• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 VTG 75 65,33 81,67 74,00 Tercapai 2 ABP 80 71,33 72,33 74,56 Tercapai 3 ADF 80 76,00 74,00 76,67 Tercapai 4 ATM 70 73,33 79,00 74,11 Tercapai 5 BKC 65 72,33 84,33 73,89 Tercapai 6 BPP 70 81,67 80,00 77,22 Tercapai

128 7 CLP 80 85,67 83,00 82,89 Tercapai 8 DNP 60 69,33 72,00 67,11 Tercapai 9 EYP 65 81,67 82,00 76,22 Tercapai 10 IPL 75 77,33 84,33 78,89 Tercapai 11 SPS 70 71,33 81,33 74,22 Tercapai 12 HP 85 80,67 81,33 82,33 Tercapai 13 RS 75 71,33 82,00 76,11 Tercapai 14 BHP 70 76,67 73,67 73,44 Tercapai Rata-rata 81,86

Tabel 4.21 di atas menunjukkan hasil akhir prestasi siswa siklus II. Untuk mendapatkan nilai akhir yaitu dengan menjumlahkan hasil tes evaluasi, rata-rata nilai afektif dan rata-rata nilai psikomotorik lalu dibagi 3. Seluruh siswa telah mencapai KKM yan telah ditentukan. Peningkatan hasil prestasi dari kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.22

Tabel 4.22 Hasil Tes Obyektif pada Siklus II

Indikator Kondisi Awal Capaian Siklus I Capaian siklus II Prestasi Siswa yang

lulus KKM

57,89 % 100% 100%

Rata-rata nilai

68,3 73,21 75,83

Pada tabel 4.22 terlihat bahwa prestasi belajar siswa siklus I mengalami peningkatan hal ini dapat di lihat dari pencapain siklus II. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM sebanyak 100% dan pada siklus II mencapai 100%. Rata-rata kelas dari kondisi awal sebesar 68,3 meningkat menjadi 73,21 pada siklus I, dan dari siklus I meningkat menjadi 75,83 pada siklus II. Dari data peningkatan hasil belajar siswa, maka dapat digambarkan melalui Gambar Grafik 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 Peningkatan Jumlah Siswa yang lulus KKM

Pada kondisi awal, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 57,89% dan siswa yang belum mencapai KKM berjumlah 42,11%. Pada siklus I dan siklus II 14 siswa (100%) telah mencapai KKM. Jumlah siswa yang mencapai KKM digambarkan pada grafik berwarna biru.

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

kondisi awal siklus I Siklus II

130

3. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan penelitian dilakukan 2 siklus dengan rancangan setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Nglinggi dengan jumlah 14 siswa. Objek pada penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar IPA menggunakan pendekatan

Student Centerd Learning model pembelajaranProblem Based Learning.

a. PBL meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas IV SD Kanisius

Nglinggi

Penelitian pada siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Waktu untuk setiap pertemuannya masing masing 2 x 35 menit. Pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model pembelajaran PBL menurut Trianto (2009:90) PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari masalah yang nyata. Seluruh kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II dirancang berdasarkan langkah-langkah PBL. Adapun langkah-langkah PBL yaitu identifikasi masalah, merancang kegiatan penyelesaian masalah, melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah, kegiatan tutorial, melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah, menyusun laporan, penilian.

Pada pertemuan pertama kegiatan awal dimulai dengan berdoa dan salam kegiatan apersepsi dilakukan dengan bernyanyi bersama dan bermain tebak-tebakan. Siswa di minta untuk menebak isi dalam kotak yang dibawa guru. Dalam bernyanyi siswa menunjukan sikap ceria dan bersemangat. Setelah kegiatan

apersepsi dilaksanakan kegiatan identifikasi masalah yaitu dengan mendapat sebuah permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran pada hari itu, permasalahan yaitu “bagaimana coklat yang berbentuk padat dapat berubah menjadi coklat cair dan coklat cair berubah menjadi coklat padat?”.

Siswa membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan mereka berdiskusi merancang kegiatan penyelesaian masalah. Dalam merancang kegiatan masalah ada siswa yang kurang memperhatikan jalannya diskusi. Siswa tersebut bermain boploint dan tidak ikut berdiskusi dengan teman kelompoknya. Setelah merancang kegiatan penyelesaian masalah siswa melakukan kegiatan penyelesaian masalah dengan melakukan percobaan sesuai langkah-langkah percobaan yang telah mereka rancang karena kurangnya perhatian ada kelompok yang kurang memperhatikan langkah-langkah penyelesain masalah yang mereka susun seharusnya mereka tidak mencampur air dengan coklat tetapi air berada diluar panci yang berisi coklat sehingga coklat yang mereka panaskan membutuhkan waktu yang lama untuk mencairkan.

Penyelesaian masalah terdapat kegiatan tutorial yaitu siswa melaporkan kendala yang mereka hadapi dalam kegiatan penyelesaian masalah, setelah melaporkan setiap kelompok mendapatkan masukan dari guru dan melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah. Setelah kegiatan penyelesaian masalah selesai, setiap kelompok menyusun laporan mengenai proses penyelesaian masalah. Kegiatan penilaian dilakukan melalui observasi ketika proses pembelajaran berlangsung dan pada saat kegiatan tutorial.

132

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran pertemuan kedua hampir sama dengan pertemuan pertama namun masalah yang diberikan tidak sama masalah yang di berikan pada pertemuan kedua yaitu mengenai “Apa yang terjadi dengan air yang sedang direbus, dan apa yang terjadi gelas minuman yang diberi es?”. Untuk menjawab permasalah tersebut siswa berdikusi bersama teman kelompoknya untuk merancang kegiatan penyelesaian masalah. Setelah itu mereka melakukan percobaan sesuai dengan kegiatan penyelesaian masalah yang telah mereka susun. Kegiatan turorial dilakukan dengan melaporkan kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah kegiatan penyelesaian masalah dilakukan bersama teman satu kelompok hal ini dapat menumbuhkan perhatian dan keterlibatan siswa sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran hal ini sudah sesuai dengan pendekatan SCL yaitu pembelajaran berpusat pada siswa apabila siswa aktif dan benyak melakukan aktifitas (Widaryanto.2002:63).Siswa melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah. Setelah kegiatan penyelesaian masalah, siswa menyusun laporan mengenai proses penyelesaiaan masalah.

Pada awal pembelajaran pertemuan ketiga siswa melakukan apersepsi mengenai pewangi ruangan yang berbentuk padat (stella). Siswa menutup matadan mencium bau pewangi ruangan yang telah dipasang gurusiswa bersama dengan guru melakukan tepuk I’m the best. Tepuk ini dilakukan untuk membangkitkan semangat siswa mengikuti pembelajaran. Siswa selanjutnya berkumpul dengan kelompoknya untuk menjawab permasalahan yang diberikan oleh guru yaitu mengenai “bagaimana bisa benda padat seperti stella bisa

mengeluarkan bau harum?”. Siswa selanjutnya melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menerapkan langkah-langkah PBL.

Minat siswa dalam pembelajaran IPA diukur menggunakan 4 indikator minat. Keempat indikator tersebut dijabarkan kedalam 23 item pernyataan. Indikator minat tersebut didapat dari teori ciri-ciri minat yang dikemukan oleh Surya(2003:67) minat diartikan sebagai rasa senang dalam menghadapi suatu obyek. Slameto(2003:57) mengemukakan minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Dari pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan 4 indikator minat belajar yaitu memiliki rasa senang saat pembelajaran IPA, memperhatikan saat proses pembelajaran, terlibat dalam proses pembelajaran IPA, berinisiatif mencari mencari informasi baru. Peneliti menggunakan instrumen kuesioner dan penilaian observasi dalam mengetahui minat siswa. Selain itu untuk prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Siklus II pada penelitian ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Waktu untuk setiap pertemuannya masing masing 2 x 35 menit. Pada pertemuan pertama, siswa melakukan observasi terhadap benda-benda yang ada di sekitar berdasarkan bahan penyusunnya, benda-benda yang terbuat dari kaca, plastik, kayu, logam, karet dan kertas. Siswa melakukan observasi di luar kelas seperti di ruang UKS, di dapur, di kamar mandi dan di perpustakaan. Pada pertemuan kedua, siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sifat benda-benda tersebut dan kegunaannya yang sudah mereka temukan pada pertemuan sebelumnya. Apakah benda yang terbuat dari kaca mudah terbakar atau tidak beserta kegunaannya,

134

benda yang terbuat dari kayu mudah basah atau tidak beserta kegunaannya, benda yang terbuat dari besi tahan lama atau tidak apabila dimasukkan ke dalam air beserta kegunaannya.

Data awal yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi siswa menunjukkan bahwa minat siswa belum optimal. Pengumpulan data dilakukan sebelum melaksanakan penelitian. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata minat siswa dalam setiap indikator belum optimal. Hal ini dibuktikan dari hasil rata-rata indikator minat siswa yang memiliki rasa senang terhadap pembelajaran IPA sebesar 2,97 dari skala 5, rata-rata indikator minat siswa yang memperhatikan proses pembelajaran sebesar 2,89 dari skala 5, rata-rata minat siswa indikator terlibat dalam pembelajaran IPA sebesar 2,89 dari skala 5 dan rata-rata minat siswa pada indikator memiliki inisiatif dalam belajar IPA sebesar 2,85. Secara keseluruhan ada 6 dari 14 (42,85%) siswa yang termasuk dalam kriteria minimal cukup berminat.

Minat siswa mengalami peningkatan setelah dikenai tindakan yaitu pembelajaran dengan model PBL pada siklus I. Rata-rata indikator minat siswa yang memiliki rasa senang dalam pembelajaran sebesar 3,51 dari skala 5, rata-rata indikator memperhatikan proses pembelajaran sebesar 3,28 dari skala 5, rata-rata indikator minat keterlibatan dalam prose pembelajaran sebesar 3,39 dari skala 5 dan rata-rata indikator minat inisiatif sebesar 3,26 dari skala 5. pembelajaran dari skala. Persentase siswa yang termasuk kategori minimal berminat sebesar 76,18%. Dalam siklus II diperoleh informasi bahwa minat siswa sudah mengalami peningkatan. Kuesioner yang telah diisi siswa pada siklus II yang terdiri dari

pertemuan pertama dan kedua dapat diketahui bahwa rata-rata skor minat pada indikator siswa yang memiliki rasa senang sebesar 4,01, rata-rata skor minat pada indikator memperhatikan seluruh proses pembelajaran sebesar 3,78, rata-rata skor minat pada indkator terlibat dalam pembelajaran sebesar 3,91 dan rata-rata skor minat pada indikator insiatif mempelajari hal-hal yang berkaitan dalam pembelajaran sebesar 3,80. Pencapaian Indikator Minat Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut:

136

Tabel 4.23 Pencapaian Indikator Minat Siklus I dan Siklus II

Indikator Deskriptor Kondisi awal Target capaian siklus 1 Capaia n siklus 1 Ket Target capaian siklus 2 Capaian siklus 2 Ket Minat Sikap ceria Jumlah siswa yang mencapai kriteria minimal batas pada setiap indikator dibagi jumlah seluruh siswa dikali 100 2,97 3,47 3,51 Tercapai 4,01 4,01 Tercapai Perhatian 2,89 3,39 3,28 Tidak Terlibat 3,39 3,78 Tercapai Keterlibat an 2,89 3,39 3,39 Tercapai 3,89 3,91 Tercapai Inisiatif 2,65 3,16 3,26 Tercapai 3,76 3,80 Tercapai Prestasi Siswa yang lulus KKM Jumlah siswa yang luus KKM dibagi jumlah seluruh siswa dikali 100 57,89% 67% 100% Tercapai 100% 100% Tercapai Rata-rata nilai Jumlah nilai yang diperoleh dibagi jumlah siswa 68,3 73 73,21 Tercapai 75 75,83 Tercapai 1 3 6

Peningkatan minat siswa ini terlihat di setiap kegiatan pembelajaran. sebelum kegiatan pembelajaran dimulai siswa siap di dalam kelas sementara guru masih dikantor. Siswa duduk ditempat mereka masing-masing dan mengajak peneliti untuk memulai pelajaran.Kegiatan awal pembelajaran siswa melakukan aktivitas bernyanyi, lagu yang dinyanyikan bersama merupakan lagu yang komunikatif, guru dan siswa melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi tersebut melalui lagu tersebut. siswa antusias melakukan kegiatan ini semua siswa mengikuti lagu yang dinyanyikan. Indikator rasa senang juga terlihat pada saat siswa melakukan percobaan. Sebagian besar siswa bersorak “hore” ketika mereka tahu kegiatan yang dilakuan pada hari itu adalah kegiatan mencairkan dan membekukan coklat. Kagiatan siswa yang menunjukan indikator minat yaitu rasa senang dapat di lihat pada gambar 4.2 di berikut:

Gambar 4.2 Siswa menunjukan rasa senang

Pada gambar 4.2 menunjukan bahwa siswa senang ketika melakukan percobaan pada gambar menunjukan sikap ceria, siswa melakukan kegiatan percobaan mencairkan coklat dengan ekspresi wajah ceria. Hal ini sesuai dengan

138

ciri-ciri minat yang dinyatakan oleh Slameto (2003:58) yaitu ada rasa suka dan senang terhadap obyek yang diminati.

Rata-rata indikatormemperhatikan proses pembelajaran mengalami peningkatan dari kondisi awal yang hanya 2,97 menjadi 3,38 pada capain siklus I. Rata-rata ini belum mencapai target yang telah ditentukan walaupun sudah meningkat. Namun pada akhir siklus II sudah terlihat bahwa rata-rata indikator memperhatikan sudah tercapai. Pada Bab II, dijelaskan bahwa perhatian yang tinggi ditunjukkan dengan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan menyimak penjelasan guru.

Gambar 4.3 Perhatian Siswa Siklus I pertemuan 1

Gambar 4.3 merupakan perhatian yang ditunjukkan siswa pada memberikan apersepsi mengenai coklat. Tampak siswa antusias dalam memperhatikan penjelasan guru. Siswa diberi pertanyaan-pertanyaan pancingan yang dapat membuat siswa berfikir dalam menemukan jawabannya.

Pada saat melakukan percobaan, perhatian siswa ditunjukkan dengan memperhatikan setiap langkah yang mereka tuliskan dalam LKS. Mereka sangat

antusias dalam melakukan percobaan. Mereka memberikan perhatian penuh pada saat melakukan percobaan sesuai dengan indikator minat, ketika seseorang mempunyai minat yang tinggi mereka akan memberikan perhatian yang lebih pada hal yang mereka mianti. Pada gambar 4.4 berikut merupakan gambar perhatian siswa yang ditunjukkan dalam melakukan percobaan.

Gambar 4.4 Perhatian Siswa Siklus I Pertemuan 2

Gambar 4.4 menunjukkan perhatian siswa saat melakukan percobaan. Percobaan tersebut dilakukan pada pertemuan pertama ketika mencairkan coklat. Selain perhatian keterlibatan anggota kelompok juga sudah nampak hal ini merupakan salah satu karakteristik SCL. Siswa aktif melakukan percobaan mencairkan coklat agar mereka dapat menjawab masalah yang telah meraka dapatkan pada awal pembelajaran.

Pada indikator ketiga yang diperoleh dari kuesioner yaitu keterlibatanmengalami peningkatan namun belum mencapai target yang ditentukan. Pada pelaksanaan siklus I terlihat keterlibatan siswa dalam

140

melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu pada saat percobaan cukup besar, hampir setiap anggota kelompok terlibat. Gambar 4.5 berikut merupakan gambaran keterlibatan siswa.

Gambar 4.5 Keterlibatan siswa

Gambar 4.5 menunjukkan keterlibatan siswa dalam melakukan percobaan mengenai perubahan benda cair menjadi gas. Terlihat adanya sosialisasi didalam kelompok, saling bekerjasama, saling berbagi tugas. Ada yang memegang lilin ada yang menyalakan lilin dalam hal kecilpun mereka bekerjasama. Hal ini sesuai dengan pemaparan Gagne dalam (Slameto, 2010:14) bahwa tugas seorang anak adalah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Peningkatan minat siswa pada pembelajaran siklus I ini diperkuat dengan hasil kuesioener. Kuesioner dibagikan pada setiap akhir pelajaran. Kuesioner tersebut terdiri dari 4 indikator dan dijabarkan ke dalam 23 item pernyataan. Indikator minat tersebut adalah rasa senang saat pembelajaran, perhatian yang

ditunjukkan siswa, keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran dan inisiatif dalam mencari sumber lain. contoh kuesioner siklus I dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.6 Contoh Kuesioner Siswa pada siklus I Pertemuan 1

Secara keseluruhan, minat siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Learning sudah mengalami peningkatan pada siklus I dan melebihi target yang ditentukan. Pencapaian minat siswa pada indikator rasa senang, keterlibatan dan inisiatif. Sedangkan untuk indikator perhatian sudah

142

mengalami peningkatan tetapi belum mencapai target yang diharapkan. Inilah yang menjadi alasan peneliti untuk melanjutkan ke siklus II.

Peneliti melakukan perubahan pada penelitian siklus II yaitu dengan mengurangi jumlah kelompok. Dengan mengurangi jumlah kelompok, diharapkan keterlibatan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran bersama kelompok dapat meningkat.Peningkatan minat siswa pada siklus II ini terbukti dari kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Indikator memiliki rasa senang saat pembelajaran ditunjukkan pada saat siswa melakukan observasi mengenai benda-benda yang ada dilingkungan mereka yang seperti bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pensil, jendela, sepeda dll.

Peningkatan minat siswa pada pembelajaran siklus II ini diperkuat dengan hasil kuesioener. Kuesioner dibagikan pada setiap akhir pelajaran. Kuesioner tersebut terdiri dari 4 indikator dan dijabarkan ke dalam 23 item pernyataan. Indikator minat tersebut adalah rasa senang saat pembelajaran, perhatian yang ditunjukkan siswa, keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran dan inisiatif dalam mencari sumber lain. contoh kuesioner siklus II dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut:

Gambar 4.7 Contoh Kuesioner Siswa pada siklus II Pertemuan 2

Pada indikator rasa senang memiliki jawaban sangat setuju pada pernyataan saya menyiapkan alat tulis sebelum pembelajaran dimulai, pada saat pembelajaran IPA, saya bersikap ceria, saya ingin mendapatkan nilai yang baik pada saat pembelajaran IPA dan saya sudah siap di dalam kelas sebelum pembelajaran IPA dimulai. Jawaban setuju terdapat pada pernyataan saya tidak mengeluh pada saat mengikuti pembelajaran IPA, saya bersemangat saat mengikuti pembelajaran IPA, dan saya menyukai pembelajaran IPA. Indikator perhatian memiliki jawaban sangat setuju pada pernyataan saya menyimak penjelasan guru dan saya tidak melamun saat pembelajaran IPA. Jawaban setuju pada pernyataan saya memperhatikan seluruh proses pembelajaran. Jawaban ragu-ragu pada pernyataan saya berkonsenterasi saat pembelajaran IPA. Jawaban tidak setuju pada pernyataan saya mencatat penjeasan guru saat pelajaran IPA. Pada indikator keterlibatan memiliki jawaban setuju pada pernyataan saya bekerjasama

144

dalam kelompok. jawaban setuju pada pernyataan saya mengerjakan tugas saat pelajaran IPA dan saya memperhatikan penjelasan guru. Jawaban tidak setuju pada pernyataan saya menjawab pertanyaan guru dan jawaban sangat tidak setuju pada pernyataan saya ikut melakukan percobaan dalam kelompok. Pada indikator inisiatif memiliki jawaban sangat setuju pada pernyataan saya membaca atau mencari materi dari sumber lain, saya tertarik melakukan percobaan dan saya membuat ringkasan tanpa diminta guru mengenai materi yang telah dipelajari. Jawaban setuju pada pernyataan saya belajar tanpa paksaan dari orang lain, saya mau mempelajari kembali materi yang sudah diajarkan dan saya membuat ringkasan tanpa diminta guru mengenai materi yang telah dipelajari.

Meningkatnya minat dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 diperkuat oleh pernyataan yang diungkapkan siswa ketika ditanya. Ungkapan siswa itu adalah: “Pembelajaran IPA lebih menyenangkan dan menarik karena belajarnya dalam kelompok, kami bisa saling membantu dan bekerjasama. Lebih senang lagi ketika melakukan percobaan dan bisa belajar di luar kelas. Kami bisa lebih semangat belajarnya, apalagi disuruh maju untuk presentasi. Kami berusaha untuk memperoleh hasil yang terbaik”.

b. PBL Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Kanisius

Nglinggi.

Dalam Bab II dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar seseorang yang telah dicapai dalam suatu proses pendidikan yang mengakibatkan pada perubahan perilaku melalui pengalaman-pengalaman yang didapatnya. Problem Based Learning merupakan suatu proses pembelajaran inovatif yang

dalam penelitian ini dapat membuktikan adanya peningkatan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar dalam penelitian ini dilihat dari aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Penilaian kognitif siswa dengan menggunakan soal evaluasi, penilaian afektif siswa dengan kuesioner minat dan penilaian psikomotor dengan rubrik observasi. Aspek afektif yang diukur adalah minat siswa dalam pembelajaran IPA. Penilaian ini menggunakan kuesioner dan rubrik observasi minat sedangkan untuk menilai aspek psikomotor, peneliti menggunakan rubrik penilaian psikomotorik.

Data awal prestasi belajar diperoleh dengan melakukan dokumentasi terhadap nilai siswa penilaian aspek kognitif pada mata pelajaran IPA mengenai perubahan sifat benda. Dokumentasi penilaian yang digunakan dalam data awal prestasi belajar adalah penilaian pada mata pelajaran IPA kelas IVB SD Kanisius Nglinggi tahun ajaran 2012/2013.

Prestasi belajar pada siklus I telah mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus I dan telah mencapai target capaian yang telah ditentukan. Pada siklus II hanya pemantapan karena untuk prestasi belajar siswa sudah berhasil ditingkatkan pada siklus I saja. Walaupun hanya pemantapan tetapi tetap menggunakan target capaian dan hasil yang ditunjukkan adalah adanya peningkatan capaian prestasi belajar pada siklus II dan telah mencapai target yang ditentukan.

Prestasi belajar pada siklus I melibatkan 3 aspek perkembangan siswa yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif diambil dari

146

nilai evaluasi siswa. aspek afektif diambil dari rubrik observasi dan kuesioner sedangkan aspek psikomotorik diambil dari rubrik observasi.

Aspek kognitif siswa dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran yang menerapkan pendekatan SCL model PBL. Dalam kegiatan tersebut, siswa melakukan percobaan mengenai perubahan wujud benda. Aspek yang dinilai adalah kelengkapan dan keruntutan dalam melakukan percobaan. Nilai siswa pada rubrik psikomotor dapat dilihat pada lampira . Pada akhir pertemuan siklus I, siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I. Siswa diberikan 20 soal evaluasi yang berkaitan dengan percobaan yang telah mereka lakukan pada pertemuan 1, pertemuan 2 dan pertemuan 3. Contoh hasil pekerjaan siswa dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Gambar 4.8 merupakan contoh hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi. Siswa tersebut mendapatkan skor 70 tersebut memiliki 14 jawaban benar dan 6 jawaban salah. Aspek afektif siswa yang diukur adalah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut dibagikan setiap akhir pertemuan. kuesioner ini memuat 4 indikator yang dikembangkan dalam 23 item pernyataan. Indikator tersebut adalah rasa senang, perhatian, keterlibatan dan inisiatif siswa.

Aspek psikomotorik siswa dikembangkan melalui kegiatan percobaan mengenai perubahan wujud benda. Aspek psikomotorik pada siklus I memuat keruntutan dan kelengkapan dalam melakukan percobaan. Pada saat melakukan percobaan, terdapat kelompok yang mengikuti langkah-langkah percobaan dengan benar dan ada kelompok yang tidak mengikuti langkah-langkah percobaan. Dalam hal ini, guru hanya sebagai fasilitator dan pendamping sedangkan siswa secara aktif melakukan percobaan.

Pada setiap akhir pembelajaran pertemuan 1, 2 dan 3 siswa mengisi lembar refleksi yang diberikan. Di dalam lembar refleksi tersebut, siswa menuliskan perasaan mereka setelah mengikuti pembelajaran, kendala atau kesulitan yang masih mereka hadapi dan manfaat apa yang diperoleh selama mengikuti kegiatan percobaan.

148

Gambar 4.9 Contoh Hasil Refleksi Siswa Siklus

Gambar 4.9 merupakan hasil refleksi siswa pada siklus 1 pertemuan 2 setelah melaksanakan kegiatan percobaan mengenai perubahan wujud benda cair menjadi gas. Dalam refleksi tersebut, siswa memiliki rasa sangat senang dalam belajar, tidak ada kesulitan yang dihadapi oleh siwa dan siswa berusaha untuk dapat memahami pelajaran. Pada siklus II merupakan pemantapan karena untuk prestasi belajar siswa sudah berhasil ditingkatkan pada siklus I saja. Walaupun hanya pemantapan tetapi tetap menggunakan target capaian dan hasil yang

Dokumen terkait