• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Atas Hambatan-hambatan Yang Dihadapi

Dalam dokumen BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 31-37)

Seperti yang telah disebutkan bahwa walaupun dalam pelaksanaannya kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua cukup berhasil, namun tetap mengalami beberapa kendala yang mengakibatkan pencapaian

1. Terbatasnya Sumber Daya Manusia

Masalah klasik yang dihadapi kebanyakan KPP yaitu terbatasnya sumber daya manusia. Jumlah pegawai Seksi Ekstensifikasi di Kanwil Jakarta Pusat rata-rata 6 orang yang terdiri dari Kepala Seksi, Pegawai Fungsional PBB dan pelaksana.

Dengan perbandingan pegawai yang hanya berjumlah 6 (enam) orang sedangkan jumlah Wajib Pajak yang ditangani pada kawasan Pusat Grosir Metro Tanah Abang berjumlah 4.866 Wajib Pajak, selain itu cakupan wilayah kerjanya juga mencapai 3,6 Km2. Jika dilihat perbandingan tersebut rasanya jumlah tersebut kurang seimbang, sedangkan dapat dikatakan mereka inilah yang menjadi ujung tombak di lapangan dalam menjaring Wajib Pajak baru. Mereka mengemban tugas berat selain mengerjakan seluruh tugas lapangan, menyisiri seluruh wilayah kerja KPP, mereka juga melaksanakan tugas-tugas admistratif. Ini merupakan kelemahan dari KPP dalam melaksanakan ekstensifikasi Wajib Pajak. Namun jika dilihat dari tinjauan organisasi, pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak oleh Seksi Ekstensifikasi Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua tidak dilakukan sendiri namun dibantu oleh Account Representative dan Seksi-seksi lainnya, ini merupakan suatu peluang dan kesempatan yang harus dimanfaatkan oleh Seksi Ekstensifikasi dalam memaksimalkan upaya ekstensifikasi.

2. Kurangnya Kerjasama Dengan Pihak Terkait

KPP sebagai unit terkecil dari Direktorat Jenderal Pajak yang secara langsung berhadapan dengan Wajib Pajak. Selain memerlukan dukungan dan program yang terarah dari kantor pusat, KPP juga memerlukan kerjasama dengan instansi maupun organisasi lain yang terkait. Hal itu harus dilakukan karena sebagian Wajib Pajak yang tidak terjaring secara langsung oleh data yang ada di KPP biasanya memiliki

keterkaitan dengan instansi lain. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan petugas, penulis menyimpulkan pada dasarnya KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua telah mengupayakan kerjasama dengan pihak lain, namun masih ada organisasi lain yang belum dapat dilakukan kerjasama padahal organisasi ini penting terutama dalam pelaksanaan sosialisasi kepada Wajib Pajak. Peluang kerjasama terbesar yang belum dimanfaatkan oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua adalah dengan organisasi profesi atau persatuan kalangan pedagang, misalnya organisasi atau persatuan pedagang tekstil, biasanya memiliki pengaruh yang kuat dalam menghimpun anggotanya. Petugas pajak dapat merangkul pengurus organisasi tersebut untuk meminta bantuan sosialisasi perpajakan kepada para pedagang karena tidak menutup kemungkinan melalui organisasi tersebut pedagang yang awalnya tidak kooperatif dapat lebih memahami maksud dan tujuan sosialisasi perpajakan yang dilakukan.

3. Data Yang Kurang Akurat

Data intern yang dimiliki KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua diperoleh dari banyak sumber, misalnya SPT yang diisi oleh Wajib Pajak, dari media massa, data yang diperoleh dari instansi lain seperti dari Pemda setempat dan Laporan Bulanan PPAT. Namun terdapat berbagai hambatan yang menjadi ancaman sekaligus tantangan dalam optimalisasi kegiatan ekstensifikasi melalui pemanfaatan data.

Seringkali data-data yang terdapat di dalamnya tidak lengkap atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu terkait dengan kerjasama dengan pihak lain, data yang diminta oleh KPP kepada instansi lain tidak dapat diberikan karena berbenturan dengan data rahasia perusahaan atau instansi dan KPP

Kesulitan yang dihadapi Fiskus pada pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak terkait dengan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Kurang akuratnya data yang diperoleh dari Pemda setempat (kecamatan atau kelurahan) mengenai data kependudukan, misalnya alamat yang kurang jelas atau tidak lengkap atau adanya mutasi penduduk yang tidak segera diperbaharui datanya sehingga menyulitkan Fiskus untuk menyampaikan Surat Himbauan.

b. Data yang kurang lengkap pada Laporan Bulanan PPAT ke KPP, seperti nama dan alamat pelaku-pelaku transaksi tanah dan atau bangunan yang dilaporkan oleh PPAT tersebut.

c. Meskipun telah ada kerjasama untuk saling mendukung untuk melaksanakan kegiatan ekstensifikasi termasuk memberikan perubahan data secara periodik, namun instansi terkait umumnya tidak segera memberikan perubahan data, misalnya perubahan/pertambahan data pelanggan PLN.

4. Rendahnya Tingkat Kesadaran Wajib Pajak

Tingkat kesadaran dan pemahaman Wajib Pajak tentang pajak masih sangat rendah, hal itu terlihat dari ketidakmengertian mereka tentang alasan mengapa harus membayar pajak, untuk apa pajak yang telah dibayar dan terlebih lagi Undang-Undang Perpajakan yang ada relatif tidak dipahami oleh Wajib Pajak. Begitu pula yang terjadi di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua, tingkat kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya masih rendah.

Sebagai gambaran, dari jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua per 1 Januari 2007 sebesar 85.573 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 22.821, namun yang terdaftar sebagai Wajib Pajak PPh Orang Pribadi pada tahun 2006 hanya sebanyak 9.566 Wajib Pajak. Dari jumlah

Kepala Keluarga tersebut hanya 41,91 % yang terdaftar sebagai Wajib Pajak PPh Orang Pribadi. Dengan jumlah penduduk yang sebanyak itu, seharusnya ini menjadi peluang bagi KPP dalam meningkatkan jumlah WP terdaftar. Namun pemanfaatan peluang peluang ini masih mengalami kendala, salah satunya adalah adanya kekhawatiran para pedagang yang telah memiliki NPWP Domisili akan membayar PPh Pasal 25 dobel baik di KPP Domisili dan di KPP Lokasi dengan diterbitkannya NPWP Lokasi berdasarkan PER-175/PJ./2006.

Selain itu rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya juga tergambar pada jumlah SPT Tahunan PPh yang diterima oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua dalam dua tahun terakhir yang juga mengalamai penurunan. Berikut ini pada tabel 4.1. akan diperlihatkan perbandingan antara jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan terdaftar dengan jumlah SPT Tahunan yang diterima oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua:

Tabel 4.1.

Data Wajib Pajak Terdaftar dan SPT yang Diterima Pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua

Tahun 2006-2007

Tahun WP Terdafar SPT yang Diterima Prosentase

2006 15.983 4.239 26,52 %

2007 22.735 3.099 13,63 %

Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua, diolah.

Berdasarkan tabel 4.1. diatas, terlihat bahwa meskipun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar pada tahun 2007 meningkat dari tahun 2006, namun tidak diikuti dengan

penurunan dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tahun 2007 SPT Tahunan yang diterima hanya sebanyak 3.099, jumlah ini menurun sebesar 26,89 % dibandingkan dengan SPT Tahunan yang diterima tahun 2006 sebanyak 4.239. Jika dilihat dari prosentase perbandingan antara jumlah SPT Tahunan yang diterima dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar pada tahun 2007 juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2006.

Berdasarkan data tersebut diatas, pada tahun 2006 jumlah Wajib Pajak terdaftar berjumlah 15.983 Wajib Pajak, sedangkan SPT Tahunan yang diterima berjumlah 4.239 SPT dengan tigkat kepatuhan sebesar 26,52 %. Dan pada tahun 2007 jumlah Wajib Pajak terdaftar sebanyak 22.735 Wajib Pajak dengan SPT Tahunan yang diterima hanya sebanyak 3.099 dengan tingkat kepatuhan sebesar 13,63 %. Dari ilustrasi tersebut terlihat bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya terutama dalam menyampaikan SPT tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 12,89 % dari tahun 2006.

5. Kurang Kodusifnya Situasi

Kondisi Negara Indonesia saat ini di segala aspek kehidupan terutama di bidang ekonomi memang kurang menguntungkan. Dengan menurunnya kondisi perekonomian negara terutama setelah terjadinya kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan harga berbagai kebutuhan mengakibatkan kemampuan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat juga menurun. Dengan menurunnya penghasilan masyarakat yang diikuti dengan menurunnya kemampuan ekonomi, masyarakat akan berusaha untuk tidak mengeluarkan banyak uang lagi termasuk untuk membayar pajak. Walaupun sebenarnya tujuan dari pemungutan pajak adalah untuk membiayai pembangunan tetapi karena faktor tersebut dan masih rendahnya

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menyebabkan penolakan dan penghindaran pembayaran pajak tetap terjadi. Ini merupakan satu ancaman eksternal yang dapat menghambat pencapaian target penerimaan pajak KPP. Agar kondisi perekonomian ini tidak terlalu mempengaruhi penerimaan pajak, KPP harus dapat mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan yang jelas dapat digali, seperti penerimaan dari sektor usaha yang sedang berkembang seperti bisnis pembangunan perumahan dan real estate.

IV.2.3 Upaya-Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Pelaksanaan

Dalam dokumen BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 31-37)

Dokumen terkait