• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Epidemiologi Hepatoma

2.7.1. Distribusi dan Frekuensi Hepatoma a. Distribusi dan Frekuensi Menurut Orang

Pada umumnya kaum laki-laki lebih banyak ditemukan menderita hepatoma daripada perempuan, hal ini dihubungkan dengan tingginya prevalensi HbsAg pada laki-laki. Secara umum di dunia penderita hepatoma pada laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dengan rasio 4:1.10 Perbandingan penderita hepatoma pada laki-laki dan perempuan menurut: Bruix di Barcelona Spanyol (1995) 3:1; Michael (1996) di Afrika Selatan 6:1; Yoon D. S di Seoul Korea Selatan (1996); Marbun E (2000) di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan menemukan perbandingan 3:1.(15,17)

Menurut Serag (2001), laki-laki 2 sampai 4 kali lebih sering ditemukan menderita hepatoma dibanding perempuan. Alasan perbedaan risiko hepatoma antara laki-laki dari perempuan belum diketahui secara pasti, kemungkinan berhubungan dengan frekuensi dari infeksi virus hepatitis dan konsumsi alkohol.24

Faktor keturunan diasumsi karena banyaknya insidens hepatoma di benua Afrika dan Asia.20 American Cancer Society, berdasarkan penelitian Cracken, M, dkk (2007) pada ras mongoloid yang tinggal di California tahun 2000-2002, ditemukan CSDR penderita hepatoma berdasarkan etnik dan jenis kelamin. Insidens pada etnik

Cina berjenis kelamin laki-laki 23,3 per 100.000 penduduk dan perempuan 7,6 per 100.000 penduduk, etnik Philipina dengan jenis kelamin laki-laki 16,8 per 100.000 penduduk dan perempuan 5,4 per 100.000 penduduk, etnik Vietnam dengan jenis kelamin laki-laki 54,3 per 100.000 penduduk dan perempuan 15,8 per 100.000 penduduk, etnik Korea berjenis kelamin laki-laki 33,7 per 100.000 penduduk dan perempuan 15,9 per 100.000 penduduk, dan etnik Jepang dengan jenis kelamin laki-laki 9,3 per 100.000 penduduk dan perempuan 8,1 per 100.000 penduduk.25

b. Distribusi dan Frekuensi Menurut Tempat

Sekitar 80% kasus hepatoma berada di negara berkembang seperti Asia Timur dan Asia Tenggara serta Afrika Tengah (Sub-Sahara), yang diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi hepatitis yang tinggi. Menurut Stewart (2003) di seluruh dunia lebih dari 80% kasus hepatoma terjadi di negara berkembang, dan di China lebih 55% dari total kasus.25

Menurut Khursid H. (1995) Di Amerika Serikat sekitar 80-90% dari tumor ganas hati primer adalah hepatoma, angka kejadian hepatoma di Amerika Serikat sekitar 2% dari seluruh karsinoma. Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah karsinoma yang paling sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000 populasi.9

c. Distribusi dan Frekuensi Menurut Waktu

Berdasarkan Globocan (2002), ditemukan peringkat dan PMR untuk masing-masing negara berdasarkan jenis kelamin dari hepatoma di Amerika Serikat, hepatoma pada laki-laki peringkat ke-94 dengan PMR sebesar 5,5% dan perempuan peringkat ke-120 dengan PMR sebesar 2%, di Jepang pada laki-laki peringkat ke-22

dengan PMR sebesar 23,1% dan perempuan peringkat ke-34 dengan PMR sebesar 7,6%, di Cina pada laki-laki peringkat ke-7 dengan PMR sebesar 14,2% dan perempuan peringkat ke-170 dengan PMR sebesar 1,6%, di Philipina pada laki-laki peringkat ke-32 dengan PMR sebesar 20,3% dan perempuan peringkat ke-38 dengan PMR sebesar 6,6%, di Korea pada laki-laki peringkat ke-3 dengan PMR sebesar 47,1 % dan perempuan peringkat ke-15 dengan PMR sebesar 11,4 %, di Vietman pada laki-laki peringkat ke-20 dengan PMR sebesar 23,7% dan perempuan peringkat ke-41 dengan PMR sebesar 5,8%.25

2.7.2. Determinan Hepatoma a. Host

Pada hepatoma faktor usia meningkatkan progresifitas.26 Pada penderita hepatoma lanjut usia, mencapai puncak antara usia 50 hingga 70 tahun. Di Afrika seperti Mosambique dan Asia Tenggara seperti Singapura kebanyakan pasien hepatoma berumur antara 20-40 tahun, sedangkan di Eropa dan Amerika jarang sebelum 60 tahun.Distribusi umur pada hepatoma dipengaruhi oleh tipe dan waktu dari terdapatnya faktor risiko.(9,20) Hepatoma jarang ditemukan pada usia muda.Di Indonesia (khususnya di Jakarta) hepatoma ditemukan tersering pada umur antara 50 sampai 60 tahun dengan penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan.10

Cracken, M, dkk (2007), penelitian mengenai penderita kanker yang dilakukan pada ras kaukasoid yang tinggal di California tahun 2000-2002. Ditemukan CSDR hepatoma pada etnik Cina yang berjenis kelamin laki-laki 23,3 per 100.000 penduduk California, dua kali lebih tinggi dari etnik Jepang berjenis kelamin laki-laki 9,3/ 100.000 penduduk.25

b. Agent

Penyebab hepatoma belum diketahui secara pasti, beberapa faktor yang diduga sebagai menyebabkan terjadinya hepatoma, antara lain:

b.1. Sirosis hati

Sirosis hati merupakan faktor risiko utama hepatoma di dunia dengan riwayat penyakit lebih dari 80% kasus hepatoma. Di Indonesia dalam 70-90% kasus hepatoma muncul pada penderita sirosis hati. Kemungkinan timbulnya kanker pada sirosis hati adanya hiperplasia noduler yang akan berubah menjadi adenomata dan kemudian berubah menjadi kanker (10,24)

b.2. Hepatitis

Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) 10% akan menjadi kronik dan 20% penderita hepatitis kronik dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami sirosis hati dan hepatoma. Kondisi infeksi VHB dengan pajanan agen lain seperti alfatoksin dapat menyebabkan terjadinya hepatoma tanpa melalui sirosis hati.(5,27)

Di Taiwan pengidap kronis infeksi VHB mempunyai risiko untuk terjadinya hepatoma 102 kali lebih tinggi daripada risiko yang bukan pengidap. Hasil analisa dari 32 penelitian menyimpulkan bahwa risiko terjadinya hepatoma pada pengidap infeksi Virus Hepatitis C (VHC) adalah 17 kali dibanding dengan resiko pada orang yang bukan pengidap. Koeksistensi infeksi VHC kronik dengan infeksi VHB atau dengan peminum alkohol meliputi 20% dari kasus hepatoma.10

Di Korea dilaporkan terdapat 1,6% penderita Hepatitis C, dimana 53,1% pada penderita radang hati kronis, 27,5% pada penderita sirosis hati, dan sekitar 16,9% pada penderita hepatoma. Di Bangladesh, berdasarkan laporan tentang infeksi virus

hepatitis pada pendonor darah ditemukan 2,4% positif VHC dan 45,3% positif VHC ditemukan pada penderita hepatoma. Berdasarkan hasil survei pada pendonor darah sukarelawan 2,1 sampai 3,9% positif VHC dideteksi setiap tahun di Indonesia.28 b.3. Alfatoksin

Alfatoksin dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang sering tumbuh dalam bahan makanan. Bahan makanan yang mengandung alfatoksin sering dikonsumsi penduduk Indonesia seperti: kacang tanah, oncom, tembakau, beras, jagung, coklat, keju, dan beberapa bahan makanan yang mengandung jamur. 18

Alfatoksin apabila terkontaminasi dalam takaran yang tinggi mengakibatkan kerusakan hati yang berat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat dan apabila terkontaminasi dalam takaran rendah dalam waktu yang lama akan menyebabkan hepatoma.17 Risiko relatif hepatoma dengan alfatoksin adalah 3,4. Risiko relatif hepatoma dengan hepatitis B kronik adalah 7 dan meningkat menjadi 59 bila disertai dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung

alfatoksin. 10

b.4. Alkohol

Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati. Masukan alkohol yang tinggi (>50-70g/hari) dalam waktu yang lama akan meningkatkan risiko hepatoma melalui peningkatan predisposisi terjadinya sirosis hati.29

Asupan alkohol lebih dari 10-20 oz (300-600 dl) per hari dalam waktu 8-12 hari sudah mulai timbul gangguan fungsi hati seperti perlemakan dan ikterus (alkoholik hepatitis) dalam jangka waktu yang lama akan terjadi sirosisi hati dan

hepatoma, jangka waktu tidak jelas di pengaruhi faktor nutrisi penderita dan faktor resiko lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya hepatoma.10

b.5. Obat-obatan dan Bahan Kimia 17

Obat-obatan dan bahan kimia dapat mengganggu fungsi hati. Kelainan hati yang timbul dapat bersifat hepatotoksin (keracunan langsung pada sel hati) dan kolastatik (penyempitan saluran empedu sehingga menimbulkan fibrosis kemudian ikterus dan menjadi sirosis dan hepatoma)

Gangguan fungsi hati dapat bersifat sementara, bila pemberian obat tersebut segera dihentikan. Bila obat diberikan terus menerus tanpa takaran dapat berlanjut menjadi fibrosis dari jaringan hati dan akhirnya timbul sirosis dan hepatoma.

Jenis obat yang diduga dapat menyebabkan hepatoma adalah, dari golongan analgetik/ antipiretik (aspirin, parasetamol, fenilbutazon), obat antibiotik (tetrasiklin, eritromisin, rifamfisin), obat penenang (klorpromazin, fenobarbital), dan obat anastesi (halotan, karbon tetraklorid). Timbul kelainan hati tergantung dosis dan lama pemakaian obat.

b.6. Faktor Nutrisi

Gangguan nutrisi dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan menurunkan kondisi tubuh. Beberapa zat makanan yang menjadi faktor penyebab terjadinya hepatoma yaitu kekurangan: protein hewani, tokoferol, cystein, alfa 1 antitrypsin, vitamin B kompleks. Keadaan kekurangan gizi terutama protein akan menurunkan kondisi badan dan merupakan faktor predisposisi untuk memudahkan terjadinya hepatoma.18

Faktor nutrisi berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian Sujono Hadi (2000), 77% penderita kekurangan protein hewani. Pada umumnya penderita hepatoma jarang sekali mengkonsumsi daging dan telur kebanyakan mengkonsumsi makanan yang mengandung kacang-kacangan, oncom, tahu, tempe dan sayuran. 17

b.6. Faktor Genetik

Terjadinya hepatoma belum diketahui secara pasti, namun salah satu faktor resiko kanker adalah adanya anggota keluarga yang menderita kanker. Hemokromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan. Penyakit hemokromatosis bersifat genetik atau keturunan. Menurut Spelberg hepatoma pada penderita hemokromatosis ditemukan 7-14%.30

c. Environtment

Indonesia berada di daerah tropis yang mempunyai iklim panas, lembab sangat ideal untuk pertumbuhan berbagai jamur seperti Aspergillus flavus.. Kondisi lingkungan, infeksi, nutrisi, metabolik dan faktor hormonal berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada proses hepatokarsinogenesis.(5,19)

2.8. Gambaran Klinik dan Diagnosa Klinik

Dokumen terkait