• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada tanggal pelaporan yang memiliki risiko untuk dapat menyebabkan penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk tahun berikutnya seperti yang diungkapkan di bawah ini. BRI dan Entitas Anak mendasarkan asumsi dan estimasi yang digunakan pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan konsolidasian disusun.

Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan dapat berubah akibat perubahan pasar atau situasi yang timbul di luar kendali BRI dan Entitas Anak. Perubahan tersebut dicerminkan dalam asumsi yang digunakan pada saat terjadinya.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan)

ak. Penggunaan pertimbangan, estimasi dan asumsi akuntansi yang signifikan (lanjutan) 2. Estimasi dan Asumsi (lanjutan)

Cadangan kerugian penurunan nilai dari kredit dan pembiayaan/piutang syariah

Manajemen BRI dan Entitas Anak menelaah portofolio kredit dan pembiayaan/piutang setiap tahun untuk menilai penurunan nilai dengan memperbaharui cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk selama periode yang diperlukan berdasarkan analisis berkelanjutan dan pemantauan terhadap rekening individual oleh petugas kredit.

Dalam menentukan apakah penurunan nilai harus dibentuk dalam laporan laba rugi kompehensif konsolidasian, BRI dan Entitas Anak membuat penilaian, apakah terdapat data yang dapat diobservasi yang menunjukkan bahwa terdapat penurunan yang dapat diukur dalam laporan perkiraan arus kas masa depan dari portofolio pinjaman sebelum penurunan tersebut dapat diidentifikasi secara individual dalam portofolio tersebut.

Bukti seperti ini dapat termasuk data yang dapat diobservasi yang menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan yang merugikan pada status pembayaran kelompok peminjam ataukondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok. BRI dan Entitas Anak menggunakan perkiraan dalam menentukan jumlah dan waktu dari arus kas masa depan ketika menentukan tingkat cadangan kerugian yang diperlukan. Estimasi tersebut didasarkan pada asumsi mengenai sejumlah faktor dan hasil aktual yang dapat berbeda, yang mengakibatkan perubahan terhadap jumlah cadangan kerugian di masa yang akan datang.

Penurunan nilai untuk surat berharga

Manajemen BRI menentukan bahwa surat berharga memiliki kriteria penurunan nilai yang sama dengan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi.

Umur ekonomis dari aset tetap

Manajemen BRI memperkirakan masa manfaat aset tetap berdasarkan periode dimana aset diharapkan akan tersedia untuk digunakan. Masa manfaat ekonomis aset tetap ditinjau secara berkala dan diperbarui jika memiliki ekspektasi yang berbeda dari perkiraan sebelumnya, karena kerusakan secara fisik dan teknis, atau keusangan secara komersial dan legal atau batasan lainnya atas penggunaan aset tersebut. Selain hal tersebut, estimasi masa manfaat dari aset tetap didasarkan pada penilaian secara kolektif dengan menggunakan praktik industri, teknik evaluasi internal dan pengalaman dengan aset serupa. Tetap dimungkinkan, bagaimanapun, bahwa hasil masa depan dapat secara material dipengaruhi oleh perubahan estimasi yang disebabkan oleh perubahan faktor-faktor tersebut di atas. Jumlah dan saat pencatatan biaya untuk setiap periode akan dipengaruhi oleh perubahan dari faktor dan keadaan saat pencatatan. Pengurangan dari taksiran masa manfaat dari aset tetap akan meningkatkan beban usaha. Penurunan nilai aset non-keuangan

BRI dan Entitas Anak mengevaluasi penurunan nilai aset non-keuangan apabila terdapat kejadian atau perubahan keadaan yang mengindikasikan bahwa nilai tercatat aset non-keuangan tidak dapat dipulihkan kembali. Faktor-faktor penting yang dapat menyebabkan penelaahan penurunan nilai adalah sebagai berikut:

a. Performa yang tidak tercapai secara signifikan terhadap ekspektasi historis atau proyeksi hasil operasi di masa yang akan datang;

b. Perubahan yang signifikan dalam cara penggunaan aset atau strategi bisnis secara keseluruhan; dan

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan)

ak. Penggunaan pertimbangan, estimasi dan asumsi akuntansi yang signifikan (lanjutan) 2. Estimasi dan Asumsi (lanjutan)

Penurunan nilai aset non-keuangan (lanjutan)

c. Industri atau tren ekonomi yang secara signifikan bernilai negatif.

Manajemen BRI dan Entitas Anak mengakui kerugian penurunan nilai apabila nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat dipulihkan. Jumlah terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurang biaya untuk menjual dengan nilai pakai aset (atau unit penghasil kas). Jumlah terpulihkan diestimasi untuk aset individual atau, jika tidak memungkinkan, untuk unit penghasil kas yang mana aset tersebut merupakan bagian daripada unit tersebut.

Pengakuan aset pajak tangguhan

Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh saldo rugi fiskal yang belum digunakan dalam hal terdapat kemungkinan bahwa penghasilan kena pajak akan tersedia untuk dikompensasi terhadap kerugian yang dapat digunakan. Pertimbangan manajemen yang signifikan diperlukan untuk menentukan jumlah aset pajak tangguhan yang dapat diakui, sesuai dengan saat dan jumlah penghasilan kena pajak di masa mendatang seiring dengan strategi perencanaan pajak.

BRI menelaah aset pajak tangguhan pada setiap tanggal laporan posisi keuangan dan mengurangi jumlah tercatat dalam hal tidak adanya lagi kemungkinan bahwa penghasilan kena pajak yang cukup akan tersedia untuk mengkompensasi sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan.

Nilai kini atas kewajiban pensiun

Biaya atas program pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya ditentukan dengan perhitungan aktuaris. Perhitungan aktuaris melibatkan penggunaan asumsi mengenai tingkat diskonto, tingkat pengembalian yang diharapkan dari aset, kenaikan gaji di masa depan, tingkat kematian dan tingkat kecacatan. Karena program tersebut memiliki sifat jangka panjang, maka perkiraan tersebut memiliki ketidakpastian yang signifikan.

al. Cadangan kerugian penurunan nilai aset non produktif dan komitmen dan kontinjensi

Sesuai dengan Surat Bank Indonesia (BI) No. 13/658/DPNP/DPnP tanggal 23 Desember 2011, BRI dan BRI Agro tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset non produktif dan transaksi rekening administratif (komitmen dan kontinjensi), namun manajemen BRI tetap harus menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku. Atas aset non produktif, manajemen BRI dan BRI Agro menentukan cadangan kerugian penurunan nilai pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual. Atas komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit, manajemen BRI dan BRI Agro menentukan cadangan kerugian penurunan nilai berdasarkan selisih antara nilai tercatat dan nilai kini atas pembayaran kewajiban yang diharapkan akan terjadi (ketika pembayaran atas jaminan tersebut menjadi probable).

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan)

am. Perubahan kebijakan akuntansi dan pengungkapan

BRI menerapkan interpretasi standar akuntansi keuangan dan revisi standar akuntansi keuangan yang efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2014, yang dianggap relevan dengan Laporan Keuangan Konsolidasian BRI dan Entitas Anak, yakni ISAK No.28 “Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen Ekuitas” dan PSAK No.102 (Revisi 2013) “Akuntansi Murabahah”. Penerapan ISAK No.28 yang mengatur entitas sebagai debitur dalam menyelesaikan liabilitas keuangannya melalui mekanisme penerbitan instrumen ekuitas (debt for equity swap), tidak memiliki dampak signifikan terhadap Laporan Konsolidasian BRI dan Entitas Anak. Kemudian, BRIS menerapkan PSAK No.102 (Revisi 2013), “Akuntansi Murabahah”, yang merupakan revisi dari PSAK No.102 yang diterbitkan pada tahun 2008, mengatur perlakuan atas transaksi yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah.

3. KAS

Jumlah nosional Jumlah nosional

Mata uang asing Mata uang asing

(Angka penuh) Ekuivalen Rp (Angka penuh) Ekuivalen Rp

Rupiah 15.804.380 18.775.487

Mata uang asing

Dolar Amerika Serikat 17.899.553 212.197 15.234.745 185.407 Riyad Arab Saudi 35.668.890 112.749 22.226.667 72.121 Euro Eropa 1.594.458 25.854 1.541.528 25.835 Dolar Australia 2.199.872 24.548 3.396.638 36.873 Dolar Singapura 2.346.769 22.330 2.887.148 27.780 Ringgit Malaysia 4.786.985 17.711 7.139.467 26.526 Yen Jepang 81.808.900 9.584 88.974.900 10.299 Yuan Cina 3.726.572 7.136 1.678.716 3.375 Dolar Hongkong 1.742.740 2.670 1.505.130 2.362 Dirham Uni Emirate Arab 683.095 2.205 - -Pound Sterling Inggris 97.039 1.962 74.714 1.503 Papua New Guenean Kina 272.474 1.335 75.060 365 Franc Swiss 98.050 1.309 65.410 894 Dolar Selandia Baru 88.185 915 78.155 781 Won Korea Selatan 77.740.000 914 68.568.000 791 Bath Thailand 2.047.180 749 2.221.340 824 Dolar Kanada 25.650 285 38.750 443 Dolar Brunei Darussalam 24.881 236 11.620 112

444.689

396.291

Total 16.249.069 19.171.778

30 Juni 2014 31 Desember 2013

Pada tanggal-tanggal 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2013, saldo dalam mata uang Rupiah tersebut, sudah termasuk uang pada mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) masing-masing sebesar Rp4.069.646 dan Rp4.720.085.

4. GIRO PADA BANK INDONESIA