c. Bentuk Tes: Tes Esai dan Tes Objektif
F. Macam-Macam Evaluasi Pendidikan
4. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang dilaksanakan terhadap siswa yang diduga mengalami hambatan atau kesulitan dalam mempelajari materi pelajaran tertentu.
Tujuan evaluasi diagnostik adalah untuk menemukan letak hambatan atau kesulitan yang dihadapi siswa. Dengan data tersebut guru dapat memberikan bantuan atau bimbingan agar siswa dapat mengatasi kesulitannya.
Pada dasarnya alat yang digunakan dalam evaluasi diagnostik adalah tes, baik tes tertulis, lisan atau tindakan. Yang perlu diingat adalah bahwa untuk menemukan letak hambatan atau kesulitan belajar siswa, yang diperhatikan oleh guru atau penilai adalah bukan skor yang diperoleh siswa, melainkan bagaimana dan apa jawaban siswa ketika mengerjakan soal-soal.
Untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa, tes diagnostik dapat ditunjang dengan alat nontes seperti observasi, wawancara atau pemeriksaan kesehatan dan aspek-aspek lain yang dapat memengaruhi belajar.
Langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi diagnostik dimulai dengan identifikasi kasus, yaitu memperhatikan prestasi belajar setiap siswa. Siswa yang prestasinya rendah atau menurun biasanya diiringi dengan munculnya perilaku belajar menyimpang seperti kurang memperhatikan pelajaran, tidak mengerjakan tugas; dengan kondisi seperti itu siswa diduga mengalami kesulitan belajar. Langkah selanjutnya, bagi siswa-siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar tersebut diberikan tes diagnostik. Tes diagnostik tersebut bisa dikumpulkan dari berbagai tes formatif, bisa juga disusun sendiri, yang mencakup lebih banyak item soal untuk menilai setiap indikator hasil belajar. Setelah mengetahui letak kesulitan belajar siswa dan factor-faktor penyebab kesulitan tersebut, barulah guru dapat memberikan bantuan (treatment) yang tepat. Sebagai langkah terakhir, guru perlu melakukan monitoring apakah kesulitan belajar siswa sudah teratasi atau belum. Dengan hasil monitoring, guru dapat menentukan program pembelajaran lebih lanjut.
Apabila guru tidak bisa melaksanakan sendiri tahap-tahap evaluasi diagnostik tersebut, ia dapat bekerja sama dengan orang tua siswa atau guru lain, khususnya guru Bimbingan Konseling.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa hasil tes potensi, seperti tes inteligensi, bakat dan minat serta kreativitas siswa, yang
kalaupun dilakukan oleh guru BK atau dengan bantuan Psikolog, selama ini pada umumnya hanya dipegang oleh guru BK. Data atau informasi tersebut, bersama dengan berbagai informasi lainnya perlu disosialisasikan kepada semua guru agar mereka dapat mempertimbangkan informasi-informasi tersebut dalam memberikan layanan pembelajaran dan bimbingan kepada para siswa, sesuai dengan kapasitas potensi dan minat mereka.
PENUTUP
Kesimpulan
Psikologi Pendidikan merupakan ilmu teoretis dan praktis, yang menghubungkan antara pendidikan dan psikologi; tidak hanya berkaitan dengan penelitian-penelitian ilmiah dalam berbagai aspek belajar mengajar, namun pengaplikasian konsep, teori dan prinsip-prinsip psikologi dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian Psikologi Pendidikan dapat berupa penelitian deskriptif, korelasional, eksperimental, maupun penelitian terapan.
Psikologi Pendidikan tidak hanya bermanfaat bagi guru atau pendidik lainnya, tetapi juga menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum, administrasi pendidikan atau pelaksanaan bimbingan dan konseling. Bagi guru, agar bisa menjadi guru yang efektif, diperlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan profesional. Selain itu guru efektif harus memiliki komitmen, motivasi serta kepedulian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan tugas profesionalnya.
Setiap individu mengalami proses bertumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek, fisiologis, intelektual, emosional, moral, sosial, dan spiritual. Pada umumnya perkembangan peserta didik melalui tahap-tahap dan mengikuti prinsip-prinsip perkembangan tertentu. Namun tidak berarti semua individu akan mengalami perkembangan
yang sama dalam berbagai aspek. Ada yang berkembang secara normal (rata-rata sesuai usia), ada yang lebih cepat dan ada pula yang lebih lambat. Ada individu yang mencapai hasil belajar yang lebih baik atau ada juga yang kurang baik dibandingkan dengan teman-temannya.
Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.
Tiga aliran terkait perkembangan yaitu nativisme (yang memandang bahwa individu berkembang hanya ditentukan oleh pembawaan/ hereditasnya); empirisme (yang memandang bahwa perkembangan mutlak dipengaruhi oleh lingkungan); dan aliran konvergensi yang merupakan perpaduan, yaitu mengakui bahwa perkembangan ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam perspektif Islam, selain dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, ada ketentuan Allah yang memengaruhi perkembangan individu.
Dalam psikologi pendidikan diakui bahwa perubahan yang terjadi dalam perkembangan individu selain didasarkan adanya potensi, juga disebabkan adanya kegiatan belajar dan pengalaman. Terdapat berbagai aspek perbedaan individual yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran, yaitu perbedaan kondisi dan fungsi fisiologis, inteligensi, emosi, minat, dan motivasi. Selain itu perlu diperhatikan adanya perbedaan budaya, bahasa, jenis kelamin dan juga status sosial ekonomi yang mungkin saja dapat memengaruhi anak dalam belajar.
Seorang guru mungkin saja menerapkan satu teori belajar dalam suatu proses pembelajaran, apakah itu teori behavioris, sosial kognitif, kognitif atau humanis; namun bisa juga mengombinasikan beberapa teori, misalnya memberikan contoh teladan dalam pembentukan perilaku disiplin, kemudian diikuti dengan aplikasi teori kognitif; yaitu dengan memberi penjelasan yang membuat anak memahami mengapa sikap dan perilaku disiplin penting bagi setiap orang. Jadi, dalam pembelajaran anak didik tidak hanya diharapkan mencontoh atau meniru perilaku pendidik, tetapi dilengkapi dengan pembentukan “insight”, mengapa suatu tindakan boleh, penting atau harus dilakukan sedangkan tindakan lain tidak boleh dilakukan. Untuk pembelajaran konsep, anak didik tidak hanya diminta untuk menghapalkan data atau fakta, tetapi didorong untuk mengelaborasi berbagai sumber belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir serta sikap kritis dan
kreatif. Dalam belajar psikomotorik, tidak hanya menerapkan konsep “trial and error”, tetapi juga prinsip kognitif melalui pemahaman. Pembangkitan motivasi dan rasa aman serta kebebasan dalam belajar yang merupakan prinsip belajar humanis juga perlu dikembangkan dalam pembelajaran.
Pemberian evaluasi dalam pembelajaran dilaksanakan selain untuk mengetahui pencapaian akhir hasil belajar anak didik (melalui evaluasi sumatif), juga untuk mengetahui proses yang dicapai anak dalam setiap tahap belajarnya (untuk itu dilaksanakan evaluasi formatif), yang dapat digunakan juga sebagai dasar dalam melakukan bimbingan. Untuk dapat mengetahui apakah anak ada yang mengalami kesulitan belajar dan memerlukan perbaikan, dapat dilakukan evaluasi diagnostik. Evaluasi pembelajaran, baik dilakukan dengan teknik tes maupun nontes harus memenuhi prinsip-prinsip evaluasi yaitu, objektif, komprehensif, adil dan berkesinambungan.
Saran
Bagi para pendidik, diperlukan upaya yang terus-menerus agar dapat lebih memahami karakteristik anak didik, mengaplikasikan teori-teori psikologi pendidikan serta meningkatkan komitmen dan kecintaan terhadap profesi.
Bagi ilmuwan psikologi pendidikan, dapat melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut tentang aspek-aspek psikologis anak didik dan pendidik, khususnya dalam proses belajar mengajar, sesuai dengan perkembangan masyarakat, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.