• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etnis Tionghoa dan etnis Jawa adalah yang menjadi subjek pokok penelitian ini. Istilah Tionghoa dibuat oleh orang Indonesia yang berasal dari kata Zhonghua dalam bahasa Mandarin Zhonghua dalam dialek

Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.29 Apabila dilihat dari ciri fisik etnis

Tionghoa sangat mudah sekali untuk dikenali seperti mata sipit, kulit putih pucat, dan berambut lurus. Dilihat dari sudut kebudayaan masyarakat Tionghoa dikategorikan menjadi dua masyarakat Tionghoa “Peranakan” dan “Totok”.30 Orang Tionghoa Peranakan terdiri dari orang Tionghoa yang sudah terasimilasi sebagian ke dalam masyarakat Indonesia, sebagian dari mereka telah menikah dengan masyarakat pribumi dan memiliki

28

Ibid, hal. 305-306.

29

http://id.wikipedia.org.wiki/Tionghoa-Indonesia diakses 7 Agustus 2010.

30

Rustopo, Menjadi Jawa : Orang-orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta 1895- 1998, (Surakarta, Ombak, 2007), hal. 68.

commit to user

keturunan dengan masyarakat pribumi, orang Tionghoa ini sudah lama tinggal di Indonesia dan pada umumnya sudah berbaur. Mereka menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat sebagai bahasa sehari-hari dan bertingkah laku seperti pribumi. Sedangkan orang Tionghoa Totok adalah orang Tionghoa yang secara budaya dan turunan masih berasal dari Tionghoa, mereka adalah pendatang baru, umumnya baru satu sampai dua generasi dan masih berbahasa Tionghoa akan tetapi dengan terhentinya imigrasi dari daratan Tionghoa, jumlah Tionghoa

Totok semakin menurun, dan keturunan Totok sudah mengalami

peranakanisasi.31

Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah salah etnis penting dalam sejarah Indonesia jauh sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Setelah Negara Indonesia terbentuk, maka otomatis orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia haruslah digolongkan dalam lingkup nasional Indonesia setingkat dan sederajat dengan suku- buku bangsa lainnya yang membentuk Negara Indonesia Republik Indonesia.

Suku Jawa adalah suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa bertutur sehari-hari. Garis keturunan dalam masyarakat Jawa diturunkan lewat ayah dan ibu. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang sangat sopan dan menghargai orang yang diajak berbicara khususnya bagi orang yang lebih tua dan bahasa Jawa juga sangat mempunyai arti yang luas. Orang Jawa sebagian besar secara

31

Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa, (Jakarta, Pustaka LP3ES, 1999), hal. 252.

commit to user

nominal menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Kristen Protestan dan Katolik juga banyak. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Penganut agama Budha dan Hindu juga ditemukan pula diantara masyarakat Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan kepercayaan Anismisme dengan pengaruh Hindu- Budha yang kuat.

Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai. Orang Jawa memiliki stereotip sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat. Yang dimaksud dari kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Jawa yang hidup di daerah Jawa Tengah bagian selatan dengan sentranya pada Keraton Yogyakarta dan Surakarta.32

Kebudayaan Jawa yang hidup di Surakarta merupakan kebudayaan peradaban yang berakar di Keraton, kebudayaan yang mengutamakan

aspek kehalusan dan keindahan.33 Kebudayaan keraton meliputi

kesusastraan (bahasa), seni tari, seni suara, dan upacara-upacara termasuk upacara keagamaan yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak empat tahun atau lima abad yang lalu. Akan tetapi lambat laun

32

P. Haryono, Kultur dan Jawa Pemahaman Menuju Asimilasi Kulturasi (Jakarta, Pustaka Sinar

Harapan, 1994), hal. 32.

33

commit to user

perjalanan budaya Jawa mengalami transformasi juga. Transpormasi dapat diandaikan sebagai pengalihan menuju budaya baru yang mapan, juga bisa sebagai proses yang lama dan bertahap-tahap, atau sebaliknya sebagai titik balik yang begitu cepat.

Bahasa Jawa adalah bahasa yang sering digunakan oleh orang Jawa di Surakarta ini. Bahasa Jawa memiliki tiga strata pokok, yaitu ngoko, (strata tak resmi), madyo (strata setengah resmi) dan krama (strata resmi). Bahasa Jawa logat Surakarta dianggap sebagai bahasa Jawa yang beradasb, tetapi dengan adanya perubahan sosial awal abad-20 sebagai akibat pendidikan dan kemajuan ekonomi telah mengubah struktur kelas sosial. Perubahan yang besar dalam penggunaan bahasa Jawa oleh masyarakat Surakarta tidak membuat kehilangan kejawaannya. Meskipun tutur kata yang kasar tetapi melalui bahasannya mereka dapat diidentifikasi sebagai orang Jawa yang berlogat Surakarta.

F. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini difokuskan pada para anggota (pemain) Barongsai dalam kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo, sebagai contoh berlangsungnya akulturasi dan komunikasi antarbudaya yang efektif antar etnis Tinghoa dan Jawa di Kota Surakarta.

Barongsai merupakan salah satu budaya Tionghoa yang sudah selayaknya bila dimainkan oleh orang dari etnis Tionghoa. Namun dalam hal ini di Yayasan Tripusaka Solo yang mayoritas anggotanya adalah orang- orang Jawa memainkan kesenian Barongsai tersebut. Dengan adanya

commit to user

sekelompok ini akan mempertemukan individu-individu baik dari etnis Tionghoa maupun etnis Jawa dalam berinteraksi mewujukan suatu bentuk komunikasi. Kelompok Barongsai inilah merupakan tempat berlangsungnya komunikasi yang efektif. Dalam kelompok inilah individu-individu akan melakukan proses komunikasi, komunikasi yang terjadi apabila komunikator dan komunikan saling berinteraksi dan terjadi hubungan yang timbal balik. Dengan dimainkannya kesenian Barongsai oleh etnis Jawa, tentunya tidak akan mengeser kebudayaan kita sendiri, justru malah akan menambah kekakayaan kebudayaan kita.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Etnis Jawa Etnis Tionghoa

Kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka

commit to user

G. Metode Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.34

Penelitian kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk

memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejala- gejala komunikasi, mengemukakan prediksi, atau untuk menguji teori, tetapi lebih dimaksudkan untuk mendeskrispikan dan/atau pemahaman mengenai bagaimana suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.35 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo.

3. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota (pemain) kelompok Barongsai yang terdiri dari etnis Tionghua dan etnis Jawa. Narasumber dicari dengan teknik snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula kecil kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam

34

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2007), hal. 1.

35

Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Menuju Paradigma Baru Penelitian Komunikasi

commit to user

penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. 36

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang dianggap memiliki kapasitas seperti para tokoh kunci yang bisa memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Metode observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan kelompok Barongsai Tripusaka, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.37

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk melengkapi penelitian yang dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen seperti otobiografi, catatan harian, artikel, brosur dan lain-lain yang ada di Yayasan Tripusaka Solo. Dokumen-dokumen tersebut dapat mengungkapkan

36

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung, Alfabeta, 2008) hal. 85.

37

commit to user

bagaimana subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan definisi-definisi tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya.38

5. Analisis Data

Dalam menganalisa data penulis menggunakan analisa interaktif

(interactive model of analysis). Model ini mempunyai tiga komponen yaitu

data reduction, data display dan data conclusion drawing.39

Data reduction adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa untuk membuat kesimpulan akhir. Data

display adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan riset dapat dilakukan, sedangkan data conclution drawing

adalah mengambil suatu kesimpulan.

Ketiga komponen tersebut bila digambarkan dengan diagram seperti dibawah ini :

38

Deddy Mulyana, Op.Cit, hal. 68

39

Miles dan Huberman dalam Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung, Alfabeta, 2007) hal. 92

commit to user

Gambar 3. Model Analisis Interaktif

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dan verifikasi.

a. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. b. Sajian data

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowcharti dan sejenisnya. Penyajian data

Pengumpulan Data

Sajian Data Reduksi Data

commit to user

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan.

6. Validitas Data

Validitas data adalah derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.40 Sedangkan untuk validitas data triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data pada sifat valid dan

reliable. Validitas data lebih menunjuk pada tingkat sejauhmana data yang

diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti.

40

commit to user

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan cara pengumpulan data.41

Ada empat macam teknik triangulasi, yaitu (1) triangulasi data atau sering disebut dengan triangulasi sumber, (2) triangulasi metodologis, (3) triangulasi peneliti, dan (4) triangulasi teori.42 Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data, suatu pemeriksaan dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) Membandingkan apa yang dikatakan saat situasi penelitian dengan apa yang dilakukan sehari-hari, (4) Membandingkan apa yang menjadi perspektif responden dengan berbagai pendapat dan pandangan orang banyak atau lawan interaksi objek penelitian, (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

41

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta, LkiS, 2008), hal. 97

42

HB. Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Surakarta, Sebelas Maret University Press, 2002), hal. 78.

commit to user

BAB II

GAMBARAN UMUM YAYASAN TRIPUSAKA

Dokumen terkait