• Tidak ada hasil yang ditemukan

Epidemiologi Tekanan Darah Tinggi

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DI (Halaman 40-47)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Tekanan Darah

6. Epidemiologi Tekanan Darah Tinggi

Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan yang penting dan bebas antara tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung dan kerusakan fungsi ginjal.(8)

Tekanan darah pada manusia dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi, yaitu : (8)

a. Umur

Baik penyigian lintas-bagian, maupun kajian pengamatan prospektif pada beberapa kelompok orang, selalu menunjukkan adanya hubungan yang positif antara umur dan tekanan darah di sebagian besar populasi dengan berbagai ciri geografi, budaya, dan sosioekonomi.

b. Jenis kelamin

Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah antara pria dan wanita. Akan tetapi, mulai pada remaja, pria cenderung menunjukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Pada usia tua, perbedaan ini menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik.

c. Ras

Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada masyarakat kulit hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain. Suku bangsa mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah, seperti yang ditujukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang pada orang Amerika berkulit putih. Perbedaan tekanan darah rata-rata antara kedua golongan tersebut beragam, mulai dari yang agak lebih rendah dari 5 mmHg (0,67 kPa) pada usia 20-an sampai hampir 20 mmHg (2,67 kPa) pada usia 60-an. Orang Amerika hitam keturunan Afrika telah menunjukkan pula mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi daripada orang Afrika hitam. Hal ini memberi kesan bahwa ada penambahan pengaruh lingkungan pada kecenderungan kesukuan.

Peran kesukuan yang bebas dari faktor lingkungan perlu dijelaskan pada golongan suku Lin di Negara yang mempunyai ke anekaragaman suku.

d. Status sosioekonomi

Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah dan prevalensi-hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat pada golongan sosioekonomi yang lebih tinggi. Ini barangkali menggambarkan tahap awal epidemik penyakit kardiovaskular.

Perubahan tekanan darah merupakan perubahan bentuk pengaruh antara mekanisme neurohumor, metabolisme, dan hemodinamik yang mengatur aras basal dan tanggapan terhadap berbagai stimulus. Faktor risiko tersebut antara lain :(8)

a. Faktor keturunan

Riwayat keluarga menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk menghidap hipertensi di masa datang.

b. Faktor genetika

Dasar genetika tekanan darah tinggi didukung oleh penelitian eksperimental dengan baik, dan sementara beberapa penyakit hipertensi manogen pada manusia telah dipaparkan, hipertensi secara umum sekarang ini masih dianggap sebagai poligen. Sejumlah besar gen calon pembawah hipertensi sedang diselidiki, terutama enzim pengubahan giotensin II (ACE) dan polimorfisme gen angiotensinogen. Penggunaan genetika molekul mungkin, dalam

waktu dekat, dapat meningkatkan kemampuan kita untuk secara lebih spesifik memperhatikan beberapa orang yang rentan.

c. Faktor kehidupan dini

Lingkungan yang buruk dapat menentukan dalam perkembangan kehidupan janin dan bayi cenderung menimbulkan faktor risiko untuk penyakit kardiavaskular termasuk tekanan darah tinggi.

d. Faktor pemrakira lain pada anak-anak

Selain pelacakan, pemrakiraan hipertensi dimasa depan sedang dicari dengan mengkaji reaksi tekanan darah pada anak-anak terhadap olaraga dan kenaikan bobot, dan hubungan antara tekanan darah dan massa bilik jantung kiri yang ditentukan dengan ekokardiografi. e. Bobot badan

Bukti mengenai hubungan yang langsung, erat dan basal asas antara bobot badan dan tekanan darah muncul dari kajian pengamatan secara lintas bagian dan prospektif. Pada kebanyakan kajian, kelebihan bobot badan berkaitan dengan 2 – 6 kali kenaikan risiko mendapatkan hipertensi. Pada populasi Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh obesitas diperkirakan 30 – 65 %. Dari data pengamatan, regresi multivariat tekanan darah menunjukan kenaikan TDS 2 -3 mmHg (0,13 – 0,4 kPa) untuk setiap kenaikan 10 kg bobot badan.

f. Faktor obesitas pusat dan sindrom metabolisme

Obesitas pusat yang ditunjukkan oleh kenaikan nisbah pinggang terhadap pinggul, secara positif telah dikorelasikan dengan hipertensi pada beberapa populasi. Keberadaan sekaligus obesitas pusat, resistensi insulin, hiperinsulinnemia, tidak tahan glukosa, displidemia, dan tekanan darah, telah disoroti pula tahun-tahun terakhir ini.

g. Faktor nutrisi

1). Natrium klorida

Kajian eksperimental dan pengamatan menunjukkan bahwa asupan natrium klorida yang melebihi kebutuhan fisiologi bisa menimbulkan hipertensi. Hubungan antara pengeluaran natrium melalui urin dan tekanan darah akan semakin nyata dengan bertambahnya umur. Ikhtisar 14 kajian berdasarkan populasi menghasilkan kemiringan regresi gabungan untuk TDS dan TDD berturut-turut sebesar 3,7 mmHg (0,49 kPa) dan 2,0 mmHg (0,27 kPa) per 100 mmol natrium pada orang berusia 20 – 29 tahun sampai 10,3 mmHg (4kpa) dan 2,9 mmHg (39 kpa) per 100 mol natrium pada orang berusia 60 – 69 tahun.

2). Kalium

INTERSALT, CARDIAC dan berbagai kajian lain telah mengidentifikasi adanya hubungan terbalik antara tekanan darah dan asupan kalium melalui makanan. Kajian

INTERSALT mencatat adanya pengurangan TDS sebesar 2,7 mmHg (0,36 kPa) jika pengeluaran kalium meningkat 60 mmol/hari melalui urin. Tekanan darah lebih erat kaitanya

dengan nisbah natrium terhadap kalium dalam urin ketimbang dengan salah satu eletrolit. Analisis INTERSALT menunjukkan bahwa pengurangan nisbah kalium natrium urin selama 24 jam dari 3:1 (170 mmol natrium/55 mmol kalium) menjadi 1:1 (70 mmol natrium/70 mmol kalium) berkaitan dengan pengurangan TDS sebesar 3,4 mmHg.

3). Mikronutrisi lain

Peranan mikronutrisi lain seperti kalsium, magnesium, dan seng dalam menentukan tekanan darah telah diteliti pada beberapa penyigian populasi dan kajian intervensi. Akan tetapi,

peranan bebas yang utama dari mikronutrisi yang menentukan risiko hipertensi di masa depan belumlah diketahui.

4). Makronutrisi

Meskipun kajian pengamatan menunjukkan adanya hubungan beberapa makronutrisi (lemak, asam lemak, karbohidrat, serat, dan protein) dengan tekanan darah, belum terdapat bukti hubungan sebab-akibat dengan hipertensi. Begitupula, hanya terdapat sedikit bukti bahwa keragaman jangka pendek yang relatif dalam asupan makronutrisi dapat mempengaruhi tekanan darah pada penderita normotensi atau hipertensi ringan.

h. Faktor alkohol (minuman keras)

Pada beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi, seperti yang ditujukkan oleh kajian lintas bagian maupun kajian observasi. Efek akut dan kronis telah dilaporkan dan tidak tergantung pada obesitas, merokok, kegiatan fisik, jenis kelamin, maupun umur. Memang tidak jelas apakah ada harga ambang, tetapi jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg (0,13 kPa) dan TDD kira-kira 0,5 mmHg (0,07 kPa) per satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai aras TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg (0,89 kPa) dan 4,7 mmHg (0,63kPa) dibandingkan dengan peminum sekali seminggu. Berapapun jumlah total yang diminum setiap minggunya.

i. Faktor kegiatan fisik

Orang normotensi serta kurang gerak dan tidak bugar mempunyai risiko 20 – 50 % lebih besar untuk terkena hipertensi selama masa tindak lanjut. Jika dibandingkan dengan orang yang lebih aktif dan bugar. Beraerobik secara teratur, yang cukup untuk mencapai sekurang-kurangnya aras kebugaran fisik sedang, ternyata

bermanfaat, baik untuk mencegah maupun untuk menangani hipertensi. Hubungan terbalik antara tekanan darah dan kegiatan aerobik pada waktu luang tetap ada, sekalipun telah disesuaikan dengan faktor umur, jenis kelamin, indeks massa badan, dan kegiatan di tempat kerja.

j. Faktor denyut jantung

Jika kelompok hipertensi yang tidak ditangani dan kelompok normotensi diperbandingkan berdasarkan umur dan jenis kelamin, ternyata denyut jantung kelompok hipertensi selalu lebih tinggi. Hal ini dapat mencerminkan penyusunan ulang (re-setting) kegiatan simpatetik pada aras yang lebih tinggi. Peran keragaman denyut dalam tekanan darah memerlukan penelitian lebih lanjut untuk

menjelaskan apakah jenis hubungan ini berupa hubungan sebab-akibat atau prognostik.

k. Faktor psikososial

Terdapat bukti bahwa berbagai bentuk stress yang akut dapat meningkatkan tekanan darah. Akan tetapi, hanya terdapat sedikit bukti yang menunjukkkan bahwa stress jangka panjang mempunyai efek jangka panjang pula, tidak ditentukan oleh faktor yang mengacaukan seperti kebiasaan makan dan faktor ekonomi secara keseluruhan, bukti yang tersedia tidak cukup untuk menyimpulkan sebab-akibat mengkuantifikasi risiko bebas relatif. Penelitian yang secara metodologi masuk akal diperlukan dalam bidang ini.

l. Faktor lingkungan

Adanya polusi udara, polusi suara, dan air lunak semuanya telah diindikasi sebagai faktor penyebab tekanan darah tinggi. Melindungi masyarakat dari polusi udara, polusi suara dan air lunak dapat mempengaruhi kesehatan, khususnya pada hipertensi.

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DI (Halaman 40-47)

Dokumen terkait