• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Uji Heterokedastisitas

4.3 Analisis Data

4.3.4 Evaluasi Ekonometrika

Hasil analisa yang meliputi uji F dan uji t sebenarnya sudah dapat dapat digunakan untuk menentukan bahwa model regresi yang diperoleh telah dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. Meskipun demikian untuk lebih memperkuat hasil analisis, maka asumsi-asumsi klasik yang ada dalam pengunaan model regresi dan umumnya dalam ekonometrika perlu diuji kembali. Pengujian tersebut diperlukan untuk mengetahui apakah estimator-estimator tersebut bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Adanya sifat BLUE menyebabkan sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

1. Uji Multikolineritas

Pengujian multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas yaitu X1, X2 dan X3 dalam model regresi. Identifikasi secara statistik menunjukkan ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung Varians Inflation Factor (VIF). Apabila VIF lebih besar dari 5 berarti terdapat multikolinieritas pada persamaan regresi.

Perhitungan dalam model regresi pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai VIF untuk X1 sebesar 1,325 kemudian X2 sebesar 1,580 dan kemudian X3

nilainya dibawah 5 sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan dalam model tidak terjadi gejala multikolinieritas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Hasil perhitungan pada lampiran 4 untuk menguji ada atau tidaknya heterokedastisitas pada analisis regresi diperoleh hasil sebagai berikut :

a) Nilai probabilitas untuk variabel pendidikan kepala keluarga (X1) sebesar 0,852.

b) Nilai probabilitas untuk variabel pendapatan keluarga (X2) sebesar 0,316. c) Nilai probabilitas untuk variabel jumlah anggota keluarga (X3) sebesar 0,689.

Apabila membandingkan nilai probabilitas dari masing-masing variabel bebas pendidikan kepala keluarga, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga tampak bahwa probabilitas lebih besar dari level of significance (α) sebesar 5 %. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka Ho diterima dan Ha ditolak. Diterimanya Ho berarti dalam persamaan regresi tidak terjadi heterokedastisitas.

4.4 Pembahasan

Hasil regresi secara serentak melalui uji F menunjukkan bahwa semua faktor sosial ekonomi berpengaruh nyata terhadap besarnya konsumsi rumah tangga. Faktor pendidikan kepala keluarga dan pendapatan keluarga mempunyai pengaruh posistif, artinya meningkatnya tingkat pendidikan kepala keluarga dan pendapatan kepala keluarga akan meningkatkan konsumsi rumah tangga. Faktor jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh positif, yang berarti bahwa bertambahnya jumlah anggota keluarga akan mengakibatkan meningkatnya konsumsi rumah tangga.

Pengujian secara parsial dengan mengunakan uji t menyatakan bahwa faktor tingkat pendidikan kepala keluarga, pendapataan keluarga, dan jumlah

anggota keluarga berpengaruh secara nyata terhadap besarnya konsumsi rumah tangga.

Besarnya koefisien pendidikan kepala keluarga (X1) adalah 37874,070 yang berarti semakin bertambah pendidikan keluarga akan menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi rumah tangga sebanyak Rp. 37874,070 perbulan. Hal ini terjadi karena dengan pendidikan yang diperolehnya, pengetahuan yang dimiliki kepala keluarga akan semakin luas dan akan semakin menyadari arti pentingnya masa depan anak-anak, sehingga kepala keluarga dan keluarganya akan berusahaa agar anak-anaknya bisa mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian pengeluaran konsumsi untuk biaya pendidikan akan lebih besar. Pendidikan perlu dikembangkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang sehingga kemampuan manusia harus disesuaikan melalui pendidikan. Kepala keluarga yang berpendiddikan tinggi akan menyadari pentingnya kesehatan bagi keluarganya sehingga pemenuhan kebutuhan kesehatan dan gizi keluarga akan lebih baik dibandingkan dengan kepala keluarga yang berpendidikan rendah.

Pendapatan keluarga (X2) mempunyai koefisien sebesar 0,312 yang berarti semakin tinggi pendapatan keluarga akan meningkatnya konsumsi rumah tangga sebesar Rp 312; per kenaikan pendapatan Rp. 1000, tiap bulannya. Sebaliknya apabila pendapatan keluarga menurun akan menyebabkan turunnya konsumsi rumah tangga . Dengan kata lain pendapatan keluarga berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga. Apabila mempunyai pendapatan tinggi maka pendapatan yang diperoleh relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan mereka akan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menyekolahkan anak-anaknya. Keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi cenderung akan memilih lembaga pendidikan atau sekolah yang lebih baik bagi anak-anaknya, dengan demikian konsumsi mereka khususnya di bidang pendidikan akan lebih besar karena mereka beranggapan bahwa pendiddikan merupakaan investasi yaang paling baik bagi anak-anaknya untuk masa depan. Dengan pendapatan keluarga yang tinggi pemenuhan kebutuhan gizi dan kesehatan bagi anggota keluarga akan lebih baik. Sedangkan keluarga yang mempunyai pendapatan

rendah, mereka akan membelanjakan sebagian besar atau seluruh pendapatan yang diterimanya untuk kebutuhan konsumsi kebutuhan pokoknya.

Jumlah anggota keluarga (X3) mempunyai koefisien sebesar 127366,7 yang berarti meningkatnya jumlah 1 orang anggota keluarga akan meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar Rp 127366,7. Besarnya jumlah anggota keluarga berkaitan dengan besarnya kebutuhan ekonomi keluarga yang harus dipenuhi. Suatu keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang besar akan memiliki tanggungan yang besar pula sehingga konsumsi mereka akan lebih besar. Selain itu semakin besar jumlah anggota, seorang anak harus berbagi perhatian yang didapat dari kedua orangnya tua dengan saudara-saudaranya. Sehingga orang tua tidak bisa hanya memikirkan salah satu anaknya saja. Akibatnya kesempatan seorang anak untuk mendapatkan pendidikan semakin berkurang. Sebaliknya keluarga yang memiliki jumlah anggota yang lebih kecil akan memiliki tanggungan yang lebih ringan sehingga akan lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya.

Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui bahwa faktor pendapatan keluarga mempunyai koefisien paling besar, artinya pendapatan keluarga merupakan faktor yang paling dominan atau paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi rumah tangga. Keluarga yang biaya hidupnya relatif besar bila dibandingkan dengan pendapatan keluarganya akan cenderung untuk menekan pengeluaran konsumsinya pada taraf kebutuhan pokok. Mereka akan membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan sedikit untuk kebutuhan sandang dan kesehatan. Jumlah keluarga juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan konsumsi rumah tangga karyawan. Tingkat pendidikan kepala keluarga pada keluarga karyawan PT ASKES (persero) Cabang Jember juga mempunyai pengaruh positif terhadap pola pikir kepala keluarga dalam melakukan konsumsi terutama masalah pemenuhan kebutuhan pendidikan untuk anggota keluarganya, semakin tinggi pendidikan kepala keluarga pada keluarga karyawan PT ASKES (persero) Cabang Jember maka prioritas pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan anggota keluarganya semakin besar.

34 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1) Secara bersama-sama pendidikan kepala keluarga, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan lamanya perkawinan berpengaruh nyata terhadap besarnya konsumsi rumah tangga. Hal ini ditunjukan dengan nilai F ratio sebesar 28,586 (prob. 0,000);

2) Secara parsial dapat diketahui bahwa:

a) Pendidikan kepala keluarga berpengaruh nyata secara positif sebesar 36614,229 terhadap konsumsi rumah tangga dengan pengaruh yang signifikan yang ditunjukan oleh nilai t sebesar 2,218 (prob. 0,036).

b) Pendapatan keluarga berpengaruh nyata secara positif sebesar 0,296 terhadap konsumsi rumah tangga dengan pengaruh yang signifikan yang ditunjukan oleh niliai t sebesar 4,283 (prob. 0,000)

c) Jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata secara positif sebesar 172881,4 terhadap konsumsi rumah tangga secara signifikan yang ditunjukan oleh nilai t sebesar 3,149 (prob. 0,004)

3) Faktor pendapatan keluarga (X2) adalah faktor yang dominan berpengaruh terhadap besarnya konsumsi rumah tangga dengan koefisien regresi sebesar 0,513.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1) Bagi rumah tangga yang berpendapatan rendah hendaknya kualitas sumber daya manusianya lebih ditingkatkan agar pendapatan keluarganya bertambah besar, sehingga kecenderungan mengkonsumsi marginal (MPC) dapat berkurang atau lebih kecil;

2) Tingkat pendidikan kepala keluarga yang tinggi secara signifikan mempengaruhi pola konsumsi untuk pendidikan keluarga. Hal ini juga didorong oleh jumlah pendapatan dan jumlah keluarga yang proporsional, jadi hendaknya kepala keluarga juga mempersiapkan pendidikan sebagai prioritas dengan tujuan meningkatkan pola pikir untuk konsumsi keluarga yang lain terutama pendidikan anak-anaknya dikemudian hari.

3) Bagi keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang besar hendaknya mengikuti program Keluarga Berencana agar dapat menciptakan kesejahteraan keluarga secara lebih baik.

36

Alghifari. 1997. Analisis Regresi,Teori,Kasus, dan Solusi. BPFE. Yogyakarta. Ananta Aris 1993. Ciri Demografi kualitas penduduk dan pembangunan.

Jakarta. LDFE- UI

Boediono. 1997. Ekonomi Makro. Yogyakarta. BPFE

Dajan Anto 1994. Pengantar Metode Statistik jilid II. Jakarta. LP3ES

Gujarati, Danomar. 1991. Ekonometrika Dasar. PT. Pustaka Bianaman. Jakarta. Hadikusumo, D. 1989. Ekonomi Pembangunan. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pembangunan. Jakarta: Pembangunan Djakarta.

Kasriyono, F. 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Murbyarto, 1981. Teori Ekonomi dan Penerapannya di Asia. Jakarta. PT Gramedia.

Nurgiyantoro. 2000. Statistik Terapan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Pantadireja. 1985. Pengantar Ekonomika. Yogyakarta. BPFE – UGM.

Sanuelson, P.A dan William D. Nordaus. 1994. Makro Ekonomi. Alih Bahasa Haris Munandar. Jakarta Erlangga.

…………... 1996. Macro Economy. Alih bahasa Fredi Saragih SE. Jakarta. Erlangga

Simanjuntak, P.j. 1985. Pengantar Ekonomi SDM. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sukirno, S. 1981. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta. Binagrafika.

……….. 1985. Ekonomi penbangunan (Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan). Jakarta . Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

……….. !991. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta. LPFE UI. ……….. 2000. Makro Ekonomi Modern. Jakarta. Grafindo Persana.

Sugiyanti, S. 1994 . Pengaruh Pendapatan dan Jumlah Keluarga Terhadap Konsumsi Karyawan Pabrik Gula Kemeraan. Krian, Sidoarja. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Jember : Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Munir. 1994 .Pola Konsumsi Rumah Tangga Karyawan Di Kelurahan Jember

Kidul Kecamatan Kaliwates Kota Administratif Jember. Skripsi. Tidak Di Publikasikan. Jember : Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Wahyu, Eko, Dwi. 2002. Teori Ekonomi Makro. Malang. UMM-Press.

Supranto, J.1995. Ekonometrika buku 1. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakutas Ekonomi Universita Indonesia.

……… 2001.Ekonometri buku 2. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Tjiptoherijanto, Prijono. 1992. Ketenagakerjaan, Kewirausahaan dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana.

Thomas F Derburg dan Duccan.M.MC Dougall.1972. Ekonomi Makro. Alih bahasa oleh Karyaman Mochtar. Jakarta. Erlangga

Dokumen terkait