DALAM PERSPEKTIF DESENTRALISASI DI KABUPATEN SRAGEN
B. DESENTRALISASI, PENDIDIKAN, EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN, DAN EFISIENS
3. Evaluasi Implementasi Kebijakan
Wibawa (1994) mengemukakan bahwa pada dasarnya evaluasi kebijakan bermaksud untuk mengetahui aspek proses pembuatan kebijakan, proses implementasi, konsekuensi kebijakan dan efek- tivitas dampak kebijakan.
Menurut Suchman (Nazir,1988:108), evaluasi yaitu penentuan (apakah berdasarkan opini, catatan, data subjektif atau obyektif) hasil (apakah baik atau tidak baik, sementara atau permanen, segera atau ditunda) yang diperoleh dengan beberapa kegiatan (suatu program, sebagian dari program dan sebagainya) yang dibuat untuk memperoleh suatu tujuan mengenai nilai atau performance.
Nugroho (2003) mengemukakan bahwa evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggung jawabkan kepada konstituennya, sejauh mana tujuan dapat dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan
antara “harapan” dan “kenyataan”.
Menurut Dunn (Nugroho, 2003) istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating),
dan penilaian (assessment). Evaluasi berkenaan dengan produksi
informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberikan informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik, evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode- metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Jadi meskipun berkenaan dengan keseluruhan proses kebijakan, evaluasi kebijakan lebih berkenaan pada kinerja dari kebijakan, khususnya pada implementasi kebijakan publik.
Meter dan Horn (Wibawa, 1994) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, baik secara individu maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam kebijakan.
Menurut Effendi (Nugroho, 2003) tujuan dari evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui variasi-variasi dalam indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab 3 (tiga) pertanyaan pokok, yaitu:
a) Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik?
b) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu?
c) Bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi kebijakan
publik?
Lester dan Steward (Nugroho, 2003) mengelompokkan evaluasi implementasi kebijakan menjadi 4 (empat), yaitu :
a) Evaluasi proses: evaluasi yang berkenaan dengan proses imple-
mentasi.
b) Evaluasi impact: evaluasi yang berkenaan dengan hasil dan/atau
pengaruh dari implementasi kebijakan.
c) Evaluasi kebijakan: evaluasi yang berusaha menjawab pertanyaan
tentang apakah benar hasil yang dicapai mencerminkan tujuan yang dikehendaki.
d) Metaevaluasi: berkenaan dengan evaluasi dari berbagai
implementasi kebijakan-kebijakan yang ada untuk menemukan kesamaan-kesamaan tertentu.
Pal (1988) membagi evaluasi kebijakan ke dalam 4 (empat) kategori:
a) Planning and needs evaluations. Mencakup penilaian terhadap
target populasi, kebutuhan sekarang dan yang akan datang, serta sumber daya yang ada.
b) Process evaluations. Evaluasi terhadap tindakan pelaksana, media
pelaksana program dan sistem informasi.
c) Impact evaluations. Evaluasi dampak kebijakan baik yang
diharapkan maupun yang tidak diharapkan serta perluasan hasil program.
d) Efficiency evaluations. Evaluasi efisiensi kebijakan, yang dapat
Variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan imple- mentasi kebijakan, antara lain :
1. Van Meter & Horn
Van Meter & Horn (Wibawa, 1994) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mem punyai pengaruh terhadap implementasi program antara lain :
(a) Standar dan sasaran kebijakan
Suatu kebijakan harus memiliki standar dan sasaran yang akan dicapai. Standar dan sasaran menjelaskan rincian tujuan kebijakan secara menyeluruh. Melalui penentuan standar dan sasaran akan diketahui keberhasilan-keberhasilan yang akan dicapai.
(b) Sumber daya
Kebijakan menuntut ketersediaan sumber daya yang akan digunakan untuk implementasi. Sumber daya dapat berupa dana dan insentif lainnya serta tenaga manusia yang akan mendukung implementasi secara efektif.
(c) Komunikasi antar organisasi dan pengukuhan aktivitas
Implementasi dapat berjalan dengan baik dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi yang baik antara pihak-pihak yang terlibat. Hal ini dilakukan terutama untuk menghindari adanya konflik dan juga manipulasi atau berbagai bentuk penyelewengan dalam implementasi, sehingga dengan komunikasi maka pelaksana dapat memahami apa yang diidealkan oleh suatu kebijakan yang menjadi tanggung jawab mereka.
(d) Karakteristik birokrasi pelaksana
Struktur birokrasi pelaksana meliputi karakteristik, norma, dan pola hubungan yang potensial maupun sosial akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi.
(e) Kondisi sosial, ekonomi dan politik
Berkaitan dengan opini masyarakat terhadap isu kebijakan, dukungan atau perlawanan baik itu dari elit penguasa maupun warga masyarakat.
2. Grindle
Grindle (Wibawa, 1994) mengemukakan bahwa isi kebijakan dan konteks implementasi menentukan implementasi kebijakan. Isi kebijakan mencakup :
1) Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan
Kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang berbeda akan sulit diimplementasikan dibanding yang me- nyangkut sedikit kepentingan.
2) Jenis manfaat yang akan dihasilkan
Suatu kebijakan yang memberikan manfaat yang aktual dan langsung dirasakan oleh sasaran, bukan hanya formal, ritual, dan simbolis akan lebih mudah diimplementasikan.
3) Derajat perubahan yang diinginkan
Kebijakan cenderung lebih mudah diimplementasikan jika dampak yang diharapkan dapat memberi hasil yang pemanfaatan- nya jelas dibanding yang bertujuan terjadi perubahan perilaku bagi penerima kebijakan.
4) Kedudukan pembuat kebijakan
Kedudukan pembuat kebijakan akan mem pengaruhi implementasi selanjutnya. Pembuatan kebijakan yang mempunyai wewenang dan otoritas yang tinggi akan lebih mudah mengkoordinasi organisasi dibawahnya.
5) Siapa pelaksana program
Siapa yang ditugasi untuk mengimplementasikan program yang ada, dapat mempengaruhi proses implementasi dan hasil akhir yang diperoleh. Tingkat kemampuan, keaktifan, dan dedikasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap proses.
6) Sumber daya yang dikerahkan
Sumber yang digunakan dalam program, bentuk, besar, dan asal sumber daya akan menentukan pelaksanaan dan keberhasilan kebijakan.
Konteks kebijakan yang dimaksud Grindle adalah:
a. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat
Implementasi program akan melibatkan berbagai aktor dari berbagai tingkat, baik dari pemerintahan maupun non pemerintahan yang mempunyai strategi dan kepentingan yang berbeda-beda.
b. Karakteristik lembaga dan penguasa
Hasil dari implementasi merupakan hasil dari interaksi yang terjadi dalam suatu lembaga.
c. Kepatuhan serta daya tanggap pelaksana
Pelaksana diharapkan menaati peraturan dalam suatu kebijakan dan merespon terhadap apa yang diinginkan oleh kelompok sasaran.
3. Mazmanian dan Sabatier
Mazmanian dan Sabatier berpendapat bahwa peran penting dari analisis implementasi kebijakan negara adalah mengidentifikasi- kan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Variabel-variabel yang dimaksud dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu :
(a) Karakteristik masalah
(b) Struktur management program yang tercermin dalam berbagai
macam peraturan yang mengoperasionalkan kebijakan (daya dukung peraturan).
(c) Faktor-faktor diluar peraturan