditemukan

ENGKAU Memurnikan Agar Aku Memberi Arti

Dalam dokumen W A R T A P E R S E K U T U A N (Halaman 33-39)

(Yohanes 2:13-22)

Setelah Yesus dibaptis dan memulai pelayanan-Nya, Yesus mengalami empat Paskah, yaitu yang pertama diberitakan dalam Yohanes 12:13, yang kedua diberitakan dalam Lukas 6:1, yang ketiga dalam Yohanes 6:4, dan yang terakhir pada penyaliban-Nya (Yohanes 11:55). Itulah sebabnya, kita mengimani bahwaYesus melayani di dunia lebih dari tiga tahun.

Perikop ini memberitakan peristiwa di tahun pertama pelayanan Yesus yaitu bahwa ketika Hari Raya Paskah Yahudi sudah dekat, Yesus pergi ke Yerusalem, ke Rumah Tuhan (Bait Suci) . Di sana Ia mendapati penjual-penjual sapi, domba, dan burung merpati; juga penukar-penukar uang duduk di situ. Yesus membuat sebuah cambuk dari tali lalu mengusir semua binatang itu, baik domba maupun sapi, dari dalam Rumah Tuhan. Meja-meja para penukar uang dibalikkan-Nya sehingga uang mereka berserakan kemana-mana. Lalu Ia berkata kepada penjual burung merpati, "Angkat semuanya dari sini. Jangan jadikan Rumah Bapa-Ku tempat berdagang!"

Apa relevansi dari peristiwa yang terjadi lebih dari dua ribu tahun lalu dengan kita yang beribadah di Rumah Tuhan pada zaman sekarang, sehingga tema Minggu Pra-Paskah ke III kita adalah: “ENGKAU (Yesus) Memurnikan Agar Aku Memberi Arti” berdasarkan perikop di atas?

Marilah setiap kita merenungkan dua hal dari peristiwa Yesus menyucikan Bait Allah, yaitu tentang persembahan dan tentang Rumah Tuhan (Bait Suci). Pertama, tentang persembahan. Pada masa hidup Yesus, bukanlah urusan mudah bagi umat untuk membawa persembahan ke Rumah Tuhan. Ada peraturan yang harus dipenuhi sesuai dengan Hukum Taurat. Ternak yang akan dipersembahkan harus memenuhi

yang dianggap sah untuk membeli ternak yang akan dipersembahkan di Rumah Tuhan. Inilah yang mengundang para pedagang untuk melakukan transaksi jual beli ternak dan penukaran uang di Rumah Tuhan.

Di zaman kita sekarang, kita tidak membawa ternak untuk kita persembahkan di Rumah Tuhan. Kita membawa uang untuk kita persembahkan dalam ibadah kita di Kebaktian Minggu. Begitu praktisnya bila dibandingkan pada masa Yesus.

Akibatnya, kita sering lupa makna/arti membawa persembahan untuk Tuhan. Kita menyepelekan persiapan kita untuk persembahan kita (bandingkan dengan persiapan umat dimasa Yesus sebelum membawa persembahan ke Rumah Tuhan).

Kita tidak mempersiapkan uang yang akan kita persembahkan di rumah sebelum berangkat ke Rumah Tuhan (gereja) . Kita terburu-buru mengambil uang dari dompet kita saat liturgi persembahan tiba, sehingga yang kita masukkan ke kantong persembahan adalah uang seadanya yang kita temukan di dompet kita lalu kita remas, bukan uang yang terlipat rapi, bahkan kita masukkan juga karcis tol, slip ATM, bon, bungkus permen, obat-obatan, dll ke dalam kantong persembahan. Kita sering lupa bahwa persembahan yang kita bawa adalah untuk Tuhan , didoakan dengan sikap berdiri dan para Penatua mengangkat kantong persembahan saat didoakan.

Hal kedua yang perlu kita renungkan adalah Rumah Tuhan (Bait Suci). Ia (Yesus) membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci. Bait Suci terdiri dari Ruang Maha Suci, Ruang Suci dan pelataran Bait Suci. Para penafsir Alkitab menuliskan bahwa lokasi peristiwa ini adalah di pelataran Bait Suci.

Pelataran Bait Suci adalah tempat dimana umat non-Yahudi beribadah. Keberadaan para pedagang dan penukar uang di pelataran ini telah menghalangi umat Tuhan untuk beribadah. Akibatnya Yesus “marah” . Yesus tidak menegor , tetapi langsung bertindak (lihat ayat 15 dan 16), karena Yesus paham bahwa para pedagang dan penukar uang itu tahu kesalahan mereka dan membiarkannya . Silakan kita masing-masing mendaftar situasi saat itu yang menghalangi umat Tuhan untuk beribadah di

tengah kehadiran para pedagang dan penukar uang itu. Setidaknya,situasi saat itu berisik, kotor dan busana para pedagang tidak pantas untuk suatu ibadah.

Meskipun saat ini tidak ada yang berjualan di pelataran Rumah Tuhan GKI Gunsa , kita tetap harus memastikan tidak ada situasi di Ruang Kebaktian yang bisa menghalang i umat dalam berdoa dan berbakti kepada Tuhan. Situasi berisik, kotor dan cara busana di Ruang Kebaktian perlu mendapat perhatian kita.

Kedatangan umat yang terlambat selalu menimbulkan keberisikan yang mengganggu umat yang sudah datang tepat waktu untuk beribadah. Keterlambatan datang sudah sampai ke tingkat “darurat”, artinya ada umat yang memasuki Ruang Ibadah dua puluh lima menit setelah kebaktian dimulai.

Pada masa Yesus, Rumah Tuhan (Bait Suci) diperlakukan dengan penuh sakral dan hormat. Umat sangat berhati-hati dalam arti mengikuti peraturan yang berlaku saat datang ke Rumah Tuhan. Sekarang, kita sering memperlakukan Ruang Ibadah secara sembarangan, seperti ruang pertemuan publik. Ada umat yang meninggalkan kertas tissue kering/basah yang sudah dipakai, bungkus permen, kemasan lainnya di Ruang Ibadah. Kebiasaan buruk ini, secara tidak langsung menghalangi umat yang lain dalam berdoa dan berbakti.

Pada zaman kita sekarang, Tata Gereja mengatur busana Pendeta. Tata Gereja tidak mengatur busana pejabat gerejawi lainnya dan umat. Meskipun demikian, kita wajib mengenakan busana yang pantas untuk bersekutu dengan Tuhan di Rumah Tuhan. Busana yang tidak menyebabkan umat lainnya terhalang untuk berdoa dan berbakti kepada Tuhan di Rumah Tuhan . Alangkah indahnya bila setiap kita tidak mengenakan busana untuk berlibur ke pantai saat kita datang ke Rumah Tuhan.

Melalui perikop ini yaitu peristiwa dimana Yesus menyucikan Bait Allah – Yesus juga ingin memurnikan kita agar kita memberi arti. Pertama-tama, melalui persembahan.

Persiapkanlah dengan baik uang persembahan yang akan kita persembahkan

sebagai ungkapan rasa syukur; dan jangan lupakan sikap hati kita saat mempersembahkannya – bukan nilai uangnya yang penting tapi hati kita.

Mempersiapkan uang persembahan di rumah kita merupakan salah satu wujud sikap hati kita dalam menyampaikan persembahan. Yang kedua, makna ibadah dan ruang ibadah bagi kita. Kita mengimani bahwa ibadah adalah perjumpaan kita dengan Tuhan, Pencipta kita, maka tunjukkanlah sikap hormat kita kepada-Nya: hadir beribadah tepat waktunya, kenakanlah pakaian yang sopan, tidak berbicara, makan atau minum saat ibadah – sikap ini juga mendukung sesama kita yang sedang beribadah. Ruang Ibadah adalah tempat kita untuk berdoa, bersekutu dan berjumpa dengan Tuhan maka buanglah tissue, bungkus permen, kemasan, dsb. pada tempat sampah, bukan di ruang ibadah. Marilah ijinkan Yesus memurnikan kita – dalam hal membawa persembahan dan beribadah – agar kita memberi arti.

Dalam dokumen W A R T A P E R S E K U T U A N (Halaman 33-39)

Dokumen terkait