• Tidak ada hasil yang ditemukan

FOSFOR PADA TANAMAN MANGGIS ( Symptoms of phosphor deficient and excessive on mangosteen )

Abstrak

Fosfor (P) sering juga disebut sebagai kunci kehidupan karena fungsinya yang sangat sentral dalam proses kehidupan. Fungsi utama P dalam tanaman adalah menyimpan dan mentransfer energi dalam bentuk ADP dan ATP. Energi diperoleh dari fotosintesis dan metabolis karbohidrat yang di simpan dalam campuran fosfat untuk digunakan dalam proses-proses pertumbuhan dan produksi berikutnya. Tanpa P proses-proses tersebut tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu, kekurangan atau kelebihan P akan mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Untuk mencegah terjadinya kekurangan dan kelebihan P pada tanaman manggis, perlu diketahui gejala kekurangan dan kelebihan P serta konsentrasi P di daun pada masing-masing kondisi tersebut. Meskipun tanaman manggis di lapangan jarang sekali terlihat menunjukkan gejala kekurangan dan kelebihan P. Akan tetapi, tanaman bibit dengan perlakuan pemupukan di media pasir dapat memperlihatkan gejala tersebut. Tanaman manggis umur satu tahun lima bulan digunakan dalam penelitian ini. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok, dengan enam perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan terdiri atas enam tingkat dosis pupuk P yaitu 0 ppm; 25 ppm; 50 ppm; 100 ppm; 200 ppm dan 400 ppm/tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa bibit manggis yang kekurangan fosfor memperlihatkan gejala-gejala seperti warna daun hijau kusam. pertumbuhan terhambat, konsentrasi fosfor pada daun kurang dari 0,045%. Sebaliknya, bibit-bibit yang kelebihan fosfor mempunyai gejala-gejala seperti daun menjadi coklat keabu-abuan, gejala pertama kali terlihat pada ujung daun tua dan menjalar menuju ke pangkal daun. Akar pada tanaman yang kelebihan fosfor mengalami kerusakan, terlihat pecah-pecah, mudah putus dan membusuk dengan warna coklat tua kehitaman. Konsentrasi fosfor pada daun lebih dari 0,28%.

Katakunci : Kekurangan, kelebihan, fosfor, bibit manggis

Abstract

Phosphor is often called as a key of life because it’s function is very central in living process. The most esential function of P in plant is energy storage and transfer within Adenosine di-and triphosphates (ADP and ATP) forms. Energy obtained from photosynthessis and metabolism of carbohydrat is stored in phosphate compounds for subsequent use in growth and reproduction processes. Without P, those processes can not occur. Therefore, deficient or excessive condition of phosphor will influence growth and plant production. To prevent the deficient or excessive of phosphor in mangosteen plant it is needed to know the symptoms of phosphor deficiency or excess and concentration of P in leaf for each condition. An experiment was arranged in randomized complete block design, using one factor, with six replications. The treatment consisted of five levels of phosphor dosage: 0; 25; 50; 100; 200 and 400 ppm/plant. All treatments were applied on mangosteen seedling of one year five month’s age. The results showed that mangosteen seedling which deficient of phosphor exhibited symptoms like yellowish light green leaf color, yellowish light brown

94 root color, stunted or inhibited growth, and concentration of P in leaf was low (<0.04%). On the other hand, the seedlings that excessive phosphor had symptom such as leaf was brown, necrotic, and finally fallen off; root was dark brown, cracking and broken easily, finally rotten; the growth of seedling inhibited; and concentration of P in leaf was more than 0.28%.

Keywords: deficient, excessive, phosphor concentration

Pendahuluan Latar Belakang

Produktivitas rata-rata nasional manggis Indonesia hanya berkisar antara 30–70 kg/per pohon, jauh lebih rendah dari pada Malaysia dan India yang mencapai 200–300 kg/per pohon (Poerwanto 2002a). Dari total produksi tersebut hanya 25% yang layak ekspor (Indriyani et al. 2002). Rendahnya produksi manggis di Indonesia salah satunya disebabkan tidak adanya usaha pemupukan. Hal ini karena belum tersedianya pengetahuan mengenai nutrisi mineral yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi (Poerwanto 2002b). Di Malaysia, Thailand dan India tanaman manggis telah dipupuk, akan tetapi rekomendasi yang ada disusun umumnya hanya berdasarkan pengalaman dan praktek tradisional (Yaacob dan Tindal 1995).

Pemupukan bila tidak dengan perhitungan yang tepat dapat berakibat tidak berkecukupan atau berlebihan bagi tanaman. Pemupukan yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, pemborosan dana, bahkan juga bisa meracun tanaman. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemupukan yang tepat dan efisien, guna memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal baik kualitas maupun kuantitasnya harus diperhatikan beberapa faktor antara lain: sifat/jenis pupuk, varietas yang digunakan, umur tanaman, jenis tanah dan keadaan iklim. Kompenen-komponen tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat dan komplek karena di dalamnya terkait proses-proses biologis fisiologis, fisika dan kimia yang secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Salah satu jenis pupuk yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman adalah fosfor disamping nitrogen dan kalium. Fosfor adalah hara makro esensial yang memegang peranan penting dalam berbagai proses seperti, fotosintesis,

95 asimilasi dan respirasi. Fosfor merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa penting, molekul pentransfer energi ADP dan ATP, NAD, NADH, dan senyawa sistem informasi genetik DNA dan RNA (Gardner, Pearce, dan Mitchell 1985). Embleton et al. (1973) menyatakan bahwa fosfor selain berperanan dalam pertumbuhan tanaman (batang, akar ranting dan daun) juga dapat mempercepat proses pemasakan buah dan mengurangi rasa masam pada buah. Thompson dan Troeh (1978) juga melaporkan bahwa fosfat dibutuhkan oleh tanaman untuk pembentukan sel pada jaringan akar dan tunas yang sedang tumbuh, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah, mempercepat umur berbunga, membantu dalam pembentukan bunga, memperkuat ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.

Menurut Marschner (1995), kebutuhan fosfat untuk pertumbuhan optimum tanaman selama pertumbuhan vegetatif adalah berkisar antara 0,3 % sampai 0,5 % dari berat kering tanaman. Pada konsentrasi fosfor lebih tinggi dari 1 % dari berat kering maka kemungkinan tanaman akan keracunan.

Fosfor merupakan hara makro bagi setiap tanaman, oleh karena itu ketersediannya sangat menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pada keadaan kahat fosfor, perluasan daun dan sel lebih terhambat daripada pembentukan klorofil, oleh karena itu kandungan klorofil per unit luas daun sangat banyak, tetapi efisiensi fotosintesis per unit klorofil sangat rendah. Karena fosfor berfungsi dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman, maka kekurangan fosfor mengindikasikan pada pengurangan secara umum sebagian besar proses metabolisme seperti pembelahan dan pembesaran sel, respirasi dan fotosintesis (Terry dan Ulrich 1993).

Selain itu tanaman yang kekurangan fosfor juga menampakkan gejala- gejala terhambatnya pertumbuhan tanaman, batang lemah dan kerdil, serta perkembangan akar terhambat. Daun lebar berwarna hijau tua kebiru-biruan mengkilap yang tidak normal atau kusam. Proses pembentukan dan pematangan buah terhambat, kulit tebal dengan warna jelek, rasanya masam. (Embleton et al. 1973; Marschner 1995). Gejala kelebihan unsur P menyebabkan kulit buah keriput.

96 Sementara itu, gejala kekurangan dan kelebihan fosfor pada tanaman manggis belum banyak diketahui. Untuk mencegah terjadinya kekurangan dan kelebihan P pada tanaman manggis, perlu diketahui gejala kekurangan dan kelebihan P, serta konsentrasi P di daun pada masing-masing kondisi tersebut. Meskipun tanaman manggis di lapangan jarang sekali terlihat menunjukkan gejala kekurangan dan kelebihan P. Akan tetapi, tanaman bibit dengan perlakuan pemupukan di media pasir dapat memperlihatkan gejala tersebut.

Berdasarkan pokok-pokok pemikiran di atas, maka perlu dilakukan penelitian agar diketahui gejala kekurangan dan kelebihan P serta konsentrasi P di daun pada kondisi kekurangan dan kelebihan P tersebut. Apabila konsentrasi P di daun telah diketahui berapa kisaranya pada masing-masing kondisi, maka dapat secara dini mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan P.

Tujuan Penelitian

1. Mengamati gejala kekurangan fosfor pada bibit manggis

2. Mengamati ciri-ciri tanaman bibit manggis yang kecukupan fosfor 3. Mengamati gejala kelebihan fosfor pada bibit manggis

4. Mengukur kisaran fosfor di daun pada kondisi kekurangan, kecukupan dan kelebihan fosfor

Bahan dan Metode Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2004 sampai dengan Mei 2006 di Kebun Pembibitan Pusat Kajian Buah-buhan Tropika IPB Tajur. Lokasi penelititan ini berada pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 20-32 C. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Departemen Agronomi dan Hortikultura dan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pelaksanaan Percobaan

Percobaan aplikasi pupuk fosfor terdiri 5 perlakukan yaitu dosis pupuk fosfor (P), yang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK), setiap unit perlakuan terdiri 3 tanaman, yang diulang 3 kali. Dosis dari perlakuan adalah : P0 = 0 ppm P1 = 25 ppm; P2 = 50 ppm; P3 = 100 ppm; P4 = 200 ppm; P5 = 400

97 ppm. Bibit tanaman manggis umur satu tahun lima bulan dipindahkan ke dalam polybag warna hitam ukuran 30 cm dengan media pasir kali. Pemindahan bibit dilakukan dengan cara membuang media tumbuh asal, kemudian akarnya dicuci hingga bersih, lalu ditanaman kembali pada polybag yang telah disediakan. Larutan nutrisi diberikan seminggu tiga kali sesuai dengan masing-masing perlakukan dengan cara disiramkan ke dalam polybag. Fosfor sebagai perlakuan bersumber dari KH2PO4. Aplikasi pupuk selain perlakuan juga diberikan larutan hara standar sebagai pupuk dasar yaitu: N 200 ppm, K 100 ppm, Ca 100 ppm, Mg 70 ppm , Fe 0,8 ppm, B 0,5 ppm, Mn 0,8 ppm, Zn 0.05 ppm, Cu 0,05 ppm, dan Mo 0,03 ppm ( Ismadi 2004).

Pengamatan:

1. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan deskriptif terhadap gejala kekurangan dan kelebihan fosfor.

2. Pengamatan pertumbuhan yang meliputi :

- Tinggi tanaman, diukur setiap minggu dari pangkal tanaman sampai buku teratas

- Diameter batang, pengukuran dilakukan 5 cm di atas media tumbuh, setiap 1 minggu sekali

- Jumlah daun, jumlah daun yang tumbuh selama penelitian, Tunas daun muda sudah dianggap sebagai daun apabila tunas tersebut sudah membuka dan membentuk daun (trubus awal).

3. Analisis kandungan hara fosfor daun umur 5 bulan dilakukan di akhir penelitian.

Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam. Apabila didapatkan pengaruh yang nyata, dilanjutkan dengan uji ortogonal polinomial. Sedangkan untuk mengetahui status hara P pada daun dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Menghitung pertumbuhan relatif (%) (rata-ratakan dari setiap ulangan) sebagai berikut:

Pertumbuhan relatif = x100% Y

Yi maks

Yi = Pertumbuhan pada perlakuan hara P ke-i Ymaks= Pertumbuhan maksimum

98 2. Selanjutnya nilai pertumbuhan relatif sebagai dependent variable (Y)

dihubungkan dengan nilai kandungan hara P dan daun sebagai independent variable (X) untuk dianalisis dengan beberapa model regresi (antara lain Kuadratik, logistik, linier plateau dan lain-lain). Model yang mempunyai kriteria terbaik secara statistik akan dipakai untuk menentukan status hara P untuk tanaman bibit manggis.

Berdasarkan model yang telah ditetapkan maka ditarik garis untuk menghubungkan antara kadar hara P daun dengan pertumbuhan relatif untuk menentukan kelas ketersedian hara. Kidder (1993) membagi ke dalam lima kategori kelas ketersedian hara berdasarkan persentase hasil relatif yaitu: (1) sangat rendah (kurang dari 50%), (2) rendah (50-75%), (3) cukup (75-100%), (4) tinggi (100%) dan (5) sangat tinggi (kurang dari 100%).

Cara lain untuk menentukan kelas ketersedian hara adalah dengan metode Cate & Nelson, metode ini menetapkan batas kritis pada sekumpulan data hubungan kadar hara dengan pertumbuhan relatif. Kumpulan tersebut dibagi menjadi dua cluster (kelompok), kelompok tinggi dan rendah pisahan tersebut merupakan titik yang diproyeksikan ke kadar hara, maka didapat batas kritis dari satu kadar hara tanaman.

Untuk mengetahui kebutuhan dosis pupuk optimum agar tanaman dapat tumbuh secara maksimum digunakan model regresi kuadratik. Model ini adalah hubungan antara dosis pupuk dengan pertumbuhan relatif sebagai respon pemupukan. Persamaan garis regresinya adalah:

RY = a + bP + cP2 dimana:

RY = pertumbuhan relatif (%) P = dosis pupuk P (ppm/tanaman) a, b, dan c = konstanta

Selanjutnya penentuan dosis pupuk P yang menunjukkan hasil relatif maksimum dengan rumus turunan dari persamaan regresinya yaitu:

dRY/dP = b+2cP =0

P= -b/2c

99 RY = hasil relatif (%)

P = dosis pupuk P (ppm/tanaman) b dan c= konstanta

Cara kedua adalah menggunakan model regres linear plateau yaitu dengan memplateau persamaan regresi linear pada hasil relatif 90%. Persamaan regresinya yaitu: RY = a + bP

Dosis optimum ditetapkan untuk mencapai pertumbuhan 90% dari pertumbuhan maksimum.

Hasil dan Pembahasan

Respon Pertumbuhan Tanaman terhadap Pemberian Fosfor

Secara umum pemberian pupuk fosfor berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman manggis. Hal ini terlihat dari peningkatan pertumbuhan bibit manggis yang mendapat pupuk fosfor dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan pupuk fosfor. Akan tetapi, bila dosis pupuk fosfor terlalu berlebihan pertumbuhan tajuk dan akar terhambat, bahkan bisa menyebabkan kematian. Pola respon tinggi tanaman dan panjang cabang terhadap pemberian pupuk fosfor adalah kuadratik. Sedangkan untuk jumlah cabang, dan jumlah daun meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis nitrogen dengan pola responnya linear (Gambar. 18).

Bila dibandingkan antar perlakuan, maka tanaman manggis yang terbaik pertumbuhannya didapatkan pada perlakuan P2 yaitu dosis fosfor 50 ppm. Tanaman ini mempunyai tinggi tanaman, diameter batang, panjang cabang, jumlah cabang,dan jumlah daun yang lebih tinggi dan lebih banyak dibandingkan tanaman lainnya (Tabel 25). Tinggi tanaman P2 (83,47 cm) berbeda nyata dengan tinggi tanaman manggis yang tidak mendapat hara fosfor sama sekali yaitu P0 (40,93 cm) dan begitu juga dengan tanaman P4 (69,85 cm) dan P5 (67,20 cm) yang kelebihan hara fosfor. Jumlah cabang P2 (8,33) berbeda nyata dengan P0 (3,50) dan tidak cukup signifikan berbeda dengan perlakuan yang lain. Panjang cabang P2 (26,08 cm) berbeda nyata dengan P0 (14,50 cm) dan P5 (19,10 cm). Sedangkan jumlah daun P2 (59,00) berbeda nyata dengan P0 (27,33) dan P5 (37,67). Secara visual tanaman P2 ini tidak terlihat perbedaan yang cukup berarti dengan P1 dan P3. Tanaman manggis yang tumbuh baik dan lebih subur ini mengindikasikan terpenuhinya kebutuhan hara fosfor.

100

Gambar 18 Penampilan bibit manggis 14 bulan setelah perlakuan pupuk fosfor (0, 25, 50, 100, 200, 400 ppm P).

Tabel 25 Pengaruh fosfor terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang dan jumlah daun pada bibit manggis setelah 14 bulan

Perlakuan (ppm P) Tinggi tanaman (cm) Diameter batang (cm) Panjang cabang (cm) Jumlah cabang Jumlah daun 0 25 50 100 200 400 40,93 78,73 83,47 72,82 69,85 67,20 0,84 0,81 0,87 0,86 0,86 0,86 14,50 25,67 26,08 24,17 23,77 19,10 3,50 8,00 8,33 8,33 7,83 7,67 27,33 59,00 58,00 45,33 49,17 37,67 F test: ** ns * ** * Pola respon: Q* - Q* L* L*

Keterangan: Uji F untuk melihat respon bibit manggis akibat pemupukan P; Pola respon diuji dengan ortogonal polinomial; * = nyata pada taraf uji 5%; ** = nyata pada taraf uji 1%; ns = tidak nyata

Warna dan Ukuran Daun

Tanaman yang mendapatkan hara fosfor cukup yaitu sebanyak 50 ppm, mempunyai warna daun hijau tua hingga hijau tua kebiru-biruan. Warna hijau tua terlihat pada permukaan daun bagian atas, sedangkan permukaan daun bagian

101 bawah berwarna hijau muda dan lebih cerah. warna ini bertahan cukup lama bahkan sampai muncul beberapa kali trubus baru dari ujung tangkai daun tersebut. Daun ini ada yang gugur ketika masih berwarna hijau tua dan sebagian besar gugur setelah berwarna kekuningan (senensens).

Tanaman yang kebutuhan hara fosfornya terpenuhi mempunyai ukuran daun yang optimal. Panjang daun tanaman dengan perlakuan 50 ppm P berkisar 20,43 cm dan lebar berkisar 9,07 cm sehingga tanaman ini mempunyai daun paling luas dibandingkan dengan tanaman lain. Luasnya ukuran daun ini tidak terlepas dari peranan fosfor, karena fosfor berfungsi dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Fosfor merupakan penyusun karbohidrat dan senyawa kaya nitrogen. Gula terfosforilasi yang kaya energi muncul dalam proses fotosintesis, fosforilasi adenosin menghasilkan adenosin monofosfat, difosfot dan trifosfat (AMD, ADP dan ATP) yaitu tempat penyimpanan energi untuk kelangsungan proses kimia lainnya (Poerwanto 2003).

Warna dan Bentuk Akar

Pemberian fosfor yang berlebihan telah menyebabkan jumlah akar jadi berkurang. Hal ini mulai terlihat pada perlakuan 100 ppm, 200 ppm hingga 400 ppm P/tanaman. Gejala yang ditimbulkan adalah akar berwarna coklat tua kusam, sedangkan tanaman manggis yang mendapatkan hara fosfor yang cukup mempunyai akar berwarna coklat muda cerah (Gambar 18 dan 23).

Penanaman manggis pada media pasir dapat meningkatkan jumlah akar serabut lima hingga sepuluh kali lebih banyak dari pada yang dikulturkan pada media tanah. Hanya saja, pada media pasir tekstur lebih lemas, sedikit rapuh dan mudah putus dibanding akar yang dikulturkan pada media tanah. Hal ini karena jumlahnya yang banyak menyebabkan ukuran jadi kecil. Jumlah serabut akar (fibrilla radicalis) yang banyak berpeluang untuk meningkatkan kemampuan mendapatkan dan menyerap hara yang banyak juga. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal disarankan bibit dikulturkan di media pasir sebelum dipindahkan ke lapangan sehingga akar yang terbentuk lebih banyak. Peningkatan jumlah akar ini telah menjawab permasalahan pada tanaman manggis seperti yang diungkapkan oleh Wiebel (1993) bahwa akar manggis kurang berkembang, pertumbuhan lambat dan jumlah sedikit.

102 Meskipun pada saat pengamatan akar tidak terlihat perbedaan yang cukup berarti, hanya saja akar manggis yang kekurangan fosfor terlihat berwarna coklat muda terang dan lebih cerah dari yang normal. Jumlah serabut akar (fibrilla radicalis) sedikit kurang dari tanaman yang mendapat fosfor cukup, namum mempunyai ukuran yang lebih panjang. Menurut Embleton et al. (1973) dan Marschner (1995) tanaman yang kekurangan fosfor menampakkan gejala-gejala perkembangan akar terhambat, pertumbuhan tanaman terhambat, batang lemah dan kerdil

Akar yang kelebihan fosfor terlihat berwarna coklat tua dan mudah putus, menjadi pecah-pecah (Gambar 23c). Akar pecah-pecah pertama kali terjadi pada serabut akar (fibrilla radicalis), yaitu cabang-cabang akar yang halus-halus berbentuk serabut. kemudian baru menyebar ke cabang-cabang akar (radix lateralis). Akar berubah warna dari coklat muda menjadi coklat tua kehitam- hitaman. Tekstur akar rapuh dan mudah putus, dan pada akhirnya jaringan akar tersebut jadi mati.

Gejala Kekurangan Fosfor

Manggis yang mengalami kekurangan fosfor adalah tanaman P0, yaitu yang tidak mendapatkan perlakukan fosfor. Sepintas tanaman yang kekurangan fosfor ini terlihat normal, akan tetapi, bila dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan cukup fosfor, maka dengan jelas terlihat perbedaan terhadap parameter pertumbuhan (Gambar 19). Akibat kekurangan fosfor pada tanaman P0 telah menyebabkan kemunculan tunas baru atau flashnya terhambat sehingga jumlah cabang sedikit, daun sedikit, dan tanaman terlihat pendek. Selain itu, tanaman P0 mempunyai diameter batang kecil, cabang pendek, dan daun yang sempit dibandingkan tanaman yang lainnya (Tabel 25). Tinggi tanaman P0 adalah 40,93 cm, diameter batang 0,84 cm, jumlah cabang 3,50, panjang cabang 14,50 cm, jumlah daun 27,33, panjang daun 17,33 cm dan lebar daun 7,47cm, semua parameter pengamatan ini paling kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang mendapat pupuk fosfor.

103

Gambar 19 Penampilan tanaman manggis yang kekurangan fosfor (P0)

dibandingkan dengan yang berkecukupan fosfor (P2)

Gejala kekurangan fosfor pada daun tidak begitu terlihat dengan jelas, akan tetapi bila diperhatikan lebih cermat maka dapat dibedakan antara daun tanaman yang kekurangan fosfor dengan daun tanaman yang normal atau berkecukupan hara fosfor. Warna daun manggis yang kekurangan fosfor adalah hijau tua kusam/pudar, daun berukuran sempit. Daun muda pada keadaan kekurangan fosfor cenderung menjadi sempit dari pada bentuk aslinya yang ovate. Hal ini karena perluasan daun dan sel lebih terhambat daripada pembentukan klorofil, oleh karena itu kandungan klorofil per unit luas daun sangat banyak, tetapi efisiensi fotosintesis per unit klorofil sangat rendah. Karena fosfor berfungsi dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman, maka kekurangan fosfor mengindikasikan pada pengurangan secara umum sebagian besar proses metabolisme seperti pembelahan dan pembesaran sel, respirasi dan fotosintesis (Terry dan Ulrich 1993).

Selain itu, menurut Embleton et al. (1973) tanaman yang kekurangan fosfor menampakkan gejala-gejala terhambatnya pertumbuhan tanaman, batang lemah dan kerdil, dan perkembangan akar terhambat. Daun lebar berwarna hijau tua

104 kebiru-biruan mengkilap yang tidak normal atau kusam. Proses pembentukan dan pematangan buah terhambat, kulit tebal dengan warna jelek, rasanya masam.

Gejala Kelebihan Fosfor

Tanaman yang kelebihan fosfor terlihat jelas pada perlakuan 200 dan 400 ppm P. Tanaman ini memperlihatkan gejala terhambatnya pertumbuhan. Hal ini terlihat dari tinggi tanaman yang hanya berkisar 69,85 cm dan 67,20 cm lebih pendek dari tanaman normal (50 ppm P) yaitu 83,47 cm. Jumlah cabang juga mengalami penurunan yaitu dari 8,33 pada tanaman normal (50 ppm dan 100 ppm P) menjadi 7,83 pada perlakuan 200 ppm P dan 7,67 pada perlakuan 400 ppm P. Sedangkan jumlah daun telah mengalami penurunan dari perlakuan 100 ppm P dengan jumlah 45,33 helai daun. Peningkatan perlakuan menjadi 200 ppm dan 400 ppm P makin menurunkan jumlah daun yaitu masing-masing 49,17 dan 37,67 helai daun (Tabel 25). Padahal tanaman yang mendapatkan fosfor cukup (perlakuakuan 50 ppm P) jumlah daunnya 59 helai.

Gejala kelebihan fosfor mulai terlihat pada daun dengan perlakukan 200 ppm P. Gejala kelebihan tersebut akan terlihat makin jelas pada tanaman dengan perlakuan 400 ppm P. Kelebihan fosfor menyebabkan daun berwarna coklat keabu-abuan (Gambar 20). Daun yang pertama kali memperlihatkan gejala kelebihan fosfor tersebut adalah daun dewasa pada cabang bagian bawah. Gejala perubahan warna dari hijau tua menjadi coklat berawal dari ujung daun kemudian merambat menuju pangkal daun dan akhirnya daun mengering dan rontok.

Akar yang kelebihan fosfor terlihat berwarna coklat tua dan mudah putus, menjadi pecah-pecah (Gambar 23c). Akar pecah-pecah pertama kali terjadi pada serabut akar (fibrilla radicalis), yaitu cabang-cabang akar yang halus-halus berbentuk serabut. kemudian baru menyebar ke cabang-cabang akar (radix lateralis). Akar berubah warna dari coklat muda menjadi coklat tua kehitam- hitaman. Tekstur akar rapuh dan mudah putus, dan pada akhirnya jaringan akar tersebut jadi mati.

Pemberian dosis fosfor tinggi dapat menyebabkan efek antagonis yaitu kekurangan hara lain. Marschner (1995) menyatakan bahwa konsentrasi fosfor yang tinggi dapat menghambat Fe dan Zn. Untuk membuktikan fosfor dengan dosis tinggi menghambat hara-hara lain perlu dilakukan analisis jaringan.

105

Gambar 20 Kondisi tanaman manggis yang kelebihan hara fosfor (a) bibit dalam polybag (b) bibit tanpak dari atas (c) permukaan daun bagian atas, (d) permukaan daun bagian bawah.

Konsentrasi Hara Daun

Konsentrasi fosfor pada daun mengalami peningkatan dengan bertambahnya dosis pemberian pupuk fosfor. Tanaman yang tidak mendapatkan pupuk fosfor (P0) konsentrasi P pada daunnya <0,05%. Tanaman yang pertumbuhannya paling baik didapatkan pada perlakuan 50 ppm P/tanaman.

Dokumen terkait