• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Secara umum faktor risiko asma dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi antara lain hiperreaktivitas bronkus, atopi, faktor modifikasi penyakit genetik, jenis kelamin, serta ras atau etnik. Faktor kedua yang berperan adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi antara lain:9

(a) Alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing dan jamur) (b) Alergen di luar ruangan (alternaria/jamur, tepung sari)

(c) Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur)

Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi, 2018 8 (d) Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta-blocker) (e) Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray)

(f) Ekspresi emosi berlebihan

(g) Asap rokok dari perokok aktif dan pasif (h) Polusi udara di luar dan di dalam ruangan

(i) Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas tertentu

(j) Perubahan cuaca

Faktor yang mempengaruhi terjadinya serangan asma adalah faktor pencetus. Faktor pencetus dapat berupa alergen dalam ruangan antar lain tungau, debu rumah, binatang berbulu antara lain anjing, kucing, tikus, alergen kecoak, jamur, kapang, ragi, pajanan asap rokok, rhinovirus, ozon, pemakaian β2 agonist, dan infeksi viral saluran napas. Faktor pencetus lain dapat berupa polusi udara, pewangi udara, udara dingin dan kering, olahraga, emosi, hiperventilasi, dan kondisi komorbid yaitu rhinitis, sinusitis, dan gastroesofageal refluks. 11 Secara skematis mekanisme terjadinya asma dilihat pada gambar satu.

Gambar 1. Skema terjadinya asma

Dikutip dari (11) D. PATOGENESIS ASMA

Pandangan tentang patogenesis asma telah mengalami perubahan pada beberapa dekade terakhir. Dahulu dikatakan bahwa asma terjadi karena degranulasi sel mast yang terinduksi bahan alergen, menyebabkan pelepasan

Sensitisa si Faktor genetik Faktor lingkungan Pencetus Pencetus Inflamas i Hiperaktivita s bronkus Obstruks i Gejala asma

Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi, 2018 9 beberapa mediator antara lain histamin dan leukotrien sehingga terjadi kontraksi otot polos bronkus. Saat ini telah dibuktikan bahwa asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan beberapa sel, menyebabkan pelepasan mediator yang dapat mengaktivasi sel target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus dan stimulasi refleks saraf.12 Proses inflmasi pada asma bisa terjadi akut maupun kronik melalui proses yang kompleks. Proses tersebut melibatkan unsur genetik, antigen, sel-sel inflamasi dan mediator nya. Inflamasi akut terdiri dari asma tipe cepat dan tipe lambat. Infamasi kronis pada asma bisa menyebabkan kerusakan jaringan yang secara fisiologis dapat mengalami penyembuhan. Pada proses penyembuhan terjadi perbaikan dan penggantian sel yang baru atau jaringan sehingga terbentuk skar. Proses tersebut disebut dengan airway remodeling. Patogenesis asma alergi dapat dilihat pada gambar dua berikut.13

Gambar 2. Patogenesis asma alergi

Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi, 2018 10 Interaksi kompleks antara faktor penjamu dan lingkungan menyebabkan modulasi ekspresi gen, peningkatan respon inflamasi, dan mempengaruhi derajat berat penyakit asma. Proses inflamasi pada asma terjadi pada lapisan mukosa yang ditandai dengan hiperplasi dan hipertrofi kelenjar submukosa dan sel goblet. Proses ini melibatkan banyak sel inflamasi. Proses inflamasi banyak melibatkan sel-sel. Gambar tiga menunjukkan patogenesis asma non alergi.13

Gambar 3. Patogenesis asma

Dikutip dari (13) 1. Inflamasi Saluran Napas

Inflamasi saluran napas pada asma merupakan proses yang sangat kompleks dan melibatkan unsur genetik, antigen, berbagai sel inflamasi, interaksi antar sel dan mediator yang membentuk proses inflamasi kronik dan remodeling. Proses inflamasi pada asma terjadi di seluruh saluran napas. Proses inflamsi terutama di lapisan submukosa yang ditandai dengan hiperplasi dan hipertrofi kelenjar submukosa dan sel goblet. Mekanisme inflamasi saluran napas terdiri dari:12

Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi, 2018 11 1). Mekanisme imunologi inflamasi saluran napas

Sistem imun dibagi menjadi dua yaitu imunitas humoral dan selular. Imunitas humoral ditandai oleh produksi dan sekresi antibodi spesifik oleh sel limfosit B sedangkan selular diperankan oleh sel limfosit T. Sel limfosit T mengontrol fungsi limfosit B dan meningkatkan proses inflamasi melalui aktivitas sitotoksik cluster differentiation 8 (CD8) dan mensekresi berbagai sitokin. Sel limfosit T helper (CD4) dibedakan menjadi Th1 dan Th2. Sel Th1 mensekresi interleukin-2 (IL-2), IL-3, Granulocyt Monocyte Colony Stimulating Factor (GMCSF), interferon- (IFN-) dan Tumor Necrosis Factor- (TNF-) sedangkan Th2 mensekresi IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-13, IL-16 dan GMCSF. Respon imun dimulai dengan aktivasi sel T oleh antigen melalui sel dendritik yang merupakan sel pengenal antigen primer (primary antigen presenting cells atau APC).12

2). Limfosit T

Antigen presenting cells mempresentasikan alergen atau antigen kepada sel limfosit T dengan bantuan Major Histocompatibility (MHC) klas II, limfosit T akan membawa ciri antigen spesifik, teraktivasi kemudian Th0 berdiferensiasi dan berproliferasi membentuk Th1 dan Th2. Limfosit T spesifik (Th2) dan produknya IL-4 serta IL-13 akan mempengaruhi dan mengontrol limfosit B dalam memproduksi imunoglobulin. Interaksi alergen pada limfosit B dengan limfosit T spesifik alergen akan menyebabkan limfosit B memproduksi IgE spesifik alergen. Pajanan ulang oleh alergen yang sama akan meningkatkan produksi IgE spesifik. Imunoglobulin E spesifik akan berikatan dengan sel-sel yang mempunyai reseptor IgE antara lain sel mast, basofil, eosinofil, makrofag dan platelet. Bila alergen berikatan dengan sel tersebut maka sel akan teraktivasi dan berdegranulasi mengeluarkan mediator yang berperan pada reaksi inflamasi.12

Limfosit T teraktivasi akan mengeluarkan sitokin IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-13 dan GMCSF. Sitokin bersama sel inflamasi yang lain akan saling berinteraksi sehingga terjadi proses inflamasi yang kompleks, degranulasi eosinofil, mengeluarkan berbagai protein toksik yang merusak epitel saluran napas dan merupakan salah satu penyebab hiperesponsivitas saluran napas

Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi, 2018 12 (Airway Hyperresponsiveness atauAHR).12 Respon imun pada asma dapat dilihat pada gambar empat dibawah ini.

Gambar 4. Respon imun pada asma

Dikutip dari (12) 2. Sel inflamasi

Inflamasi saluran napas pada asma banyak melibatkan beberapa jenis sel dan mediator. Setiap sel mempunyai peran dan fungsi masing-masing dalam patogenesis asma. Beberapa sel inflamasi yang berperan dalam proses inflamasi pada asma antara lain:3,12,14

Produksi